Share

Bab 6A Bromo

Author: D Lista
last update Last Updated: 2023-03-28 05:12:06

BAB 6A Bromo

 

 

"Aku juga melayani Mas Zein dengan baik. Menyiapkan baju, menyiapkan sarapan tadi." 

 

"Bukan itu, Syila. Pelayanan plus-plus. Ini obrolan dewasa, bukan anak TK." 

 

"Apa?!" pekik Syila dengan mulut menganga. Refan justru membalas dengan kedipan alis. Menyebalkan. 

 

"Apa yang dimaksud Refan pelayanan di ranjang. Hufh, malam pertama aja kami nggak tidur sekamar. Gimana aku mau melayani." 

 

Refan menoyor kepala Syila hingga suara mengaduh Syila melengking. 

 

"Nggak usah piktor. Maksud gue apa lu pernah ciuman sama bang Zein gitu?" 

 

Syila terlonjak kaget. Ciuman, boro-boro ciuman, ngobrol bareng aja ada Sania kayak polisi sedang patroli. 

 

"Belum. Masak iya ada Sania mau ngelakuin kayak gitu." 

 

Refan terbahak mendengar kejujuran Syila. 

 

"Polos amat sih lu. Masak iya minta gue ajarin?" Refan mengedikkan alisnya. Mulailah keluar sifat playboynya. 

 

"Nggak perlu!" pekik Syila bercampur malu. 

 

"Gimana bisa cantik banget kayak Mbak Sania, Fan?"

 

Syila menerawang jauh, bayangan Sania yang anggun dengan dress hitam tadi pagi, dilengkapi bolero putih. Rambut panjangnya hitam mengkilat, make up wajahnya natural tetapi terlihat berkelas penampilannya. Syila membandingkan dirinya dengan Sania. Jauh berbeda. 

 

"Sudah dibilangin, cantikkan hati lu. Tidak hanya wajah doang yang cantik. Lu kan cerdas, lebih tepatnya licik. Kenapa nggak gunakan otak pintar lu. Ingat waktu kita di Bromo, kan?" 

 

Syila terkesiap. Gegas ia memutar memorinya saat pertemuan pertama dengan Refan. 

 

Kala itu, Syila tak menyangka harus tinggal seatap dengan Refan saat diberi liburan oleh bosnya yang super duper berwajah dingin tak lain Zein Raditya Arkana. Pria berusia 27 tahun yang akan dijodohkan dengannya. Tampan sih iya, selangit malah, tapi senyumnya mahalnya minta ampun. 

 

Konon kata karyawan lama, si bos pernah ditinggal kekasihnya hingga jadi seperti es kutub. Apa iya harus nangis atau ketawa guling-guling dulu di depannya biar dia tersenyum. Menyebalkan. 

 

Berbeda dengan bosnya, Refan justru tukang obral senyum alias hobi TP-TP(tebar pesona). Menurut penilaian Syila, Refan termasuk playboy kelas kakap. Makanya dia harus berjaga-jaga, khawatir jatuh dalam pesonanya. 

 

Lihat saja, saat Syila tak sengaja bersitatap dengannya, eh dia mengerlingkan sebelah matanya. Sontak saja, Syila bergidik ngeri. 

 

Syila mengaku saja sebagai lulusan SMA, bekerja di ibukota sebagai pelayan. Nggak bohong, kan? Sekretaris Direktur sama dengan pelayan juga, kan?

Sementara itu, Refan yang baru pulang dari kuliah S2 di LN, mengambil liburan dengan jalan-jalan. Mujur tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak, ketemu gadis barbar macam Syila. Mengakulah dia sebagai office boy di sebuah perusahaan ternama di ibukota. 

 

Syila sampai di sebuah penginapan dengan berjalan tergopoh-gopoh. Perjalanan panjang dari ibukota setengah hari naik kereta sampai menjejakkan kaki di kota Malang. Dia lantas memilih naik angkutan umum di terminal Arjosari menuju  terminal Bayu Angga Probolinggo. Dilanjutkan dengan naik angkutan desa menuju Cemoro Lawang. 

 

Senja menampakkan semburat jingga, sungguh keindahan yang tampak oleh mata. Siapakah yang bisa menolaknya. Perjalanan yang melelahkan akan terbayar oleh keindahan alam ciptaan-Nya. Akhirnya Syila sampai juga di sebuah penginapan sederhana dengan bantuan naik ojek. Dengan hanya berbekal g****e map, Syila mendapatkan penginapan dengan harga dibawah rata-rata sesuai kantongnya.

 

"Maaf, kamar yang Mbak inginkan sudah sold out semua. Tinggal satu paket family room. Terdiri dua kamar tidur, dapur,dan ruang santai." 

