Share

Tiba-tiba Diajak Menikah

Penulis: Suci Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-25 23:06:17

Hari itu juga, Alexander dikebumikan.

Namun, Shreya hanya bisa melihat prosesi pemakaman dari kejauhan setelah terbangun dari pingsan. Ini semua karena sang mertua enggan melihat dirinya.

Anehnya, wanita itu mendadak bingung. Mengapa ia tidak merasakan sedih ketika peti jenazah Alexander dimasukan ke dalam liang lahat?

"Kosongkan rumah anakku, wanita pembawa sial!"

Satu hari setelah kepergian suaminya, mertua Shreya meminta mengosongkan rumah yang sudah ia tempati bersama Alexander. Dengan lantang, ia bahkan berkata bahwa tidak ada lagi hubungan mertua dan menantu lagi dengan Shreya.

Padahal, rumah itu adalah hadiah perkawinan dari sang ayah.

Akan tetapi, Shreya tidak ambil pusing. Saat ini, ia sudah lelah.

Jadi, Shreya hanya mengangguk patuh dan menuju kamar mengemas barangnya, lalu pergi dari sana.

Ia bertekad untuk menepati janjinya sebagai ibu yang tegar untuk janinnya.

****

Dug!

Perut Shreya tiba-tiba merasa sakit ketika merasakan sang bayi sudah menendang cukup keras--menyadarkan Shreya dari memori pahit yang terjadi sebelumnya.

Kini, kandungan Shreya sudah delapan bulan. Untungnya, Shreya kini sudah kembali bersama orang-orang tersayang.

Orang yang ada setiap kali Shreya butuhkan.

Orang yang selalu memberikan kekuatan, cinta kasih dan sayang yang tulus, yakni orang tua dan adik laki-lakinya.

Di sini, di rumah masa kecilnya Shreya mulai menata kembali hidupnya.

"Pelan-pelan, Sayang!" ucapnya lembut sambil mengelus perut buncitnya

"Kamu tidak mau Mama sedih lagi? Iya? Tenang saja, Nak, mulai detik ini tidak akan ada lagi air mata kesedihan. Mama janji," lanjut Shreya lagi.

Lama, dia bercakap-cakap dengan janinya, sampai tak sengaja ia melihat jarum jam sudah menunjuk pada angka sepuluh di pagi itu.

Matanya membelak, terlebih Adelia Caroline--ibu Shreya--di bibir pintu

"Sudah siap, Nak?" tanyanya.

"Eh, Ibu ... iya, Aya sudah siap," jawab Shreya cepat, "nanti, kita cari perlengkapan bayinya di tempat yang ibu ceritakan kemarin, kan?"

Sang Ibu mengangguk. "Tapi, sepertinya tertunda sebentar. Di depan ada tamu."

"Tamu?" Shreya menghampiri Adelia. "Siapa, Bu?"

"Nanti juga kamu tahu."

"Loh, tamu buat Aya?"

Adelia hanya tersenyum, lalu mengangguk membuat sang anak begitu penasaran.

Jadi, dengan cepat, wanita berbeda generasi itu meninggalkan kamar dan berjalan berdampingan menuju ruang tamu.

Dan benar saja, di sana, Shreya melihat Andreas Fablo--ayahnya sedang duduk bersama seorang pria.

Deg!

"Pria itu ... sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi, di mana?" batin Shreya.

Namun, begitu ia telah duduk bersebrangan dengan pria itu, sang ayah tiba-tiba berdiri. "Takdir Tuhan memang indah. Akhirnya, kalian dipertemukan. Silakan mengobrol kalau begitu,"

Penyataan Andreas tentu saja membuat dahi Shreya mengernyit. Apa maksud sang ayah?

"Mari, Bu. Biarkan mereka bicara," lanjut Andreas lagi--mengajak Adelia.

Ditinggal berdua dengan orang asing, tentu saja membuat Shreya merasa canggung. Akan tetapi, rasa penasaran yang bergelayut membuat Shreya berani angkat bicara. "Apa sebelumnya kita pernah bertemu, Mas, eh, Pak, maaf."

"Panggil saja Mas, tidak apa-apa," ucap pria itu seraya tersenyum.

"Iya, kita pernah bertemu sekilas dan sesudah itu kamu pingsan," lanjutnya.

