Share

Bab 3. Ayam Kecap

Hati Mosa seakan ingin menjerit saat di telepon oleh Mina, tetapi dia hanya ingin menjaga nama baik Roni di hadapan Mina. 

Bagaimana pun juga Mosa dan Roni baru saja menikah. Bagaimana kalau tahu pernikahan putrinya seperti itu. 

"Iya sudah kalau begitu, kamu baik-baik di sana! Oh iya ngomong-ngomong masuk sekolah kapan?" tanya Mina, hanya memastikan kapan Mosa kembali mengajar.

"Dua hari lagi, Bu. Jadi masih punya waktu di rumah saja," jawab Mosa, santai. Meskipun dia bingung apa yang akan dia lakukan selama di rumah. 

"Okelah kalau begitu, sehat-sehat di sana. Jaga suamimu dengan baik! Assalamualaikum," Mina menutup telepon. 

"Walaikumsalam," jawab Mosa. 

Setelah menutup telepon, Mosa mendengar suara Roni tertawa di rumah mertuanya. Dia cukup iri, dia tidak pernah diajak becanda oleh Roni. 

Ingin menangis serasa percuma karena sampai saat ini dia hanya membuang-buanh air mata tanpa ada yang peduli. 

Dia berinisiatif untuk membuat ayam kecap. Dia bersiap menuju ke pasar untuk berbelanja. Jarak rumah dan pasar tidak terlalu jauh, sehingga dia hanya perlu berjalan kaki. 

Setelah mengambil dompet dia menutup dan mengunci rumah. Kemudian menuju ke rumah mertuanya. Di sana dia melihat Roni sedang menikmati tempe goreng buatan Sarni, Ibu Mertuanya. 

"Mas, aku mau ke pasar," ucap Mosa, pamit. 

"Iya," jawab Roni datar, lalu memalingkan wajah.

"Bu, mau nitip sesuatu?" tanya Mosa pada Sarni, yang sedang duduk bersebelahan dengan Roni. 

"Enggak, kamu berangkat saja!" jawab Sarni. 

Kemudian Mosa meninggalkan rumah itu, dan menuju ke pasar. 

Tidak jauh dari rumah Mosa disapa salah satu tetangga yang usianya tidak jauh darinya. "Mbak, mau kemana?" tanyanya. 

"Ini, mau ke pasar, Mbak, saya duluan," jawab Mosa. Dia lalu berjalan meninggalkan tetangganya itu.

Sepanjang perjalanan dia disapa beberapa orang yang mengetahui jika dia pengantin baru, dia hanya berusaha sebaik mungkin untuk menjawab. Tetapi dia tidak ingin banyak bercerita. 

Hatinya masih sakit, merasakan kata-kata kasar Roni. 

Sesampainya di pasar dia menuju ke tempat jual ayam potong untuk bahan ayam kecap. Lalu membeli beberapa bumbu untuk stok di rumah. Karena dia melihat di rumah tidak ada bahan makanan apapun. 

Dia membawa sejumlah uang, memang dia gunakan untuk membeli beberapa perlengkapan memasak. Meskipun ada tetapi hanya sebatas wajan dan panci saja. 

Mosa berinisiatif untuk melengkapi menggunakan uang pribadinya, karena uang 150 ribu yang diberikan Roni dirasa tidak cukup. 

Setekah selesai membeli yang Mosa butuhkan, dia bergegas pulang untuk segera memulai acara masak memasak. 

Dia cukup keberatan dengan barang bawaan, namun dia tidak mengeluh. Dia terus berjalan hingga akhirnya sampai di depan rumah. 

Mosa membuka kunci lalu memasukkan semua barang yang dia beli. Dia mengintip di jendela dan sepertinya Roni sudah berangkat bekerja. 

Mosa kemudian ke dapur dan merapikan barang-barang. "Jadi masak ayam kecap aja nih," gumam Mosa. 

Sebelumnya Mosa sudah menanak nasi, sehingga dia hanya perlu memasak lauknya saja. 

Terdengar langkah kaki menuju ke rumahnya, "Kamu mau masaka apa?" tanya Sarni lalu duduk di depan pintu dapur. 

"Ini, Bu. Masak ayam kecap," jawab Mosa, dengan menyiapkan bahan-bahannya. 

"Emangnya bisa?" sindir Sarni. Dia tidak percaya jika menantunya bisa memasak. 

"Insya Allah bisa, Bu. Cuma memang agak beda sama masakan Ibu," sahut Mosa, merasa tidak nyaman ketika dia masak harus diawasi seperti itu.

