Share

Bab 7. Penyusup di kamar Istriku.

Ruang interogasi di kediaman Grand Duke Swiss.

 

Derick tengah menatap seorang wanita yang sedang bersujud di hadapannya, sorot matanya yang tajam menatap si wanita seolah ia ingin segera menerkam dan membunuhnya. Terlihat jelas amarah yang tercetak jelas di wajahnya yang putih namun kini terlihat memerah. Kepala pelayan Ash dan seorang ksatria pribadi Derick tengah berdiri di belakang si wanita, ikut menatap ke bawah dimana wanita itu bersujud.

“Tuan Muda, sebaiknya kita apakan wanita ini?”

Derick mengangkat kelopak matanya, menatap sejenak pria paruh baya yang barusan berbicara, lantas kembali menatap ke bawah, ke arah si wanita, “Katakan siapa yang menyuruh mu, jika kau tidak mau berbicara, aku sendiri yang akan mengeksekusi kau yang berani menjadi mata-mata di kediaman Swiss ini.”

“A-apakah jika saya mengatakan siapa orangnya, an-anda akan membebaskan saya? To-tolong jangan bunuh saya, saya masih harus menghidupi keluarga saya di kampung.”

Terdengar dengusan kasar yang berasal dari atas kepalanya, saat si wanita mendongak sedikit, ternyata Derick sudah berjongkok di depannya, “Apa kau bilang? Apakah menurutmu saat ini aku sedang bernegosiasi? Kau sedang tidak berada di situasi untuk tawar menawar denganku, katakan siapa orangnya? Ini adalah perintah terakhir untukmu di kediaman ini.”

Derick berdiri dari posisinya, lalu menoleh ke arah ksatria pribadinya, “Josh, jika kali ini dia tidak mau berbicara, potong kaki kanannya sampai batas mata kaki.”

Setelah berbicara seperti itu, Derick menyilangkan kedua tangannya di depan dada, kembali menatap si wanita yang semakin bergetar ketakutan.

“Baik, Tuan Muda.” balas Josh seraya menunduk sopan, ia juga segera mengeluarkan pedangnya.

“Tu-tuan Muda, mohon jangan lakukan itu, sa-saya akan mengatakannya. Beliau adalah pemimpin dari segala pemimpin di benua ini, jadi to-tolong selamatkan saya, karena saya hanya bisa mengatakannya sebatas itu saja.”

Kepala pelayan Ash dan Derick saling beradu pandang, lantas kepala pelayan Ash menganggukkan kepalanya, kemudian menarik si wanita untuk segera berdiri, “Cukup, terima kasih karena sudah mengatakannya.”

“Terima kasih Tuan Muda. Terima kasih karena sudah menyelamatkan saya,” ujar wanita itu seraya menunduk dengan sopan.

Setelah kepala pelayan Ash dan si wanita sudah pergi, Derick menatap Josh, “Ikuti wanita itu, jika kau mendapati dia berbohong atau menemui seseorang di luar sana, segera bereskan mereka.”

Josh menganggukkan kepalanya, “Baik, perintah di laksanakan. Kalau begitu, saya permisi, Tuan Muda.”

Setelah mendapat anggukan kepala dari Derick, Josh segera memasukkan kembali pedangnya kedalam selongsong yang tergantung di pinggangnya. Begitu Josh keluar dari ruangan tersebut, Derick segera menyusul keluar dan berjalan menuju ruang kerja ayahnya.

Pria itu berjalan dengan terburu-buru, namun saat berjalan di lorong menuju ruang kerja Grand Duke Swiss, ia melihat ajudan ayahnya berjalan dengan terburu-buru juga dari arah yang berlawanan. Raut wajahnya tampak gelisah, melihat hal itu Derick lantas semakin mempercepat langkahnya, begitu mereka bertemu di depan ruang kerja ayahnya, tampak kalau sang ajudan terlihat sedikit kaget saat melihat Derick di hadapannya.

“Tuan Muda, apakah ada yang bisa saya bantu?” tanya Grayson dengan sopan.

“Mana Ayahku?”

“Beliau sedang mengurus beberapa urusan di kediaman keluarga Duke Clark, saya di suruh kembali duluan karena ingin mengambil beberapa berkas yang di perlukan.”

Derick mengernyitkan keningnya, “Memang perintah apa yang di turunkan oleh Kaisar? Tidak biasanya Ayahku bertindak dengan begitu tergesa-gesa seperti ini.”