Shreya melongo, kemudian tersenyum malu ketika ia ingat di mana mereka bertemu. "Ah, di ruang ICU ternyata."

Keduanya tertawa.

Perlahan, mereka pun berkenalan. Pria itu bernama Felix Henry, 39 tahun.

Shreya juga mendengarkan cerita pria itu dengan seksama. Felix mengatakan saat Shreya jatuh pingsan, dialah yang menolongnya.

Setelah itu, Felix meminta nomor keluarga Shreya kepada salah satu keluarga Alexander dan ternyata ibu Alexander yang memberikan nomor orang tua Shreya.

"Maaf, sebelumnya tidak sengaja aku mendengar perdebatan kalian waktu itu. Jadi, tanpa pikir panjang aku meminta nomor keluargamu yang bisa dihubungi kepada mereka karena memang ternyata saat kamu pingsan mertuamu itu tidak respek sama sekali."

Mendengar itu Shreya tersenyum samar, kemudian menunduk, malu.

"Dan ternyata ... kamu adalah putrinya Pak Andreas," lanjutnya.

Shreya mengangkat kepalanya. "Mas, kenal Ayah dari lama?"

"Sangat kenal. Ayahmu itu rekan bisnis Papaku."

Shreya hanya menganggukkan kepalanya dan berterima kasih, kemudian berkata, "Apa boleh saya bertanya?"

"Silakan saja."

"Kenapa waktu itu Mas bersama wanita itu?" tanya Shreya pelan, "Emm ... Mas suaminya?"

Seketika, Felix menarik napas dalam dan terkesan sangat berat untuk menjawab.

"Ya, aku adalah suaminya. Nama istriku Debora. Malam sebelum kejadian itu, aku mengusirnya dari rumah."

Shreya benar-benar dibuat terkejut. Pasti Felix merasa bersalah dan menyesal, pikirnya. "Apa karena Mas tau yang terjadi antara istri Mas dan suamiku?"

"Iya, betul," jawab Felix singkat.

"Kalau boleh tau, sejauh apa hubungan mereka?" Shreya benar-benar dirundung penasaran.

"Semua bermula karena salahku juga yang sibuk dengan pekerjaan. Jadi, dia cari perhatian dari pria lain. Ah ... tidak usah dibahas lagi, karena akan membuat hatimu lebih sakit. Yang jelas, tepat dihari kejadian itu sebenarnya aku akan menceraikan istriku."

Shreya terdiam. Ia mencerna ucapan Felix. Karena sibuk, Debora mencari perhatian dari pria lain dan Alexander yang terbentur masalah keuangan bertemu dengan Debora yang katanya baik juga kaya. Klop! Mereka saling melengkapi. Tanpa sadar Shreya tersenyum samar bahkan embusan napas kasar lolos begitu saja.

"Menikahlah denganku!" ucap Felix, yang membuat Shreya melongo.

Shreya tersenyum. "Ah, Mas jangan bercanda."

"Aku tidak pernah mempermainkan pernikahan. Setelah bayimu lahir, aku akan melamar."

Hening. Tak ada jawaban.

Shreya jelas syok dan mengira pendengarannya bermasalah.

"Aku akan bertanggung jawab atas bayimu dan akan aku perlakukan anakmu seperti darah dagingku," ucap Felix lagi, memecah keheningan.

"Putriku juga butuh sosok ibu," lanjutnya, yang terdengar pilu di telinga Shreya.

Shreya menatap Felix lekat. Mimik serius tampak jelas di sana. Namun, tidak mungkin untuk Shreya menerima ajakannya itu. Enam bulan belum cukup untuk Shreya melupakan semuanya. Jangankan menikah, jatuh cinta lagi saja itu tidak mungkin. Semua sudah jelas beralasan. Ya, karena tidak adanya lagi kepercayaan Shreya kepada kaum adam. Shreya bisa membesarkan dan memenuhi kebutuhan anaknya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain.

"Maaf, Mas, tidak bisa. Dan untuk putri Mas, saya minta maaf ... karena suamiku, dia kehilangan ibunya."

"Maksudku bukan be--"

"Iya, saya mengerti maksud Mas. Tapi, sekali lagi maaf," timpal Shreya memotong ucapan Felix.