Tetapi Mosa mencoba tenang meskipun Sarni masih berada di sana. 

Dia mulai mengolah ayamnya untuk dijadikan ayam kecap, tetapi saat sedang asyik memasak tiba-tiba Sarni berkomentar, "Kamu masak kayak gitu, aku dikasih mah nggak sudi!" dengusnya. Lalu pergi meninggalkan Mosa. 

Mosa diam mematung, "Apa yang salah dengan masakanku?" gumamnya. 

Mosa bingung sendiri, dia tidak tahu letak salahnya dimana. Padahal dia biasa memasak ayam kecap seperti biasanya. 

Mosa tidak ambil pusing, dia hanya terus menyelesaikan masakannya untuk dia sarapan sendiri.

Setelah selesai Mosa pun mencicipinya, "Hmm, insya allah enak." 

Lalu Mosa menyiapkan piring saji untuk diletakkan di meja makan. Kemudian dia membersihkan sisa masakannya dan merapikan dapurnya. 

Mosa mengambil piring untuk sarapannya, "Bismillah." 

Mosa menikmati sarapannya, meskipun hanya sendirian dia tetap bisa menikmati. Lagipula badan sehat juga adalah investasi baginya, kalau sakit siapa yang bakal dia repoti, malah justru dia akan kerepotan sendiri. Terlebih Roni juga tidak peduli dengannya, apalagi jika merepotkan mertuanya. 

Seharian dia isi dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah, meskipun sebenarnya bisa dikerjakan saat dia mulai bekerja, tetapi dia tidak memiliki kegiatan membuat dia begiti bosan di rumah. 

Roni tidak kunjung pulang, dia masih bekerja hingga magrib menjelang. 

"Assalamualaikum," Roni mengucap salam. 

"Walaikumsalam," sahut Mosa, dia sedang menonton televisi. Lalu keluar untuk menyambut Roni. 

Dia mencoba meraih tangan Roni untuk dikecup. Bukannya Roni memberikan tangannya, melainkan dia mengebaskan tangan Mosa untuk menjauh. 

Mosa berusaha sabar, dia hanya ingin berbuat baik kepada suaminya. 

Roni menuju ke kamar mandi, Mosa ke dapur untuk membuatkan teh hangat. Meskipun dia tahu, Roni tidak akan meminumnya. 

"Ini, Mas, tehnya," ucap Mosa. 

Roni tidak menjawab, dia merasa lelah karena terus diberikan hal yang tidak dia sukai. 

Roni kemudian bersiap menuju ke masjid untuk sholat berjamaah. 

Mosa yang berhalangan tidak dapat ikut sholat berjamaah, dia memilih makan karena dia sudah merasa lapar. 

Mosa tahu, nanti atau sekarang dia akan makan sendirian. Sambil menunggu Roni pulang dari masjid, dia duduk di ruang tamu. Barangkali Roni akan segera pulang dari masjid. Tetapi setelah ditunggu hingga isya, Roni tidak kunjung pulang. 

Mosa menyalakan televisi untuk mengusir kesunyian. 

Sampai beberapa jam, Roni tidak kunjung pulang. "Mas Roni kemana? Kok nggak pulang-pulang. Apa ke rumah Ibu?" gumam Mosa.

Mosa kemudian mematikan televisi, dia pindah ke kamar karena sudah merasa cukup mengantuk. Tanpa disadari Roni masuk rumah. 

Melihat Mosa tertidur, Roni tidak membangunkan. Sudah ada bantal dan selimut di ruang tamu. 

Roni tak ambil pusing, setelah makan di luar dan menghabiskan waktu dengan teman kini dia ingin istirahat. Karena besok dia akan ke luar kota untuk mengecek pasokan bawang merah dan juga putih di kota tujuan. 

Tengah malam Mosa terbangun, "Apa Mas Roni sudah pulang, ya?" 

Mosa kemudian menuju ke ruang tamu dan melihat Roni sedang tertidur pulas. "Alhamdulilah dia sudah pulang," gumamnya. 

Mosa kemudian kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur. 

"Kok aku merasa pusing, ya? perasaan tadi nggak kenapa-kenapa," ucap Mosa, lalu memegang kepalanya. 

Mosa kemudian merebahkan dirinya di atas kasur, Mosa merasa kepalanya benar-benar seperti berputar-putar dan tidak tahu sebabnya. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
kisahnya sangat menarik sekali...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status