Share

bab 7

Author: Tikha
last update Last Updated: 2025-02-27 06:02:10

"Mas, ayo tidur." ajak Lia pada suaminya.

Adi yang baru saja menyelesaikan sholat isya nya, menatap ke arah pintu yang di mana Lia tengah menunggunya. Mereka tidak sholat berjamaah karena Lia sedang halangan, hanya alasan. Dan Hafizah tidak ingin tidur bersama suaminya untuk sementara.

"Tidur sendiri-sendiri saja," jawab Adi.

"Kenapa? Ini malam pengantin kita, Mas."

Adi menatap sinis Lia. "Pernikahan yang diinginkan? Tidak bukan? Lagian, halangan, 'kan?" ketusnya.

Lia terdiam, sebenarnya sakit karena tidak dianggap oleh suami sendiri. Tapi, ia harus menerima perlakuan Adi, bukan? Pasalnya, ia yang menginginkan pernikahan itu walaupun ia bisa menolak. Namun jujur, ia jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Adi. Dan untuk haid, itu hanya alasan semata agar pria itu tidak memandangnya terlalu buruk.

"Setidaknya, kamu tidur denganku sebagai bentuk tanggungjawab suami pada istrinya," pungkas Lia.

Mendengar perkataan Lia, Adi tertawa sinis. "Tanggungjawab apa? Tanggungjawab sebagai suami? Aku akan menafkahi mu, namun tidak untuk nafkah lain. Ingat, aku hanya ingin Hafizah yang menjadi penyempurna hidupku."

Sakit? Tentu.

Lia menatap Adi sedih. Ia mendekati Adi yang berada di ruang kerjanya itu. "Mas, aku juga istrimu. Kamu harus berlaku adil pada kami," lirihnya.

Adi mendatarkan wajahnya. "Laki-laki harus adil pada kedua istrinya, jika laki-laki itu mencintai kedua istrinya." terang Adi salah.

Lia menggeleng. "Kamu salah, Mas. Jika laki-laki itu telah menikah lagi, cinta atau tidak, laki-laki tersebut harus tetap adil pada kedua istrinya. Lagian, banyak rumah tangga yang diawali tanpa cinta dan laki-lakinya tetap memberikan kebahagiaan pada istrinya,"

"Sayangnya, aku hanya memikirkan perasaan Hafizah."

"Mas? Aku juga istrimu. Jangan menyebut nama istri lain saat bersama istri yang lainnya." kesal, tentu saja. Siapa yang tidak kesal jika kita berduaan dengan suami, tapi suami kita malah terus menyebutkan nama wanita lain. Apalagi wanita itu adalah wanita yang dicintai oleh suamimu sendiri.

"Karena memang Hafizah yang ada di hatiku,"

"Mas!" Lia menaikkan nada bicara nya. Ia menatap tajam pada Adi.

Adi terkekeh, ia menatap jijik pada Lia. "Dengar! Karenamu, aku harus menduakan Hafizah, istri yang paling aku cintai. Aku membencimu, benar-benar benci. Bisa-bisanya ada wanita sepertimu. Menikah dengan cara memfitnah!"

"Aku tidak memfitnah mu, Mas!"

"Tidak? Iya tidak. Tapi, kamu diam saja saat mereka menuduhku menidurimu, padahal nyatanya tidak, Lia!!" sentak Adi marah.

"Wajar kita menikah, Mas! Karena kamu sudah memeluk wanita yang bukan mahrammu!"

Adi tertawa sumbang. "Itu kesalahan karena aku sakit. Tidak semua kesalahan seperti itu, jalan keluarnya menikah. Semua orang pasti melakukan kesalahan."

Lia menarik napas panjang. "Baiklah, aku salah karena telah mencintai suami orang dan membiarkan warga memaksamu menikahiku," sadarnya.

"Bagus kalau kamu sadar. Buang perasaan mu terhadapku."

Lia menggeleng kuat. "Tidak, Mas. Aku akan memperjuangkan cintaku walaupun itu sulit karena di hatimu hanya ada Hafizah," tekadnya.