Shreya tidak mengerti dengan jalan pikiran Felix. Apakah Felix tidak merasakan kehilangan, patah hati, yang berakibat pada tertutupnya hati untuk wanita lain? Apakah Felix tidak merasakan trauma? Dengan mudahnya mengajak dirinya menikah. Ataukah Felix merasa kasihan kepadanya karena anaknya terlahir tanpa ayah? Apa mungkin Felix hanya menjadikannya seperti pengasuh yang ada untuk putrinya saja? Menikah tanpa cinta, mungkinkah? Yang saling mencintai aja bisa bubaran, apalagi seperti mereka yang baru bertemu dan jelas-jelas tanpa adanya cinta.

Pikiran Shreya benar-benar berkecamuk. Tiba-tiba saja ...

"Aaaa!" Shreya berteriak seraya memegang perutnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Diana sKuat
Oohh ternyata...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Keluarga Bahagia_End

    Mendengar itu Pricilla berjalan mundur. Tak hanya Pricilla yang merasa kecewa, tetapi juga semua keluarga terlebih-lebih Shreya. "Tunggu!" titah Nathalie, membuat Pricilla menghentikan langkah. "Aku belum selesai bicara!" tukas Nathalie. Pricilla mencoba tersenyum walau bulir bening hampir saja menetes. "Ah, apa itu, Dek?""Sayangnya, tidak mungkin jika Liki tidak memaafkan Kakak.""Jadi, Adek maafin Kakak? Serius?"Nathalie mengangguk. "Iya, dua rius malah!"Nathalie memeluk Pricilla erat. Kata maaf terlontar dari mulut keduanya. "Makasih udah siapin ini untukku, Kak. Seandainya Kakak gak bikin pesta ini pun Adek pasti maafin Kakak, kok. Tapi, waktunya aja yang lama. Hehehe ...," ujar Nathalie dengan polosnya. Pricilla melerai pelukan. "Yaaah ... kalo gitu rugi, dong, Kakak bikin pesta ini!""Iiih, si Kakak, ya, gak, lah. Kan, aku seneng."Pricilla mengatakan jika semua ide datangnya dari Shreya. Mulai dari konsep, kostum dan lainnya. Sedangkan dirinya hanya pendanaan saja. Itu

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Kado Terindah

    "Ini tolong susunnya yang betul, ya?""Masakan sama kuenya udah aman, kan?""Coba yang itu, tolong kursinya tata yang rapi!"Itulah Pricilla saat dirinya disibukkan dengan acara yang ia persembahkan untuk Nathalie. "Sayang, istirahat dulu. Acaranya, kan, nanti malam. Kamu sampe lewatin makan siang, loh!" kata Jody. "Nanti saja, Kak. Aku mau mastiin acara ini bener-bener terselenggara mewah dan sempurna!""Gak, gak, bisa! Pokoknya kamu harus makan dulu. Kalo kamu sakit gimana?"Pricilla hanya diam. "Kakak gak mau, ya, gara-gara ini kamu sakit!" lanjut Jody. Akhirnya Pricilla menyerah. Ia memakan makanan yang Jody bawa. Semua tak luput dari pengawasan Jody. Pricilla yang sebenarnya sudah merasa kenyang pun mau tidak mau melahap semuanya. "Haaah, selesai. Kenyang banget, Kak."Jody tersenyum. "Bagus!""Kalo gitu, sekarang antar aku ke butik."Jody menepuk kening. "Istirahat, Yang! Malah ke butik."Pricilla hanya tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang putih dan rapi. "Sekalian

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Nathan-Cinta Pada Pandang Pertama

    Satu minggu sudah berlalu. Satu minggu juga Nathalie tidak memberi Pricilla kesempatan untuk berbicara empat mata dengannya."Ma, hari ini Lili izin menginap lagi di rumah Nela, ya?" kata Nathalie. Perkataan Nathalie mencuri perhatian Felix, Lorenza, Jody dan Pricilla yang sedang sama-sama menikmati sarapan. Shreya menggeleng. "Tidak boleh?""Loh, kenapa?"Shreya menyimpan sendoknya. "Mama mau kalau weekend kita semua kumpul. Kita gunakan waktu senggang untuk bercengkrama.""Abang gak ada, gak asyik!" ucap Nathalie cepat. "Kan, ada Kakakmu. Mumpung dia menginap di sini," balas Shreya. Nathalie hanya menunduk dan mengaduk sup yang ada di mangkuk saja. Sikap Nathalie tak luput dari pandangan Pricilla. "Ma, nanti sore kita pulang," kata Pricilla. "Loh, katanya mau seminggu lagi di sini."Pricilla tersenyum. "Maaf, semalam lupa kasih tau Mama. Kakak kasian sama Kak Jody bulak-balik kantornya jauh."Embusan napas kasar yang terkesan lega terdengar dari mulut Nathalie. Remaja itu berd

