Sean Ganteng : Hallo đź‘‹
Princes mengerjap, nyaris menjatuhkan ponsel yang sedari tadi ia pandangi saat ternyata tiba-tiba Sean mengirim pesan dan langsung terbaca olehnya. Apakah nanti pria itu akan berpikir kalau Princes sedang online sambil membuka ruang pesan dengan Sean tapi tidak mengirim pesan apapun. Maka, buru-buru Princes mengetik sesuatu di sana. Princes : Aku baru mau chat kamu. Sean Ganteng : Jadi, kita satu hati? Princes mendekap ponsel di dada, pipinya seketika merona. Princes : Kami pulang hari ini, aku sedang berada di Bandara. Princes mencoba mengalihkan pertanyaan Sean tadi yang telah membuatnya baper. Sean Ganteng : Sendiri? Princes : Sama yang lain donk. Sean Ganteng : Oh ya? 🤔 Padahal Sean tidak mengatakan kalau ia tidak mempercayai ucapan Princes tapi Princes merasa perlu meyakinkan Sean bila ucapannya benar. "Kak ... ayo kita selfie," ajak Princes seraya mengangkat ponselnya. Kanaya yang berada di samping Princes langsung tersenyum tipis pada kamera. Tentu Kanaya tidak ingin tampak jelek di media sosial Princes. Kanaya pikir foto selfie itu untuk kebutuhan story I*******m. Kaluna ikut mendekat di susul Zyandru. "Sini hapenya, aku yang fotoin." Brian menengadahkan tangan, berbaik hati ingin membantu. Princes memberikan ponselnya kemudian mereka semua berpose dengan latar VIP lounge tempat di mana mereka sedang menunggu privat jet—milik AG Grup-perusahaan keluarga mereka—selesai dilakukan pengecekan kelayakan terbang. Usai mendapatkan ponselnya kembali dari Brian, Princes mencari foto mana yang dirinya terlihat cantik untuk dikirim pada Sean. Ternyata foto yang ditangkap Brian sangat bagus, tidak seperti ketika selfie yang mana wajah Princes terlihat besar. Jadi, Princes mengirim foto yang ditangkap oleh Brian barusan pada Sean. Sean tersenyum lebar, Memperbesar foto yang diterimanya dengan menggerakan jari telunjuk dan jempol pada layar hingga hanya wajah Kanaya saja yang tampak. Tidak lama kemudian Sean mengomentari foto tersebut. Sean Ganteng : Cantik. Ingin rasanya Princes menari Jaipongan saat ini juga saking bahagianya dipuji oleh Sean. Princes tidak tahu saja kalau sesungguhnya yang Sean puji adalah Kanaya. Sean Ganteng : Jam berapa tiba di New York? Sean mengirim pesan kembali. Princes : 12:35 besok. Sean Ganteng : Oke, sampai ketemu besok. Princes : See You Ya Tuhan, Princes tidak sabar ingin segera sampai di New York. Semestinya Princes mampir dulu ke Jerman menjemput Evangeline-kakak sepupunya yang juga sedang menuntut ilmu bersamanya di New York, sekaligus pulang kampung bertemu mama dan papa tapi Princes tidak sanggup menahan rindu kepada Sean. Dan ia berbohong banyak hal agar Evangeline juga mama dan papa mau mengerti. Pesawat akhirnya siap mengudara, mereka semua naik ke dalamnya. Memilih kursi yang nyaman karena akan menempuh perjalanan hampir dua puluh empat jam. Begitu pesawat mengudara, Zyandru langsung asyik bermain game. Kanaya yang duduk di depannya tengah membaca buku novel tebal bahasa Perancis. Kaluna dan Brian mengambil tempat paling belakang agar bisa leluasa bercumbu tanpa ada yang berani mengganggu. Princes bersandar punggung dengan nyaman, kakinya diluruskan ke depan. Ponselnya bergetar, ternyata ponsel Princes langsung tersambung dengan WiFi di pesawat. Mungkin karena pesawat ini juga yang membawa mereka ke Jakarta dari New York dua minggu lalu. Masih merogoh ponselnya dari dalam tas saja bibir Princes sudah tersenyum. Sangat berharap kalau Sean yang menghubunginya, mungkin karena rindu. Setelah mendapatkan ponselnya, Princes membuka kunci layar lalu membaca sebuah pesan. Senyumnya tidak serta merta pudar membaca pesan tersebut. Evangeline : Karena kamu enggak ke Jerman jadi aku akan kembali ke New York ketika sudah mendekati masa perkuliahan di mulai. Sepupu sekaligus bestie-nya Princes yang mengirim pesan. Padahal baru saja Princes sedang memikirkan dia. Princes : Oke. Evangeline : Hanya oke? Princes : Aku merindukan mu. Evangeline : Aku enggak. Princes tertawa pelan, mengirim stiker tertawa terbahak-bahak untuk Evangeline seraya membenarkan posisi duduknya. Evangeline memiliki ayah berdarah Alterio sedangkan ibunya adalah Gunadhya sama