"Dan selamanya hanya ada nama Hafizah di hatiku." Adi duduk di sofa.

Lia ikut duduk disamping Adi. Ia hendak memegang tangan Adi, namun pria itu langsung menipisnya, serasa enggan untuk disentuh wanita lain.

"Tapi, Mas, beri aku sedikit ruang di hatimu. Aku tidak masalah kamu hanya mencintai Hafizah. Tapi, tolong adil, Mas. Kurang baik apa aku sebagai wanita karena tidak masalah kamu lebih mencintai istri pertamamu. Aku hanya menginginkan peranmu sebagai suami, Mas." kata Lia menatap Adi dengan sorot mata memohon.

"Banyak kurang mu. Salah satunya, merebut suami orang." ucap Adi pedas.

Lia meremas bajunya, menahan emosinya. Ia menarik napas panjang. "Aku bukan merebut suami orang, Mas. Merebut itu, artinya aku memaksa kalian berpisah dan kamu hanya boleh denganku ajaa. Sedangkan aku, tidak seperti itu. Bahkan berulang kali aku mengatakan bahwa aku tidak masalah jika tidak dicintai. Tapi, tanggungjawab mu sebagai suami harus tetap dijalankan secara adil,"

Adi diam, ia mengakui bahwa bicaranya tadi salah. Intinya, jika seorang laki-laki sudah pasrah dengan keadaan yang mengharuskannya poligami, mau tidak mau ia harus adil pada kedua istrinya.

Melihat Adi terdiam, Lia tersenyum lembut. Perlahan ia memegang lengan kekar Adi. "Tidur bersamaku, ya, Mas?" tawarnya.

Adi hanya diam tanpa melihat dan menjawab Lia. Lia berdiri dan menarik Adi perlahan dari duduknya. Adi hanya menurut tanpa mengeluarkan ekspresi apapun. Lia membawa Adi menuju kamar yang sudah disiapkan oleh Bibi untuknya dan Adi.

"Aku akan berusaha membuatmu mencintaiku, Mas." batin Lia bertekad.

Lia membuka pintu kamarnya dan menuntun Adi untuk masuk.

Hafizah tersenyum getir saat melihat suaminya memasuki kamar madunya sendiri. Kebahagiaan dalam pernikahan hanya ia rasakan selama 4 bulan saja.

Hafizah menutup pintu kamarnya yang berada disebelah kamar Lia dan Adi. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang sambil mengusap perut ratanya.

"Sebenarnya Bunda bukan muslimah sejati, Nak. Karena Bunda bukan orang yang sabar. Tapi, demi kamu Bunda bertahan," Hafizah mengajak janinnya berbicara.

Muslim sejati, memiliki kesabaran seluas samudera. Kesabaran tiada batasnya, jika kalian masih tidak bisa mengontrol emosi kalian, itu artinya kalian masih harus perdalam pengetahuan tentang agama.

Lama mengusap perutnya, Hafizah tertidur dengan kepala yang masih terbalut hijab. Padahal biasanya ia akan melepaskan hijabnya jika ingin tidur.

**

Ditengah malam, Adi masih tidak bisa tidur. Ia menoleh kesamping yang dimana Lia sudah tertidur pulas sejak jam 10 tadi. Ia ingin tidur bersama Hafizah, namun istri pertamanya itu menolak dengan alasan ia harus adil. Ah, kedua istrinya membicarakan keadilan. Namun, ia tahu kalau perasaan Hafizah sakit.

Adi beranjak dari tidurnya secara perlahan. Ia ingin melihat Hafizah, istri tercintanya. Ia membuka pintu dan menutup pintu kamar secara perlahan agar Lia tidak terbangun. Kakinya melangkah ke kamar sebelah dan memegang handle pintu.

Adi menarik napas lega, karena kebiasaan istrinya yang lupa mengunci pintu itu. Ia membuka secara perlahan dan pandangannya langsung tertuju pada Hafizah yang tidur menggunakan hijab.

Ia tersenyum bahagia. Hanya Hafizah yang mampu membuatnya tersenyum seperti ini. Perlahan ia mendekat dan menaiki ranjang. Ditatapnya Hafizah dengan sayang.

