Share

Keputusan Shreya

Author: Suci Komala
last update Last Updated: 2023-06-28 22:29:31

Menaiki taksi, akhirnya Shreya dan si kecil Nathan sudah tiba di rumah.

Kedatangannya tanpa sosok Felix tentu saja menjadi tanya bagi Adelia.

"Ke mana Felix?"

Shreya menghela nafas lalu perlahan menceritakan apa yang terjadi. Tak lama, ia lalu berpamitan untuk menidurkan Nathan di kamar.

Tok!Suara ketukan pada daun pintu mencuri perhatian Shreya. Rupanya Adelia yang masuk. Ia pun menyambut kedatangan sang ibu dengan senyum.

"Kamu tidak merasa kasihan dengan Pricilla, Ay?" tanya Adelia tanpa basa-basi.

"Sejujurnya kasihan. Tapi, entahlah, Bu, Aya belum ingin menikah lagi."

"Tapi, putramu butuh seorang ayah, Ay."

"Iya, Aya tau, Bu. Tapi, untuk saat ini Aya rasa tidak. Nathan masih kecil, belum mengerti juga sosok ayah. Kasih sayang dari Aya, kakek dan neneknya saja Aya rasa cukup."

Adelia kembali angkat bicara. Wanita paruh baya itu lagi-lagi mengatakan jika putri Felix sangat membutuhkan sosok ibu. Usianya yang menginjak remaja rentan dengan pergaulan bebas. Felix menyerah dengan tingkah putrinya.

"Itu pasti karena dulu orang tuanya yang tidak peduli atau kurang perhatian sama anaknya."

"Betul! Ayahnya sibuk kerja dan ibunya sibuk pacaran dengan suamimu!" ujar Adelia dingin. Tidak sampai di situ, Adelia kembali berujar, "Kamu lihat sendiri, kan, gimana pergaulan Pricilla? Kasian dia. Butuh bimbingan, butuh perhatian dan kasih sayang. Dia butuh kamu, Ay!"

Shreya menghela napas. "Kenapa di sini seolah-olah Aya yang bersalah karena putrinya begitu. Semua salah Mas Alex dan wanita itu!" Shreya merasa terpojok. Kenapa ia harus menanggung akibat perbuatan Alexander dan Debora? Yang mengharuskan dirinya menjadi ibu sambung untuk putri Felix.

"Felix saja merasa bertanggung jawab sama Nathan, masa kamu tidak, Ay? Kamu ingat? Dulu Ayah pernah menjodohkanmu?"

Sejenak Shreya terdiam, kemudian mengangguk. "Iya, ingat."

"Felix'lah pria itu!"

Deg!

Pernyataan Adelia sukses membuat Shreya kaget. Ya, dulu Shreya menolak perjodohan itu. Pun kabarnya dengan Felix. Keduanya menolak tanpa mencari tahu pribadi masing-masing. Pun Adelia mengatakan saat itu usia Shreya masih lima belas tahun dan Felix berusia dua puluh enam tahun.

"Dan sekarang kalian dipertemukan diwaktu yang tepat, bukan? Kalian sama-sama berstatus orang tua tunggal. Jadi, tunggu apalagi?" lanjut Adelia.

Shreya terdiam. "Takdir Tuhan memang indah. Inikah maksud ucapan Ayah waktu lalu?" Batinnya.

Shreya menatap Adelia. "Nathan masih kecil, Bu. Butuh ekstra perhatian. Aya takut gak bisa membagi waktu, kasih sayang dan perhatian untuk yang lain. Lagipula Aya juga meminta sama Mas Felix agar tidak datang ke sini lagi. Biar dia fokus sama putrinya."

Shreya melihat Adelia menghela napas. Raut wajahnya terlihat kecewa, kemudian pergi begitu saja.

*

Hari-hari Shreya lalui tanpa campur tangan orang lain. Ya, rupanya Felix konsisten pada ucapannya. Sudah dua minggu ia tak datang. Namun, selama itu pula Nathan sering menangis. Sulit dimengerti, Nathan menangis disaat-saat jam Felix biasa berkunjung.

Siang itu Nathan menangis kencang sekali membuat Shreya yang sedang membereskan tempat tidur berlari menghampiri.

