Pesta malam tiba. Namun Erland sudah pergi beberapa menit lalu setelah pamit pada Yuriana dengan alasan sibuk.
Yuriana yang masih dipenuhi dengan penat karena hari itu, langsung menenggak kembali segelas anggur merah, tak peduli dengan panas yang mulai memenuhi tenggorokannya.Tiba-tiba, Yuriana merasakan kepalanya sangat berat dan penglihatannya mulai kabur. ‘Mengapa … semuanya berputar?’ batinnya.Mengingat toleransi alkohol Yuriana yang sangat rendah, menyebabkan dirinya mabuk, sehingga Yuriana memilih untuk meninggalkan pesta. Dia kembali ke kamar pengantinnya dengan langkah sempoyongan.Yuriana nyaris jatuh jika saja dia tidak berpegangan di pintu. Apalagi lampu di kamarnya tidak menyala. Dia tidak bisa melihat dengan jelas. Dia langsung membuka high heelsnya begitu saja lalu berjalan ke arah tempat tidur.Suara air shower di kamar mandi, menghentikan langkah Yuriana yang baru berjalan dua langkah. Dia menoleh ke kamar mandi dan terdiam mendengar suara air itu, seolah ada orang di kamar mandi. Lampu di kamar mandi itu pun menyala yang membuat Yuriana yakin bahwa memang ada orang di sana. Dia menjadi penasaran dan ingin memastikan siapa orang yang sedang mandi di dalam.Dengan langkah sempoyongan, Yuriana berjalan ke kamar mandi itu. Namun saat mengulurkan tangannya untuk memegang gagang pintu kamar mandi, pintu itu tiba-tiba terbuka. Seorang pria tampan yang hanya terbalut handuk kecil di pinggangnya berdiri di depan Yuriana.Berpikir bahwa dirinya hanya berhalusinasi, Yuriana mengulurkan tangannya, mencoba menyentuh dada bidang sang pria. Tak hanya itu, tangan Yuriana juga meraba undakan otot di perut sang pria.Mungkin karena gejolak dalam tubuhnya, atau alkohol yang membuat isi kepala sang wanita kosong, Yuriana justru memperpendek jarak antara dirinya dan juga pria itu. Tak lama, bibir keduanya bersentuhan, dan Yuriana mulai mengecup bibir pria itu.Entah sejak kapan, kecupan berubah menjadi lumatan dan hisapan yang ganas. Ciuman panas pria itu justru membuat seluruh tubuh Yuriana semakin bergejolak“Mmm!” Yuriana meronta-ronta, meminta pria itu untuk segera menyelesaikan lumatan bibir keduanya karena wanita itu mulai kehabisan udara.Namun, usahanya jelas sia-sia, pria itu lebih kuat darinya. Apalagi, tubuhnya saat ini lemah karena mabuk hingga dia hanya bisa memukul-mukul dada bidang sang pria.“Kamu yang memulainya, Yuriana.” ucap pria itu dengan suara baritonnya yang khas. Suara yang sama dengan pria yang ditemui Yuriana di dalam lift. Namun, wanita itu terlalu mabuk untuk menyadari hal itu.Pria itu adalah Erland Oberon, suami Yuriana. Awalnya, Erland hanya ingin mandi di kamar tersebut lalu pergi lagi sebelum Yuriana kembali. Namun, entah keberuntungan dari mana, Yuriana justru tiba-tiba datang dan mengecupnya terlebih dahulu, membuat hasrat dalam tubuhnya terbangun untuk menyentuh wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya.Tak menunggu waktu lama, Erland pun menggendong Yuriana ke tempat tidur sembari tersenyum kecil, dan menjatuhkan tubuh istrinya di atas kasur.Dengan tubuh yang masih dipenuhi dengan gejolak, Yuriana hanya bisa menggeliat lemah di atas kasur. Hal itu, jelas membuat Erland semakin tergugah.“Nikmati malam pertamamu ini, Yuriana. Aku tak akan kasar.”Yuriana sedikit membuka matanya, namun, karena cahaya yang terbatas, wanita itu tak bisa melihat dengan jelas pria yang kini berada di atasnya. “Hngh … aku merindukanmu, Emran …”Ucapan Yuriana seketika membuat seluruh tubuh Erland semakin panas. Bukan hanya karena hasrat, namun karena Yuriana yang mengira dirinya adalah Emran. Dengan itu, Erland pun bergegas kembali menyentuh Yuriana, ingin memberikan istri sahnya itu sebuah pelajaran.Tubuh Yuriana lemas, panas di tubuhnya akibat pengaruh anggur, membuat tubuhnya tak sanggup menolak sentuhan dari sang pria. Dia menikmatinya. Bahkan pikirannya menjadi kosong. Hanya ada kenikmatan yang dia rasakan setiap kulitnya disentuh oleh pria itu. Keduanya saling menikmati meski Yuriana berteriak kesakitan saat Erland menyatukan miliknya dengan milik Yuriana.Malam pertama itu berlangsung lama hingga waktu menunjukkan pukul dua. Yuriana langsung tertidur di kasur. Sementara Erland membersihkan tubuhnya kembali kemudian memakai pakaiannya. Dia mendekati Yuriana setelah selesai berpakaian rapi. Dia berdiri di samping tempat tidur, memperhatikan Yuriana yang terbaring dengan selimut menutupi tubuh telanjangnya. “Jangan lagi kau menyangka aku adalah Emran, Yuriana.”Seringai kecil tiba-tiba tampak di wajah Erland, tepat sebelum dirinya meninggalkan kamar pengantinnya. “Sampai bertemu lagi untuk malam-malam selanjutnya, istriku.”