Share

Bab 5. 'Krak'

Derick termenung saat mendengar ucapan Ayesha, jika memikirkan kembali kemungkinan tersebut, sangat masuk akal apabila Kekaisaran Dombraun berani menyerang wilayah Utara yang sudah jelas memiliki dua orang pemimpin wilayah. “Ayesha, apakah kamu menangkap adanya kejanggalan lainnya?” dan Ayesha tampak termenung.

Derick kembali melanjutkan ucapannya, “Jika mengingat kembali, sejak Baginda Kaisar naik tahta, wilayah utara kerap mengalami berbagai masalah. Mulai dari masalah politik, perdagangan, hingga ke permasalahan militer, sebenarnya Ayahku sudah menangkap adanya ikut campur tangan Baginda Kaisar dalam setiap masalah tersebut. Namun, Ayahku tidak bisa berbuat banyak, karena apabila bergerak pasti keluarga kami akan di eksekusi dengan tuduhan memberontak.”

Derick tampak mengulum bibir dan mengepalkan tangan kanannya, dari raut wajahnya yang terlihat menggelap, jelas terlihat kalau pria itu tengah menahan emosinya apabila mengingat kembali betapa ayahnya sering mendapat kesulitan yang di sebabkan oleh sang Kaisar.

“Yang Mulia Grand Duke muda, menurut saya...”

“Ayesha, jangan berbicara dengan begitu formal padaku, aku ini adalah Suamimu. Padahal sebelumnya kamu memanggilku dengan panggilan ‘Suamiku’, itu lebih baik dari pada panggilan kehormatan seperti tadi.”

Ayesha menatap Derick yang juga sedang menatapnya, “Benar kalau kamu Grand Duke Muda kan?”

“Iya benar, tapi itu bukan panggilan yang seharusnya kamu gunakan untukku. Panggil aku dengan nama juga tidak apa-apa jika hanya ada kita berdua, dan panggil dengan sebutan ‘Suamiku’ jika ada di luar.”

‘Apa-apaan cowok bangsat ini? Kenapa jadi sok dekat gini? Dia kan bukan tipe orang yang akan berbicara dengan lembut begitu, sama Ayesha di komik aja dia suka bersikap dingin dan tidak pedulian, lalu apa ini?’ batin Ayesha.

Gadis bermata biru muda itu lantas menghembuskan nafasnya secara perlahan, “Baiklah, sekarang bisa kita kembali fokus pada permasalahan tadi?” kemudian Derick menganggukan kepalanya menanggapi pertanyaan Ayesha. “Mengingat perbuatan Baginda Kaisar yang selama ini diam-diam berusaha menjatuhkan wilayah Utara, sudah jelas kalau peperangan yang akan di lancarkan oleh Kekaisaran Dombraun sudah pasti ada hubungannya dengan Kekaisaran Pytolarin yang memang sejak masa Baginda Kaisar yang sekarang naik tahta selalu berusaha menjatuhkan dua pemimpin wilayah utara. Sudah jelas juga kalau Baginda Kaisar saat ini merasa Inferior dengan kekuatan militer dan kemakmuran yang di miliki oleh wilayah kita. Jadi sangat masuk akal apabila kita memiliki kecurigaan kalau Baginda Kaisar turut andil dalam rencana peperangan kali ini dalam berupaya melenyapkan wilayah Utara.”

Pria itu beranjak dari posisinya berdiri manakala istrinya selesai berbicara, ia berjalan menuju pintu dan segera membukanya dengan tiba-tiba. Betapa terkejutnya Ayesha saat seorang pelayan wanita jatuh tersungkur saat pintu di buka, tampaknya pelayan wanita itu mencuri dengar percakapan mereka. Ayesha tidak dapat melihat raut wajah suaminya yang berdiri membelakanginya, namun ia melihat jelas kalau pelayan wanita itu sampai bergetar ketakutan saat ia mendongak dan melihat ke atas dimana Derick sedang menatapnya sambil mencengkeram handel pintu yang ternyata sampai terlepas akibat Derick menarik pintu tadi yang terlalu keras.

‘Gila, sekuat apa dia menarik pintu tadi? Sampai terlepas gitu gagang pintunya?’ batinnya sembari bergidik ngeri.

“Siapa yang menyuruhmu?” tanya Derick dengan intonasi nada yang berat, cengkeramannya di handel pintu yang terlepas tampak kian mengerat, seolah ia sedang mencengkram leher pelayan wanita itu.

“Tu-tuan muda... Ma-maafkan a-atas kelancangan sa-saya.” ujarnya sembari bersujud dengan gestur tubuh yang masih bergetar.

Udara di dalam ruangan tersebut terasa kian turun akibat dari suasana yang begitu menegangkan, bahkan Ayesha yang masih duduk di kursinya ikut merasakan ketegangan tersebut, tangannya kian basah akibat keringat dingin.