seperti mamanya Princes. Gadis itu tinggal di Jerman bersama kedua orang tuanya sama seperti Princes hanya saja dalam liburan kali ini Evangeline tidak mendapat ijin liburan ke Jakarta karena memiliki daddy yang sangat posesif. Tidak tahu saja kalau anak gadisnya lebih sering pacaran dari pada belajar selama di New York. Princes menutup ruang pesan dengan Evangeline karena ingin membuka ruang pesan dengan Sean, masuk ke profil lalu meng-klik foto Sean hingga wajah tampannya memenuhi layar. Diusapnya foto Sean menggunakan ibu jari Princes, bibir mungil itu masih tersenyum dengan sorot mata berbinar. Princes tergila-gila kepada Sean. Dan selama puluhan jam, Princes menghabiskan hampir seluruh waktunya menatap foto Sean di akun I*******m pria itu. Nyaris dua puluh empat jam berlalu dan akhirnya mereka tiba di New York. Perjalanan panjang tersebut tidak lagi membuat mereka jet lag karena terlampau sering melakukannya. Bagi mereka, pulang ke Indonesia bisa kapanpun mereka ingin baik menggunakan privat jet atau menggunakan penerbangan komersial. Di saat yang lain sibuk meregangkan tubuh, tidak dengan Princes yang sibuk mengoreksi penampilannya di cermin. Bibirnya sudah terlihat glosy warna chery lalu pipinya tampak segar karena perona pipi warna pink. Princes juga menyisir rambutnya yang panjang dengan sering sebelum turun dari pesawat. Kini mereka tengah berjalan beriringan menuju pintu kedatangan. Dari jauh Princes sudah melihat Sean, pria itu masih menggunakan pakaian kerjanya dan terlihat sangat ... tampan. Princes berjalan mendekat kemudian masuk ke dalam pelukan Sean yang merentangkan satu tangan. Sean mengecup pipi Princes sekilas. Hal tersebut sebenarnya lumrah di lakukan di Negara ini, telah menjadi kebiasaan orang-orang di sini memberikan pelukan dan kecupan di pipi ketika bertemu. Namun sekarang hal itu mampu membuat Princes baper sampai ke tulang. Sean melakukannya juga kepada Kaluna tapi tidak kepada Kanaya yang melengos begitu saja melewatinya. "Kamu jemput Princes?" tanya Kaluna menebak. "Oh ...." Sean melirik Princes sekilas. Gadis itu tersenyum terlihat cantik dan bahagia. "Iya, dan kalian juga ...." Sean menjawab. "Dan Kanaya tapi dia malah pergi gitu aja," sambung Sean di dalam hati. "Kami udah ada yang jemput, kamu antar aja Princes ... katanya juga dia lapar." Itu Zyandru. Bukannya menyadarkan Princes malah mendekatkan Sean dengan Princes.Mansion milik keluarga Alterio yang terletak di Florida-Negara bagian Amerika Serikat tidak pernah seramai sekarang.Itu terjadi karena liburan musim panas tahun ini, keluarga Alterio dan keluarga Gunadhya kompak melakukan liburan bersama.Bisa dibayangkan bila The Gunadhya yang banyak itu berkumpul ditambah keluarga Alterio yang juga merupakan keluarga besar maka sudah bisa dipastikan Mansion dengan dua puluh kamar tersebut nyaris tidak dapat menampung mereka.Beberapa lajang harus tidur di ruang televisi atau perpustakaan yang di sulap menjadi kamar yang nyaman.Tapi keseruan bisa berkumpul bersama belum tentu bisa terulang lagi.Tahun ini banyak sekali kelahiran baik di keluarga Alterio maupun Gunadhya, jadi tangis bayi menggema hampir di seluruh ruangan."Ryleeeey!" Kanaya berseru memanggil suaminya yang entah ada di mana.Dia kelelahan mencari ayah dari Arthur itu di Mansion yang luas ini sambil menggendong sang putra yang tidak berhenti menangis."Liat Ryley enggak, Bang?" Kanay
Chapter 59 – BABY BOY "Hai," suara serak Ryley menjadi yang pertama kali Kanaya dengar begitu dia tersadar."Ry ... ley," panggil Kanaya parau."Yes babe." Ryley menggenggam tangan Kanaya erat.Kanaya mengernyit ketika perih terasa di kulit bagian perut.Dia pun melihat ke sana kemudian refleks memegang perutnya."Bayi kita ... mana bayi kita," kata Kanaya di antara tubuhnya yang lemah."Dia sedang di ruangan bayi ... kamu berhasil mengeluarkannya." "Benarkah?" Kanaya tampak tidak percaya.Ryley mengecup kening Kanaya, membungkukan tubuhnya lebih dalam untuk memeluk Kanaya."Aku pikir aku akan kehilanganmu, aku takut sekali." Ryley berbisik lirih.Kanaya malah terkekeh tapi tak ayal membalaskan pelukan suaminya."Apa benar anak kita laki-laki seperti hasil USG terakhir?" Kanaya hanya memastikan.Ryley mengurai pelukan setelah sebelumnya mengecup kening Kanaya.Dia pergi menjauh menuju pantri mengambil air minum untuk Kanaya."Aku tidak tahu, aku belum melihatnya." Ryley menyahut sei