"Sayang, maafin Mas karena sudah membuatmu terluka. Mas sebenarnya benar-benar tidak ada niatan untuk poligami," lirih Adi merasa bersalah. Ia membelai lembut pipi mulus Hafizah.

Hafizah yang pada dasarnya tidak bisa terkena sentuhan saat tidur, lantas menggeliat kecil dan perlahan membuka matanya.

"Mas?"

Adi tersenyum dan mengangguk. "Iya, Sayang."

"Ngapain kesini? Bukannya kamu harus tidur sama...."

"Ssstt, jangan lanjutkan." Adi menempelkan jari telunjuknya pada bibir Hafizah agar istrinya itu tidak melanjutkan perkataannya. "Mas tau kalau kamu menyebut nama wanita lain, kamu sakit hati. Untuk itu, jangan lanjutkan perkataanmu,"

Adi begitu memahami perasaan Hafizah, namun tidak untuk perasaan Lia.

Hafizah menjauhkan jari suaminya itu. Ia membalik badannya membelakangi sang suami. "Bahkan sakit ku sudah begitu besar sejak kamu membawa wanita lain dalam pernikahan kita," ujarnya, tiba-tiba air matanya keluar. Beruntung ia membelakangi Adi, jadi pria itu tidak tahu kalau ia menangis.

Adi ikut berbaring dan memeluk Hafizah dari belakang. "Maafin Mas, Sayang." sesalnya.

"Untuk apa meminta maaf kalau sudah dilakukan?"

"Sebenarnya Mas tidak mau menikahinya. Tapi, warga desa....."

"Ucapan adalah do'a. Itulah pentingnya menjaga lisan," ujar Hafizah dingin.

Deg!

Adi tertegun, dan ingatannya kembali pada saat ia dan Hafizah sedang berhubungan malam itu. Malam yang dimana ia ingin bercanda dan mengatakan pada istrinya kalau ia ingin poligami. Dan sekarang? Candaan itu menjadi kenyataan.

Mengeratkan pelukannya pada Hafizah. "Maaf, maaf karena Mas tidak menjaga lisan. Mas benar-benar menyesal, Sayang." kata Adu penuh sesal.

"Terlambat, Mas." pungkas Hafizah, ia membalik badannya menghadap suaminya itu. "Sudahlah, semua sudah berlalu. Sekarang kita tidur," ajaknya, sambil melepaskan hijab instan nya.

Adi mengangguk, ia meraih selimut menggunakan kakinya dan menyelimuti tubuh mereka berdua. Sepanjang malam Adi terus memeluk Hafizah posesif. Hafizah sendiri tak tau harus bereaksi seperti apa. Kalau biasanya ia senang suaminya manja padanya, sekarang tidak seperti itu. Ada perasaan kecewa yang begitu besar dihatinya terhadap sang suami.

Paginya, Lia bangun dan mendapati suaminya sudah tidak ada disamping. Ia melirik jam yang ternyata baru kam setengah 5 itu.

"Mas Adi baru keluar atau tadi malam emang tidak tidur disini?" gumam Lia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Lia turun dari ranjang berniat mencari suaminya di ruang kerja. Saat dirinya keluar kamar, samar-samar ia mendengar suara Hafizah yang mual, dan ada juga suara Adi. Ia melirik ke arah pintu kamar Hafizah yang terbuka sedikit itu. Ia mendekatinya dan menguping.

"Mas Adi jauh-jauh dari Fizah, issh... Anaknya gak mau dekat-dekat ayahnya..."

"Lho? Tidak bisa begitu dong. Tadi malam aja kamu masih baik-baik saja, kenapa sekarang malah gak mau dekat-dekat sama Mas?"

"Fizah gak tau. Kan anaknya baru sekarang gak mau dekat-dekat sama kamu,"

"Tapi, Mas harus tetap disini. Gak mungkin Mas ninggalin kamu yang sedang mual begini,"

"Tinggalin aja gak apa-apa. Fizah bisa sendiri,"

"Gak akan, Sayang...."