"Ya, Tuhan, Nak, kamu kenapa?" ucap Shreya saat membuka tirai yang menutup box bayi.

"Kamu demam, Nak! Ya, Tuhan ...."

Shreya mencoba tenang. Diambilnya termometer dalam laci, kemudian diletakkan pada ketiak Nathan.

"Ya, Tuhan, tiga sembilan."

Shreya menggendong Nathan. Ia mencoba memberikan ASI, tetapi Nathan menolak. Bayi itu terus saja menangis. Akhirnya Shreya membawa bayinya ke luar kamar. Dicarinya Adelia di ruang keluarga.

"Bu, Nathan demam!"

Adelia yang sedang asyik menonton televisi pun beranjak.

"Ya, Tuhan, panas sekali," ujar Adelia sembari meletakkan tangannya di kening Nathan.

"Jangan panik, kita kompres dulu sambil terus berikan ASI."

Shreya mengangguk. Ia duduk di sofa dan mencoba memberi ASI. Nihil, sang bayi tetap merajuk.

Sepuluh menit, dua puluh menit, tangis Nathan tak kunjung berhenti. Tiba-tiba saja ...

"Nathan kenapa, Ay?!"

Shreya menoleh ke arah suara. "Mas Felix! Ini Mas, Nathan tiba-tiba saja demam!"

Felix mengambil alih Nathan. Sulit

dipercaya, seketika Nathan berhenti menangis dan tidur dalam dekapan Felix. Tentu saja itu membuat Shreya merasa heran sekaligus lega.

"Nathan selalu nyaman berada dalam pelukan Mas Felix. Apalagi saat ini. Apa itu artinya putraku sangat menginginkan sosoknya?" Batin Shreya.

Shreya melihat Felix mengusap kepala Nathan dengan sayang sambil menimang.

"Pantas saja perasaan Papa gak enak dan terus mau ketemu kamu. Rupanya kamu sedang sakit," ucap Felix sambil terus menimang.

Mendengar itu membuat Shreya memalingkan muka seiring dengan Adelia yang menoleh ke arahnya. Terlihat wanita paruh baya itu tersenyum lebar.

Shreya segera memegang kening Nathan. Benar saja. Demam Nathan turun dan tidur sangat nyenyak. Felix meminta izin untuk menidurkan Nathan di box bayi. Shreya hanya bisa mengangguk mempersilakan.

"Gimana, Ay?" tanya Adelia sembari menaikturunkan alisnya.

Shreya menaikkan kedua pundaknya. "Ya, gak gimana-gimana, Bu."

Adelia menghela napas, kemudian pergi.

Shreya duduk di sofa dan tidak berselang lama Felix menghampiri.

"Emm ... Mas dari kantor?" tanya Shreya.

Terdengar embusan napas kasar Felix di telinga Shreya. Bahkan Shreya melihat Felix mengurut pelipisnya.

"Iya, dari kantor. Dari kantor lanjut cari guru privat buat Pricilla, kemudian ke sini."

Dahi Shreya mengerut. "Guru privat? Kenapa memangnya?"

Felix menjawab bahwa Pricilla makin sulit dikendalikan. Oleh karena itu ia memutuskan agar Pricilla home schooling saja.

Shreya terdiam.

Sungguh, ia merasa kasihan kepada Pricilla. Shreya menarik napasnya dalam dan mengembuskan perlahan.

Apa benar yang dikatakan sang ayah dan ibu, bahwasanya mereka dipertemukan oleh takdir disaat yang tepat?

Di saat mereka saling membutuhkan dan bukan hanya untuk kebutuhan biologis masing-masing.

Nathan butuh sosok ayah dan Pricilla butuh sosok ibu.

Persetan dengan cinta. Ia bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Shreya bisa membuktikan itu dengan perlakuan Felix terhadapnya nanti.

Jikalau begitu, tidak mungkin bagi dirinya tidak membalas cinta Felix. Sejujurnya Shreya takut jikalau Felix dekat dengan Nathan semata-mata karena ingin menjadikan dirinya ibu untuk Pricilla saja, tidak lebih.

"Tidak! Aku tidak boleh egois. Mas Felix sangat menyayangi Nathan. Dan jika dilihat dari ucapannya waktu lalu, sepertinya bisa dipercaya. Dia bukan tipe cowok brengsek!" Batin Shreya, meyakinkan diri.