 

Syila melongo mendengarnya, binar di wajahnya pun meredup. Bayangan melepas lelah di kasur dengan nyaman menguap begitu saja. Hari mulai menggelap, tak mungkin dia mencari penginapan lain karena hawa dingin di luar juga menyengat. 

 

"Tarifnya gimana?" tanyanya lirih seraya menoleh ke kanan dan kiri, khawatir ada yang mendengar. Ternyata kantongnya pas-pasan, sok-sok liburan jauh melepas penat yang ada kepalanya tambah cenut-cenut. 

 

"Tiga kali lipat dari yang Mbak pilih tadi." 

 

"Apa?!" Reflek Syila menutup mulutnya sambil meringis.

Terdengar denting sepatu semakin mendekat. 

 

"Bang, ada kamar kosong?" tanyanya merebut posisi antrian Syila. 

 

"Hey, tahu nggak di sini ada orang. Antre dulu kenapa?!" teriaknya pada sosok laki-laki yang datang dengan nafas tersengal. 

 

"Ada, Mas. Tinggal satu paket family room. Tapi...." 

 

"Sudah saya pesan, jangan dikasih ke dia, Mas!" 

 

"Oh ya, maaf, Mas, sudah sold out kamarnya. Silakan isi datanya, Mbak! Pembayaran mau di muka atau di belakang?" Laki-laki itu sedikit menyingkir, tetapi masih mengamati gerak gerik Syila. 

 

"Saya bayar separo dulu ya, Mas." 

 

"Separonya saya yang bayar, Bang. Kamarnya ada dua, kan? Nggak masalah."

Mata Syila terbelalak. Bisa-bisanya tuh orang menyerobot semaunya. 

 

"Udah Mbak, kasih aja. Enak kan, jadi ringan bayarnya." 

 

"Iya, nggak mubadzir juga kan, Bang," selorohnya membuat napas Syila kembang kempis. Mau berteriak kok ya sudah malam, dikira ada maling penghuni pada keluar semua. 

 

"Hufh, nasib mau liburan jauh-jauh dari bos dingin. Eh ketemu sama laki-laki tampang playboy gini," gerutunya dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 42 TAMAT

    S3 Bab 42 "Beginikah caranya menghukum diri sendiri, huh?" "Alea." Irsyad melebarkan matanya. Sedetik kemudian ia mengucek berulang untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah sebuah fatamorgana. "Al, kamu datang?" lirih Irsyad sambil menoleh ke sekitar. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Alea lantas duduk di kursi sebelah Irsyad dengan meja kecil sebagai penghalang. Irsyad berusaha menetralkan deru napasnya. Rasa haru menyeruak. Kesedihan karena memikirkan kebencian Alea terhadap dirinya pun terpatahkan. Nyatanya, Alea masih mau menemuinya. "Ya, aku datang karena ada yang mengundang," ucap Alea dengan wajah datar. Gaya bicaranya tidak sesopan dulu dengan menyebut aku saat bicara. Tatapannya tidak sedikitpun mengarah pada Irsyad. Lelaki itu sadar diri, Alea pasti masih benci padanya. "Kamu tahu Om tinggal di sini?" "Sangat mudah dicari, bukan?" cetus Alea. Irsyad hanya beroh ria. "Aku akan menikah, jadi silakan mau bicara apa?" lanjut Alea. Irsyad menarik napas dalam.

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 41

    S3 Bab 41Sesampainya di rumah, Alea mengucap terima kasih pada Damar dan memaksanya segera pulang. "Alea!" "Mama?!" Perempuan paruh baya yang menanti kedatangannya segera memeluk erat. Ya, Syifa sudah seminggu sakit dan terbaring di tempat tidur merindukan putrinya. "Mama! Maafin Alea. Mama sakit gara-gara Alea, kan?" sesal Alea sambil mengeratkan pelukannya. "Tenanglah, Al. Mamamu sakit bukan karena kamu. Tapi dia ngidam." "Apa?!" "Ishh. Papa nih, nggak usah becanda. Orang anaknya barusan pulang malah dibecandaain." "Maksudnya apa, Pa? Mama ngidam? Mau punya adik bayi?" Alea sudah melototkan matanya horor ke arah papa dan mamanya. Sementara Rendra yang baru saja ikut duduk di sofa hanya bisa terkikik. "Apaan sih, Ren? Kamu ngerti?" "Tuh, Mama ngidam pengin punya mantu, Mbak," celetuk Rendra masih dengan tertawa renyah. "Astaga. Kamu masih SMA udah mau nikah? Awas ya, belajar dulu sana!" "Yeay, siapa juga yang mau nikah. Mbak Alea tuh yang dilamar sama Mas Damar. Mama dan p