Lia tersenyum kecut mendengar suara lembut Adi untuk Hafizah. Ia kembali ke kamarnya dengan langkah gontai. Perhatian, suara lembut, cinta, kasih sayang, semuanya Hafizah dapatkan dari suaminya itu. Betapa iri nya ia pada istri pertama suaminya itu.

"Aku juga mau dekat-dekat kamu, Mas," lirih Lia, yang sudah memasuki kamarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 30

    "Pa! Bisa jangan desak Hafidz untuk menikah?" protes Hafidz menatap kesal ayahnya."Sampai kapan, hah?! Usiamu sebentar lagi memasuki kepala tiga dan kamu belum menikah juga?" ketus Pak Harmoko menatap Hafidz datar.Hafidz menggulirkan bola matanya malas. Beginilah sosok ayahnya, pemaksa dan keinginannya harus selalu dituruti. Untuk itu Hafidz lebih memilih untuk membeli rumah dan tinggal sendiri dari pada bersama kedua orang tuanya."Aku belum menemukan pasangan yang pas, Pa," jawab Hafidz berusaha santai."Bagaimana kamu bisa menemukan yang pas kalau kamu menginginkan Hafizah! Ingat, Hafidz! Hafizah itu istri dari Adi, dan mereka saling mencintai.." ocehan dari ayahnya itu sering kali ia dengar, hingga sudah membuatnya muak.Pak Harmoko tau kalau anaknya itu menyukai Hafizah. Karena memang Hafidz sendiri mengatakan padanya. Ia sebagai ayah selalu memperingati sang anak bahwa wanita yang disukai itu sudah bersuami."Pulang aja kalau Papa kesini hanya mau marahin Hafidz, bukan mau jen

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 29

    Merasa di panggil, Pak Harmoko menghentikan langkahnya dan membalik badannya. Ia mengerutkan keningnya kala melihat sepasang suami-istri menghampiri dirinya."Assalamu'alaikum, Pak," ucap Hafizah saat sudah berada didepan Pak Harmoko."Walaikumsalam, Fizah. Ada apa?" tanya beliau to the point.Hafizah menggeleng kecil dan tersenyum. "Tidak ada, Pak. Apa anda pindah rumah?" tanyanya.Pak Harmoko menatap bangunan disamping nya itu dan menggeleng. "Ini rumah anak saya. Katanya dia sakit dan saya kesini untuk menjenguknya," pungkasnya.Hafizah menatap suaminya dan mereka saling pandang."Oh iya, Pak. Kalau begitu kami pamit pulang dulu," kata Hafizah sopan.Dengan kebingungan pak Harmoko mengangguk. "Iya, silakan."Hafizah dan Adi tersenyum. Mereka lantas pergi dari hadapan pak Harmoko yang masih menatap bingung kearah mereka.Di dalam mobil, Adi dan Hafizah saling berbicara. "Lumayan mengejutkan," ujar Hafizah pada suaminya itu.Adi tersenyum tipis. "Ini belum pasti, Sayang," Adi yang se

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 28

    "Pak?" Putra kebingungan melihat atasannya itu datang dengan Lia."Urus dia, Put," pinta Adi dan langsung pergi menuju ruangannya.Putra yang kebingungan menurut saja. Ia bertanya lebih dulu pada Lia."Mau apa, Bu?" tanya Putra yang tetap hormat.Lia tersenyum dan memberikan map yang berisi kertas-kertas penting untuk melamar pekerjaan.Putra mengambil itu dan memeriksa sebentar. "Mari ke resepsionis dulu, Bu," ajaknya."Untuk apa? Langsung berikan id card saja, soalnya Mas Adi sudah setuju." kata Lia yang tidak ingin berlama-lama dengan menunggu konfirmasi dulu.Putra mengangguk patuh, namun tetap ke meja resepsionis untuk minta buatkan id card di divisi administrasi.Lia tersenyum senang. Sambil menunggu id card nya siap, Lia ingin ke ruangan suaminya dulu."Kantor Mas Adi mewah," batinnya menatap bangunan besar nan mewah itu. "Put, dimana ruangan Mas Adi?" tanyanya."Di lantai 15, Bu." jawab Putra jujur."Aku akan kesana, terimakasih," Lia langsung meninggalkan Putra yang tengah me