Grayson menghela nafas perlahan, kemudian menceritakan isi rapat yang berlangsung sangat alot dan banyak tentangan dari beberapa pemimpin wilayah.

Derick mengepalkan tangan kirinya, “Kaisar sangat egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Apakah dia berfikir kalau mengatur pasukan sekian puluh ribu dan mengirim ke wilayah yang jauh adalah hal yang mudah?”

Mendengar ucapan Derick, Grayson sampai menoleh beberapa kali ke sekeliling mereka untuk memastikan tidak ada yang mendengar ucapan Derick yang sangat rawan. Jika ada yang mendengar dan melaporkannya, maka keluarga Grand Duke bisa di hukum dengan berat karena sudah menghina kaisar.

“Tuan Muda, tolong jangan berkata seperti itu, sebaiknya kita masuk dulu ke dalam. Sangat bahaya apabila ada yang mendengar ucapan anda barusan.”

“Tidak perlu, aku kemari karena ingin membicarakan masalah darurat, jadi aku ingin kau menyampaikannya kepada Ayahku, agar beliau lekas kembali. Karena masalah ini memang sangat darurat, kalau bisa keluarga Mertuaku tau juga, karena memang bersangkutan dengan mereka juga. Kalau begitu, beri kabar padaku begitu Ayah sudah kembali, sekarang aku akan ke kamar. Sampaikan juga pada kepala pelayan Ash untuk jangan mengganggu kami kalau bukan urusan yang darurat.”

Setelah berkata seperti itu, Derick memutar tubuhnya dan berjalan menuju bangunan istana sayap kanan dimana itu adalah bangunan khusus ahli waris dan istrinya. Meninggalkan Grayson yang hanya menatap kepergian Derick, setelah Derick tidak kelihatan di persimpangan lorong, barulah pemuda itu lanjut untuk mengambil beberapa berkas dokumen yang di perlukan oleh sang majikan.

 

***

 

Ayesha sedang apa saat ini ya? Tadi aku memang menyuruh Roselia untuk menemaninya, apalagi setelah melihat raut wajahnya yang tampak pucat di karenakan sikap kejamku yang tidak sengaja aku perlihatkan di depannya tadi. Mungkin aku harus mempersiapkan diri kalau Istriku itu nantinya akan takut padaku, meskipun aku tidak memiliki niat demikian padanya.

Seharusnya saat ini kami tengah berbulan madu di tempat yang tenang dan Romantis, tapi apa ini? Dasar kekaisaran Dombraun sialan! Aku jadi tidak memiliki waktu untuk bersantai dengan Istriku.

Hm? Bukankah itu Roselia? Kenapa dia ada di sini? Lalu Ayesha dengan siapa di kamar? Apakah dia mengabaikan perintahku?

“Roselia, kenapa kamu ada di sini?” tanyaku saat sudah berdiri di belakangnya yang sedang mengatur beberapa pelayan wanita di dekat tangga istana sayap kanan.

Roselia membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku, “Maafkan saya, Tuan Muda. Saat ini Nyonya Muda sedang tidur siang, saya sudah mengutus ksatria Jacob dan Atren untuk berjaga.”

Ayesha sedang tidur? Hm, mendadak aku jadi merasa mengantuk, apa aku tidur siang saja dengannya?

“Baiklah, kalau begitu. Jangan ada yang mengganggu kami jika tidak ada hal darurat, oh iya... Tolong kabari kalau Grand Duke sudah kembali.”

“Baik, Tuan Muda,” jawabnya sembari menunduk sopan.

Berjalan meninggalkan Roselia, aku kembali melanjutkan langkah menuju kamar kami yang ada di lantai dua. Tapi apa ini? Kenapa tidak ada ksatria yang berjaga di depan pintu kamar seperti apa yang di katakan oleh Roselia tadi? Tidak mungkin dia berbohong padaku. Seraya mempercepat langkah, aku berjalan dengan tergesa-gesa saat aku melihat adanya kejanggalan dalam situasi yang sedang terjadi sekarang.

Dimana aku melihat Atren sedang berbaring di balik pot bunga yang memang berukuran besar di sebelah pintu, aku mengecek denyut nadinya, ternyata dia masih hidup. Sepertinya dia pingsan, ku lihat juga kepalanya berdarah, mungkin dia di pukul oleh benda keras.

Perasaanku tidak enak, saat aku menoleh ke arah pintu, ternyata pintu sedikit terbuka dan membentuk sebuah celah kecil. Itu berarti ada yang masuk ke dalam kamar.

Tidak! Ayesha! Istriku!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status