Karena takut kehilangan Princes lagi, Sean melengkapi setiap sudut rumahnya dengan CCTV.Dari kantor dia bisa melihat apa saja yang dilakukan Princes seharian.Dan itu kenapa juga dia selalu bisa menemukan Princes setiap pulang kerja tanpa perlu berteriak memanggilnya.Meski sibuk, Sean tidak pernah lupa untuk mengecek kondisi Princes dan bayi perempuan mereka yang diberi nama Brielle Taleigha Maverick melalui CCTV.Sean menyesal kalau hari ini dia harus lembur sehingga tiba di rumah saat malam sudah larut.Dia langsung menuju kamar utama, Sean melihat istrinya dan putri mereka sudah terlelap dengan posisi sama yang ia lihat sebelum pulang melalui aplikasi ponsel yang tersambung ke kamera CCTV kamar.Bergegas Sean pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengganti pakaian.Brielle atau Elle nama kecil panggilan kedua orangtuanya—tengah terlelap begitu pulas di samping Princes.Sean menarik selimut untuk membalut tubuh sang istri yang seharian ini sudah bekerja keras merawat p
Hampir seminggu Kanaya tidak bicara dengan suaminya semenjak malam pesta pernikahan mereka, setiap kali Ryley bertanya—Kanaya tidak pernah menjawab.Dia akan menunjukkan wajah masam dan sering melempar-lempar barang untuk menunjukkan kekesalannya.Ryley harus menerima sikap Kanaya dengan lapang dada karena dia telah membuat singa betina marah.Meskipun berulang kali Ryley minta maaf dan menjelaskan alasannya bersikap kasar malam itu namun tidak ada ampun bagi Kanaya.Dia akan berprilaku seperti ini sampai suasana hatinya membaik.Bisa satu bulan, satu tahun atau mungkin sepuluh tahun.Walau mendiamkan Ryley, Kanaya tetap berbelanja menggunakan kartu kredit unlimited milik pria itu.Kanaya menghabiskan banyak uang suaminya untuk membeli pakaian, sepatu, tas, accesories, makeup sampai perhiasan.Dia berdalih kalau itu semua untuk membeli sakit hati yang ditorehkan sang suami padanya.Ryley tidak mempermasalahkan, dia senang-senang saja Kanaya menghabiskan uangnya.Dia beranggapan kalau
Di pesta pernikahan yang digelar sangat mewah dan meriah di kota New Yor, Kanaya mengundang teman-temannya yang beberapa bulan lalu sempat dia jauhi.Atau lebih tepatnya dia yang mengucilkan diri dari circle anak Crazy Rich New York.Pasalnya menikah dan langsung memiliki anak tidak pernah terlintas dalam benak Kanaya apalagi menjadi rencananya.Lalu bagaimana nanti tanggapan para pria teman bercintanya di masa lalu bila mengetahui hal ini?Mereka tidak pernah diberikan kesempatan oleh Kanaya untuk menjalin hubungan asmara karena Kanaya selalu berdalih kalau dia tidak percaya akan cinta.Beruntung Kanaya menikahi seorang Konglomerat, level Ryley sangat jauh di atas para pria teman bercintanya Kanaya yang dulu.Jadi mungkin opini mereka tentang Kanaya tidak akan terlalu buruk.Mereka pasti beranggapan bahwa jelas saja Kanaya mengubah prinsipnya karena dipinang oleh Konglomerat Negri ini.Dan hal itu menjadi alasan kenapa Kanaya kembali menjalin hubungan dengan para sahabatnya.Kanaya b
"Kamu saja yang datang ... ah, tidak ... aku saja ...." Kanaya berulang kali mengatakan hal tersebut sambil mondar-mandir di kamarnya yang luas.Ryley sudah terbiasa melihat pemandangan ini jadi dia hanya bisa meluruskan kakinya di sofa kemudian bersandar nyaman dengan kedua tangan di lipat di belakang kepala. "Ryley!" seru Kanaya menghentikan langkah."Yes Babe." Ryley menegakan punggung juga menurunkan kakinya."Bantu aku memikirkan apakah aku atau kamu yang datang ke Baby shower anaknya Princes? Atau kita tidak perlu datang saja sekalian?" Kanaya menghentakan kakinya kemudian duduk menyamping di atas pangkuan Ryley.Kedua tangannya melingkar di leher Ryley namun sayangnya wajah cantik itu terus memberengut. "Bagaimana kalau kita berdua datang ... kamu dan Princes adalah sepupu, kita sudah mendapat kebahagiaan kita sendiri ... kamu tidak perlu cemburu lagi dengan Princes dan aku juga tidak akan mengungkit masa lalu kamu dengan Sean."Tentu saja Ryley bisa dengan mudah mengatakan