****

"Pricilla tidak usah home schooling, Mas. Biarkan Aya yang bimbing dirinya," ucap Shreya mendadak.

Mendengar itu, alis Felix naik sebelah. "Caranya?"

"Aya mau menikah dengan Mas."

Shreya melihat Felix tersenyum. Tampak jelas binar bahagia di wajahnya. Ucapan terima kasih terlontar dari mulut Felix berkali-kali.

Wanita itu tersenyum, kemudian mengangguk. "Sama-sama, Mas. Aya harap Pricilla bisa menerima Aya. Dan Aya akan berusaha menyayangi putri Mas dengan sepenuh hati, seperti darah daging Aya sendiri."

Ia berharap keputusannya itu tepat. Entah mengapa, hatinya merasa lega setelah berkata demikian.

Hanya saja, wanita itu tak tahu bahwa semua tak berjalan semudah yang ia kira....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Keluarga Bahagia_End

    Mendengar itu Pricilla berjalan mundur. Tak hanya Pricilla yang merasa kecewa, tetapi juga semua keluarga terlebih-lebih Shreya. "Tunggu!" titah Nathalie, membuat Pricilla menghentikan langkah. "Aku belum selesai bicara!" tukas Nathalie. Pricilla mencoba tersenyum walau bulir bening hampir saja menetes. "Ah, apa itu, Dek?""Sayangnya, tidak mungkin jika Liki tidak memaafkan Kakak.""Jadi, Adek maafin Kakak? Serius?"Nathalie mengangguk. "Iya, dua rius malah!"Nathalie memeluk Pricilla erat. Kata maaf terlontar dari mulut keduanya. "Makasih udah siapin ini untukku, Kak. Seandainya Kakak gak bikin pesta ini pun Adek pasti maafin Kakak, kok. Tapi, waktunya aja yang lama. Hehehe ...," ujar Nathalie dengan polosnya. Pricilla melerai pelukan. "Yaaah ... kalo gitu rugi, dong, Kakak bikin pesta ini!""Iiih, si Kakak, ya, gak, lah. Kan, aku seneng."Pricilla mengatakan jika semua ide datangnya dari Shreya. Mulai dari konsep, kostum dan lainnya. Sedangkan dirinya hanya pendanaan saja. Itu

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Kado Terindah

    "Ini tolong susunnya yang betul, ya?""Masakan sama kuenya udah aman, kan?""Coba yang itu, tolong kursinya tata yang rapi!"Itulah Pricilla saat dirinya disibukkan dengan acara yang ia persembahkan untuk Nathalie. "Sayang, istirahat dulu. Acaranya, kan, nanti malam. Kamu sampe lewatin makan siang, loh!" kata Jody. "Nanti saja, Kak. Aku mau mastiin acara ini bener-bener terselenggara mewah dan sempurna!""Gak, gak, bisa! Pokoknya kamu harus makan dulu. Kalo kamu sakit gimana?"Pricilla hanya diam. "Kakak gak mau, ya, gara-gara ini kamu sakit!" lanjut Jody. Akhirnya Pricilla menyerah. Ia memakan makanan yang Jody bawa. Semua tak luput dari pengawasan Jody. Pricilla yang sebenarnya sudah merasa kenyang pun mau tidak mau melahap semuanya. "Haaah, selesai. Kenyang banget, Kak."Jody tersenyum. "Bagus!""Kalo gitu, sekarang antar aku ke butik."Jody menepuk kening. "Istirahat, Yang! Malah ke butik."Pricilla hanya tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang putih dan rapi. "Sekalian

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Nathan-Cinta Pada Pandang Pertama

    Satu minggu sudah berlalu. Satu minggu juga Nathalie tidak memberi Pricilla kesempatan untuk berbicara empat mata dengannya."Ma, hari ini Lili izin menginap lagi di rumah Nela, ya?" kata Nathalie. Perkataan Nathalie mencuri perhatian Felix, Lorenza, Jody dan Pricilla yang sedang sama-sama menikmati sarapan. Shreya menggeleng. "Tidak boleh?""Loh, kenapa?"Shreya menyimpan sendoknya. "Mama mau kalau weekend kita semua kumpul. Kita gunakan waktu senggang untuk bercengkrama.""Abang gak ada, gak asyik!" ucap Nathalie cepat. "Kan, ada Kakakmu. Mumpung dia menginap di sini," balas Shreya. Nathalie hanya menunduk dan mengaduk sup yang ada di mangkuk saja. Sikap Nathalie tak luput dari pandangan Pricilla. "Ma, nanti sore kita pulang," kata Pricilla. "Loh, katanya mau seminggu lagi di sini."Pricilla tersenyum. "Maaf, semalam lupa kasih tau Mama. Kakak kasian sama Kak Jody bulak-balik kantornya jauh."Embusan napas kasar yang terkesan lega terdengar dari mulut Nathalie. Remaja itu berd