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 40

    S3 Bab 40 "Aku mau melamarmu." "Hah?!" Alea ternganga. "Mas Damar sudah gil*. Alisa mau dikemanain coba?" protes Alea. "Alisa mau menyelesaikan kuliahnya dulu. Saat di bandara, Alisa mengikuti kepergian Damar menyusul Alea. Namun, Alisa hanya mendapati Damar yang melangkah lesu di batas ruang masuk penumpang dan pengantar. "Mas Damar? Sudah ketemu Mbak Alea?" "Tidak Lisa. Alea sudah pergi." "Oh, gitu. Kita perlu bicara Mas." "Ya, Lisa." "Kami berdua memutuskan memilih jalan masing-masing terlebih dulu, Al. Siapa yang menemukan jodoh duluan ya tidak apa kalau mau menikah lebih dulu." "Astaga, memangnya kami berdua mainan. Mas Damar gonta ganti melamarku atau Alisa," ucap Alea tak terima. Namun, ia setengah bercanda. "Ya gimana lagi, kalian sama-sama cantik." "Dasar laki-laki!" "Ough. Jangan kasar Al. Kamu masih pakai jurus karatemu?" "Iya lah. Mau dihajar?" "Ampun, Al." Alea tersenyum mengembang. Tiga bulan ia bisa menghilangkan rasa sakit hatinya pada Damar. Hanya mela

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 39

    S3 Bab 39 Dua bulan berlalu, Alea sudah mulai menikmati perannya di tempat tinggal yang baru. Ia kini tinggal di salah satu kota kecil di Austria yakni kota Klagenfurt. Saat sampai di Vienna Internasional Airport, Alea hanya memberi kabar pada keluarganya kalau sudah sampai. Ia meminta izin memberi kabar kembali setelah tiga bulan selesai. Setelah Syifa mengiyakan dengan berat hati, Alea pun menonaktifkan nomernya dan berganti ke nomer lokal. Satu yang tidak dikatakan Alea pada keluarganya adalah tempat akhir yang ia tuju. Keluarga tahunya Alea ada di kota Vienna bukan di Klagenfurt. "Al, masih lama nggak me time kamu?" tanya Aida satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang ada di Klagenfurt. Terhitung sekarang ada dua mahasiswa termasuk Alea. "Kenapa? Kamu terburu, ya?" jawab Alea sambil menikmati pemandangan danau yang membentang luas di depannya. Danau yang biasa dengan sebutan Wörthersee di Klagenfurt memang indah. Dengan berdiri di pinggir danau, Alea bisa melihat pegunungan A

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 38

    S3 Bab 38 "Maaf, Ma. Alea harus pergi. Hanya tiga bulan saja, Alea janji Ma." "Sayang, Papa dan Mama pegang janjimu. Di sana tiga bulan jangan berbuat aneh-aneh. Kamu harus jadi wanita kuat seperti mamamu," pesan Zein. "Iya, Pa, Ma. Alea janji. Jaga diri Mama dan Papa. Alea berangkat sama Rendra saja." "Baiklah, Sayang. Hati-hati, jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai di sana," lirih Syifa sambil memeluk erat Alea sebelum pergi meninggalkannya. "Gimana Alea, Pa?" "Ma, Alea anak yang kuat. Kita sebagai orang tua harus mendoakan yang terbaik untuknya. Selalu berprasangka baik sama Allah." Syifa mengangguk lalu menghambur ke pelukan Zein untuk menumpahkan tangisnya. Selama 20tahun ini Syifa tidak pernah ditinggalkan Alea. Justru Syifa yang meninggalkannya saat bertugas menjadi relawan. Namun, kali ini Alea yang pergi membuat hatinya bersedih. "Sayang, ingat Alea pergi untuk menuntut ilmu. Allah akan mengangkat derajat putri kita. Jadi kita tidak pantas bersedih. Kita seharusn

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 37

    S3 Bab 37 Plak! "Keterlaluan kamu, Syad. Begini caramu membalas apa yang sudah kuberikan?! Kamu membalas sakit hatimu karena perasaanmu padaku, kan? Kamu memanfaatkan Alea, putriku?" "Tidak, Fa. Tolong jangan berpikir begitu." "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Kamu pantas mendapat hukuman yang setimpal." Irsyad terhenyak, kekecewaan Syifa menari-nari di wajahnya. Ia merasa terluka karena telah mengecewakan hati Syifa. Perempuan yang sudah menjadi kakak angkatnya. Mengubah kehidupannya yang gelap hingga menjadi terang. Bahkan dulu namanya pernah singgah di hati Irsyad. Malam itu, Irsyad dan Rendra menemukan hotel tempat Alea dibawa Ronald berdasar informasi dari teman Alea bernama Yoga. Irsyad memaksa resepsionis mengecek kamar atas nama Ronald dengan dalih calon istrinya bersama laki-laki itu. Rendra menunggu di lobby, sedangkan Irsyad mencari ke kamar. Sesampainya di kamar yang dituju, Irsyad hanya mendapati Ronald yang membuka pintu dan Alea ada di dalamnya. Tanpa berpi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status