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Bentuk Protes Nathalie

    Di sekolah, mood Nathalie belum seutuhnya kembali sampai-sampai apa yang guru jelaskan di depan kelas tak sepenuhnya ia dengar. "Lili, coba jelaskan kembali apa yang Ibu terangkan barusan!"Nathalie terkesiap. "Sa-saya, Bu?""Iya, kamu!"Nathalie tersenyum canggung. "Ma-maaf, Bu. Sa-saya tadi tidak fokus.""Sekali lagi kamu tidak perhatikan, silakan ke luar kelas! Mengerti?!""Ba-baik, Bu."Guru tersebut kembali mengulang menjelaskan. Beruntung, Nathalie bisa kembali fokus dan mampu menjawab semua pertanyaan yang guru tersebut ajukan. Bel istirahat diperdengarkan. "Kenapa lu?" tanya Nela --teman Nathalie. "Tumben amat lu lemot.""Lagi bete gue, La.""Cerita di kantin, yuk! Laper, nih!" Setelah mengambil ponsel di masing-masing loker, keduanya ke kantin. Baru saja tiba di kantin, ponsel Pricilla berdering pertanda satu panggilan masuk. Kak Cilla, nama yang tertera di layar ponsel. Rasa benci yang masih menggelayut membuat Nathalie menolak panggilan. "Lu mau makan apa?" tanya Nela

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Sesal Pricilla

    Di apartemen. Ada Pricilla yang sedang sibuk menyiapkan keperluan Jody untuk bekerja. "Sayang, maaf, ya? Kakak harus kerja hari ini," ucap Jody. Pricilla yang sedang memilih dan memilah kemeja pun menjawab, "Iya, tidak apa-apa. Aku yang harus berterimakasih sama Kakak atas waktunya. Hampir satu minggu Kakak temani aku.""Iya, Sama-sama, Sayang."Sebelum berangkat ke kantor, Pricilla meminta Jody agar mengantarnya ke rumah Shreya. Setelah menikmati sarapan keduanya pergi. *"Kak, sebelum ke rumah mama, antar aku ke toko kue Nenek Melani," pinta Pricilla. "Buat oleh-oleh?"Pricilla menggeleng. "Lalu?"Rupanya Pricilla ingin meminta maaf kepada Melani atas semua kesalahan yang sudah ia perbuat. Jody tersenyum mendengar itu. Tiba di toko kue, rupanya Melani yang menyambut. "Wah, ada ka--""Nenek!" Pricilla memeluk Melani membuat wanita tua itu tercengang. "Maafin aku, ya, Nek? Maaf atas semua kesalahan yang sudah aku perbuat."Melani tersenyum dan membalas pelukan. Diusapnya rambu

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Keputusan Nathan

    Mata Jody perlahan terbuka. Senyumnya mengambang melihat Pricilla yang tidur sembari memeluknya tanpa sehelai benangpun. Dilihatnya jam yang terpasang di dinding. Ternyata jarum jam sudah menunjuk pada angka tujuh malam. Rasa lelah yang meraja rupanya membuat mereka tidur sangat pulas. Maklum saja, pergulatan siang tadi berlangsung berjam-jam.Pricilla menggeliat. Perlahan mata indahnya terbuka. Cup! Jody mengecup pucuk kepala Pricilla. Pricilla mendongak. "Eh, Kakak udah bangun?""He'em, dari tadi."Pricilla hendak bangun. Namun, ia urungkan saat menyadari tubuhnya polos. Wanita itu memilih menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jody. "Ih, malu," cicit Pricilla. Jody tersenyum. Sembari mengeratkan pelukan, ia bertanya, "Malu kenapa, sih, Yang? Toh, Kakak udah liat semuanya."Plak! Pricilla memukul dada Jody. "Gak usah disebutin juga, Kak, ih!""Sakit, Yaaang!" Jody mengusap-usap dadanya yang dipukul. Pricilla yang tak enak hati tentu saja meminta maaf sembari turut mengusap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status