Derick menginjak punggung tangan pelayan wanita tersebut, hingga terdengar suara ‘krak’ dan bahkan pelayan wanita itu sampai berteriak dengan begitu nyaring, “Aku bertanya, siapa yang menyuruhmu? Aku tidak butuh permintaan maafmu.”

Ayesha spontan memegang punggung tangannya, seolah ngeri dan ngilu melihat sikap brutal Derick. ‘Apakah dia bersikap seperti itu juga jika mengetahui kalau aku bukanlah Ayesha yang asli? Ah, pasti lebih parah lagi.’

“Sa-saya tidak mendengar a-apapun, Tuan Mu-muda. Tolong jangan bu-bunuh saya, sa-saya akan mengatakan siapa yang sudah menyuruh saya,” jawabnya sembari meringis kesakitan memegangi tangannya, air mata dan air hidungnya sudah membanjiri wajahnya.

Namun, akibat dari keributan yang di sebabkan jeritan pelayan wanita tadi, beberapa orang kian berdatangan, bahkan kepala pelayan Ash dan kepala dayang juga turut datang karena memang sekuat itu dia berteriak. Begitu melihat seorang wanita yang mengenakan pakaian pelayan sedang bersujud di hadapan Derick, mereka bisa menebak apa yang sedang terjadi, apalagi lokasinya tepat berada di depan ruangan Derick, sebab bukan pertama kalinya Derick atau Ayahnya menangkap langsung mata-mata yang di letakkan di kediaman mereka ini.

Bisikan demi bisikan mereka lontarkan kala mereka melihat wajah pelayan wanita itu, “Bukankah dia pelayan yang baru bekerja dua minggu yang lalu karena pelayan yang sebelumnya tiba-tiba menghilang? Jangan-jangan menghilangnya pelayan itu ada campur tangan dari orang yang sudah menyuruh wanita itu?” ucap seorang pelayan wanita bersurai coklat terang.

“Benar juga, aku juga melihat sikapnya sangat mencurigakan.”

“Iya, kemarin dini hari, aku juga melihatnya sedang mengendap-endap keluar dari bangunan utama.

Kepala pelayan Ash yang mulai melihat situasi yang tidak bisa di kendalikan mulai menenangkan keadaan, dengan nada tegas ia berucap “Hentikan, kalian kembalilah bekerja.”

Setelah semua orang sudah kembali, hanya menyisahkan kepala pelayan Ash, kepala dayang, Derick serta pelayan wanita yang ternyata mata-mata itu. “Tuan Muda, sepertinya kita harus menyelesaikan hal ini di ruangan lain,” ujarnya seraya melirik ke arah dalam ruangan dimana Ayesha yang masih duduk diam di kursinya, gadis itu menatap kepala pelayan Ash yang sedang menatapnya, mendapati dirinya yang ketahuan sedang melirik sang nyonya muda, kepala pelayan Ash tersenyum ramah pada Ayesha seraya mengangguk hormat.

‘Apakah Nyonya Muda tidak takut saat menyaksikan sikap kejam Suaminya?’ batin kepala dayang, wanita muda itu bernama Roselia, ia menggantikan jabatan ibunya yang sudah pensiun setahun yang lalu.

Derick mengangguk, “Kalian bawa dia ke ruangan biasanya, aku akan segera menyusul.”

Setelah kepergian mereka, Derick berbalik dan berjalan menuju ke arah istrinya berada, perasaannya tampak begitu kompleks. Terlihat amarah dari balik sinar netranya dan seperti ada terselip rasa khawatir juga, ia marah karena mata-mata dan karena sikap kejamnya, ia khawatir kalau Ayesha menjadi takut padanya.

Saat ia sudah berdiri di hadapan Ayesha, hanya di pisahkan oleh sebuah meja kecil, Derick menatap Ayesha, “Apakah kamu... Takut?” tanyanya dengan sedikit rasa panik.

‘Jelaslah!’ rasanya Ayesha ingin berteriak seperti itu, namun ia merasa sikapnya itu hanya akan membuatnya semakin dekat dengan kematiannya.

“Takut? Kenapa aku harus takut? Bukankah wanita itu layak mendapatkannya karena dia emang bersalah?”

Derick menghela nafas perlahan, rasa takutnya tadi seolah menguap entah kemana, “Kita akan melanjutkan pembicaraan tadi nanti malam saja, sekarang aku harus mengurus mata-mata yang sepertinya aku tahu siapa yang sudah menyuruhnya, namun aku harus memastikannya kembali. Jadi, maukah kamu menungguku nanti malam? Aku akan menyuruh Roselia untuk menemani mu, karena kalian seumuran, mungkin dia bisa menjadi temanmu.” ucapnya sembari meletakkan sepiring Cookies ke hadapan Ayesha.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status