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 27

    Hafizah menatap mata suaminya dengan penuh kelembutan dan kepercayaan, tersenyum menguatkan ikatan cinta yang telah terjalin antara mereka berdua. "Kamu gak masalah Lia kerja di kantorku, De?" tanya Adi dengan nada gugup namun penuh harap."Aku percaya sama kamu, Mas," jawab Hafizah dengan lembut, meyakinkan suaminya bahwa kepercayaan itu adalah pondasi kuat dalam pernikahan mereka.Adi merasa lega, senyumnya semakin lebar seiring rasa syukurnya yang meluap. Ia meraih lengan istrinya, mengajaknya duduk di pangkuannya, dan memeluknya erat. "Terimakasih karena selalu percaya sama Mas, De," bisik Adi dengan penuh kasih sayang.Mereka berada di kamar mereka, menikmati kehangatan dan kedekatan setelah makan malam yang lezat. Hafizah membelai pipi suaminya, merasa bersyukur memiliki pasangan yang setia dan penyayang seperti Adi. "Dalam hubungan kuat, harus saling percaya, Mas," ucap Hafizah dengan tegas namun lembut."Iya, De," sahut Adi, menggenggam tangan istrinya dan mencium punggung tan

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 26

    "Nunggu suamimu, Fizah?""Eh iya, Pak." sahut Hafizah yang sempat kaget karena tiba-tiba Hafidz sudah ada disampingnya.Hafidz tersenyum tipis saat melihat Hafizah menjauhkan diri darinya. Semenjak ia jujur akan perasaannya bulan lalu, wanita cantik berhijab itu sering menghindarinya."Kamu wanita kuat, Fizah," puji Hafidz.Hafizah tersenyum dalam tunduk nya. "Apa yang membuat saya lemah, Pak?""Madumu,"Hafizah terkekeh mendengar perkataan dari Hafidz. "Selagi cinta suami saya masih full, saya tidak akan lemah,""Laki-laki bisa memberikan cinta pada dua orang yang berbeda, Fizah,""Begitukah? Contohnya seperti anda, Pak?" tanya Hafizah bercanda."Hanya kamu,"Hafizah geleng-geleng kepala mendengar jawaban dari Hafidz. Ia hanya berharap suaminya lekas datang dan ia bisa menghindari Hafidz.Hafidz menatap lekat Hafizah yang terus menundukkan kepala itu. Tidak pernah ia lihat Hafizah menatapnya jika sedang berbicara berdua. Dikatakan tidak sopan, tapi tutur kata Hafizah begitu lembut."

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 25

    "Jangan capek-capek, ya, Sayang? Mas gak mau kamu sakit," kata Adi pengertian.Hafizah menghela napas dan menatap suaminya itu. Ia tersenyum dan mengusap lembut punggung tangan suaminya. Semenjak hamil, Adi selalu mengatakan hal serupa jika ia hendak ke sekolah."Iya, Mas, iya. Cerewet banget sih suaminya Fizah ini, eh sama suami Mbak Lia juga." Hafizah terkekeh saat melihat perubahan raut wajah Adi."Jangan sebut-sebut Lia, Sayang. Mas hanya cinta kamu,""Fizah juga cinta sama Mas."Adi tersenyum senang, ia membawa Hafizah dalam dekapannya. Dicium nya puncak kepala Hafizah.Hafizah menikmati pelukan dari suaminya itu. "Mas," panggilnya tiba-tiba."Iya?""Apa kamu tidak ingin mencaritahu siapa ayah dari anak yang Mbak Lia kandung?" tanya Hafizah yang penasaran.Adi melepaskan pelukannya dan menatap Hafizah lekat. "Jangan berpikiran aku diam karena membiarkan Lia terus menjadi istriku, ya, Sayang? Sejak awal, aku sudah memerintahkan Putra untuk memantau Lia. Aku harap secepatnya dapat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status