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Bentuk Protes Nathalie

    Di sekolah, mood Nathalie belum seutuhnya kembali sampai-sampai apa yang guru jelaskan di depan kelas tak sepenuhnya ia dengar. "Lili, coba jelaskan kembali apa yang Ibu terangkan barusan!"Nathalie terkesiap. "Sa-saya, Bu?""Iya, kamu!"Nathalie tersenyum canggung. "Ma-maaf, Bu. Sa-saya tadi tidak fokus.""Sekali lagi kamu tidak perhatikan, silakan ke luar kelas! Mengerti?!""Ba-baik, Bu."Guru tersebut kembali mengulang menjelaskan. Beruntung, Nathalie bisa kembali fokus dan mampu menjawab semua pertanyaan yang guru tersebut ajukan. Bel istirahat diperdengarkan. "Kenapa lu?" tanya Nela --teman Nathalie. "Tumben amat lu lemot.""Lagi bete gue, La.""Cerita di kantin, yuk! Laper, nih!" Setelah mengambil ponsel di masing-masing loker, keduanya ke kantin. Baru saja tiba di kantin, ponsel Pricilla berdering pertanda satu panggilan masuk. Kak Cilla, nama yang tertera di layar ponsel. Rasa benci yang masih menggelayut membuat Nathalie menolak panggilan. "Lu mau makan apa?" tanya Nela

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Sesal Pricilla

    Di apartemen. Ada Pricilla yang sedang sibuk menyiapkan keperluan Jody untuk bekerja. "Sayang, maaf, ya? Kakak harus kerja hari ini," ucap Jody. Pricilla yang sedang memilih dan memilah kemeja pun menjawab, "Iya, tidak apa-apa. Aku yang harus berterimakasih sama Kakak atas waktunya. Hampir satu minggu Kakak temani aku.""Iya, Sama-sama, Sayang."Sebelum berangkat ke kantor, Pricilla meminta Jody agar mengantarnya ke rumah Shreya. Setelah menikmati sarapan keduanya pergi. *"Kak, sebelum ke rumah mama, antar aku ke toko kue Nenek Melani," pinta Pricilla. "Buat oleh-oleh?"Pricilla menggeleng. "Lalu?"Rupanya Pricilla ingin meminta maaf kepada Melani atas semua kesalahan yang sudah ia perbuat. Jody tersenyum mendengar itu. Tiba di toko kue, rupanya Melani yang menyambut. "Wah, ada ka--""Nenek!" Pricilla memeluk Melani membuat wanita tua itu tercengang. "Maafin aku, ya, Nek? Maaf atas semua kesalahan yang sudah aku perbuat."Melani tersenyum dan membalas pelukan. Diusapnya rambu

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Keputusan Nathan

    Mata Jody perlahan terbuka. Senyumnya mengambang melihat Pricilla yang tidur sembari memeluknya tanpa sehelai benangpun. Dilihatnya jam yang terpasang di dinding. Ternyata jarum jam sudah menunjuk pada angka tujuh malam. Rasa lelah yang meraja rupanya membuat mereka tidur sangat pulas. Maklum saja, pergulatan siang tadi berlangsung berjam-jam.Pricilla menggeliat. Perlahan mata indahnya terbuka. Cup! Jody mengecup pucuk kepala Pricilla. Pricilla mendongak. "Eh, Kakak udah bangun?""He'em, dari tadi."Pricilla hendak bangun. Namun, ia urungkan saat menyadari tubuhnya polos. Wanita itu memilih menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jody. "Ih, malu," cicit Pricilla. Jody tersenyum. Sembari mengeratkan pelukan, ia bertanya, "Malu kenapa, sih, Yang? Toh, Kakak udah liat semuanya."Plak! Pricilla memukul dada Jody. "Gak usah disebutin juga, Kak, ih!""Sakit, Yaaang!" Jody mengusap-usap dadanya yang dipukul. Pricilla yang tak enak hati tentu saja meminta maaf sembari turut mengusap

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Pricilla-Jody, Baikan.

    Sembari menangis Pricilla berjongkok membantu Jody berdiri. Beruntung, Jody hanya mengalami lecet di tangan saja karena mobil Dio menabrak gerobak seorang pedagang yang turut menyebrang. Jody terjatuh tertimpa gerobak. Ramai orang berkerumun, bahkan sebagian dari mereka memecahkan kaca mobil Dio. "Turun, anj*ng!""Udah tau jalanan ramai, malah ngebut!""Ganti rugi!"Banyak dari mereka yang turut menghujat. Dio pun turun. Tak ada rasa sesal darinya. Ia menatap tajam ke arah Jody dan Pricilla. Bugh!Bugh! Bogem mentah Dio dapatkan dari beberapa orang. Ia pun terkapar. "Hentikan!" seru Jody. "Dia sodara saya! Untuk kerusakan, biar saya yang ganti," lanjut Jody. Orang-orang pun membubarkan diri. "Sayang, tunggu di sini," ucap Jody kepada Pricilla. Pricilla mengangguk, Jody pun berlari menuju mobilnya. Tidak lama berselang, Jody kembali dengan membawa selembar cek. Tertulis nominal sebesar lima puluh juta. "Segini cukup untuk mengganti rugi gerobak dan dagangan Bapak?" tanya Jo

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Dio Balas Dendam?

    Jody memaksa Pricilla pergi dari rumah Dio. Meninggalkan Lira yang menangis karena tak tahu siapa mamanya. "Kenapa diam?" tanya Jody di balik kemudi. "Kakak keterlaluan!""Apanya yang keterlaluan?""Aku gak habis pikir kalo Kakak picik."Jody tersenyum samar. "Picik lawan picik. Itu!""Kak Dio gak picik, tuh!" ujar Pricilla sembari mendelik. "Bela aja terusss!""Apa Kakak gak kasihan sama Lira tadi?"Jody hanya tersenyum sarkas menanggapi pertanyaan Pricilla. Pricilla diam. Pun dengan Jody. Jody memilih fokus menyetir dan akan bicara empat mata dengan Pricilla di rumah saja.Lima menit lagi mereka akan sampai di apartemen milik Jody. Namun, tiba-tiba saja Pricilla berkata, "Aku mau pulang ke apartemenku!""Sebentar lagi kita sampe, Yang.""Kalau begitu Kakak turun dan biarkan aku pulang sendiri!"Jody menghela napas. Ia memutar balik mobil yang dikendarai. Tidak masalah memang, hanya saja ke apartemen milik Pricilla cukup jauh belum lagi jalanan yang sudah mulai macet. Kapan merek

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Dijebak

    Jody tetap menjaga jarak dengan mobil Pricilla. Ia benar-benar harus memastikan jika sang istri selamat sampai tujuan. Mobil Pricilla sudah terparkir di basement. Setelah wanita itu turun, Jody turut memarkirkan mobilnya. Pricilla sudah masuk ke dalam unit apartemennya. Jody tak lekas pulang, ia menghubungi Ronald. "Kamu tinggal di Apartemen Green Street, kan?""Iya, Pak. Ada apa, ya?""Lantai berapa dan kamar nomor berapa?"Jody tersenyum lebar. Ternyata unit apartemen milik Ronald berada di lantai yang sama. "Keluar!" titah Jody. "Maksud Bapak?""Aku ada di luar, tepat di depan kamarmu!"Tidak berselang lama, Ronald menampakan diri. Tanpa basa-basi Jody menerobos masuk. Sang tuan rumah hanya melongo melihat sikap sang bos. Jody duduk di sofa, lalu memberitahu nomor unit apartemen Pricilla. "Wah, kebetulan sekali, Pak. Tapi, apa hubungannya dengan saya, Pak?" tanya Ronald, kemudian tersenyum canggung. "Ah, pertanyaan yang bagus. Sebelumnya saya minta maaf karena sudah menggan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status