“Ugh ...” Yuriana baru saja bangun dan merasakan sakit diseluruh tubuhnya seperti habis dipukul balok. Yuriana refleks bangun dari sana dengan muka terkejut. Dia semakin terkejut kala membuka selimut dan melihat tubuhnya tak mengenakan sehelai benang pun. “Apa yang terjadi?”Namun, belum sempat dia berpikir lebih jauh, memori apa yang terjadi semalam tiba-tiba muncul begitu saja. Aroma alkohol, dada bidang pria tampan, serta kecupan yang memabukkan itu kembali memenuhi pikirannya.‘Aku… dengan siapa aku bercumbu semalam?’ batin Yuriana bertanya pada dirinya sendiri. Pasalnya, dia hanya mengingat samar fragmen-fragmen memori semalam. Bahkan, dia tak sempat melihat wajah pria yang tidur dengannya.‘Apakah mungkin dia adalah … Erland?’ Tak butuh waktu satu detik, Yuriana langsung menggelengkan kepalanya.Setahunya, Erland adalah pria impoten dan penyakitan. Bahkan, pria itu tak memunculkan batang hidungnya di acara pernikahannya sendiri. Bagaimana bisa dia tiba-tiba datang untuk berseng
Yuriana akhirnya datang menemui Tuan Besar di ruangan kerjanya. Dalam hati, wanita itu bertanya-tanya, untuk apa Tuan Besar Oberon tiba-tiba meminta menemuinya? Namun, dia menghiraukannya, karena wanita itu juga ingin menyampaikan keinginannya untuk keluar dari rumah itu. “Tuan, sebelum Anda menyampaikan sesuatu, bolehkah saya menyampaikan sesuatu?” tanya Yuriana setelah membungkuk untuk memberikan salam kepada mertuanya yang angkuh itu.“Ada apa? Katakan saja apa maumu,” ucap Tuan Besar dengan tatapan datarnya melihat Yuriana berdiri sopan di depannya. “Tolong izinkan saya keluar dari rumah ini, Tuan.” Meski takut melihat Tuan Besar yang selalu berekspresi dingin, Yuriana tidak menundukkan pandangan matanya. Sebagai orang yang sudah diajarkan sopan santun, dia harus menatap orang yang sedang diajaknya berbicara untuk menghargainya.“Keluar dari rumah ini? Kenapa?” Tuan Besar sedikit kaget mendengar permintaan Yuriana. Dia mengerutkan keningnya, penasaran dengan permintaan cucu mena
Pesta perayaan ke-50 tahun perusahaan Oberon tengah diadakan di sebuah hotel bintang lima. Tamu undangan dari kalangan bisnis berdatangan satu persatu. Tuan Sanjaya yang merupakan tangan kanan Tuan Besar Oberon, menyambut para tamu itu di depan pintu masuk ruang pesta. Beberapa pengawal pun berjaga di depan. Sementara Tuan Besar Oberon yang didampingi Eriska, cucu pertamanya berada di dalam pesta, menyambut tamu bisnis yang berada di ruang pesta. “Eriska, kau harus fokus pada para tamu kita. Terutama CEO Star King. Jangan sampai dia datang dan kita tidak mengenalinya.”Tuan Besar Oberon memanfaatkan pesta ini untuk memperluas relasi dan jaringan bisnisnya di dunia bisnis. Terlebih, dia ingin Perusahaan Oberon semakin berkembang dengan masuk dalam bisnis Fashion agar semakin sukses di Eropa. Karena itu, dia membutuhkan perusahaan sukses dalam dunia fashion seperti Star King.Bukan hanya Tuan besar dan Eriska saja yang sibuk menyapa tamu. Emran yang merupakan wakil presdir pun ikut meny
“Dasar penipu!” Yuriana kesal pada Erland yang membohonginya hingga dia meninggalkan Erland yang masih meladeni para tamu yang menyapanya di sana. Dia malah datang ke meja bartender dan melampiaskan kekesalannya dalam minuman beralkohol. Dengan kekesalannya itu, Yuriana menoleh melihat Erland. Tatapan sinis serta ekspresi tercengan tampak diwajahnya melihat suaminya berdiri tegak sambil tersenyum tipis pada para tamu di sana, seolah tak punya perasaan bersalah setelah membohonginya. “Hah, aku tidak menyangka kalau aku menikah dengan pria menyebalkan itu. Dia sudah menipuku.” “Nyonya, jangan minum terlalu banyak!” Paman Hans menegur Yuriana karena khawatir jika Yuriana mabuk. Sejak tadi, dia berdiri menemani Yuriana di belakang perempuan itu atas perintah Erland untuk menjaga istrinya. Yuriana memutar kepalanya ke belakang. Dia baru sadar bahwa pria tua itu ada di belakangnya. “Sejak kapan Anda di sana?” “Saya mengikuti Anda ketika Anda berjalan ke tempat ini.” “Pasti pria brengse
PRANGG!! Suara gelas jatuh ketika semua orang fokus pada Erland. Erland yang baru saja menghentikan acara perkenalannya, menoleh melihat ke arah suara itu. Dia terkejut kala bola mata hitamnya, melihat istrinya di sana bersama seorang pelayan. Ada pecahan kaca di lantai tepat di depan Yuriana berdiri, dan gaun yang dipakai Yuriana pun terkena anggur. Erland berlari mendekati istrinya. Dia segera menangkap Yuriana dari samping karena hampir jatuh. Gara-gara mabuk, Yuriana tidak bisa berdiri dengan baik. Karena itu jugalah, dia menabrak seorang pelayan sampai nampan yang dipegang pelayan itu jatuh. “Maafkan saya nona! Saya tidak sengaja!” Pelayan tersebut tahu Yuriana yang merupakan menantu keluarga Oberon. Oleh sebab itu, dia segera membungkuk sambil mengucapkan maaf pada Yuriana yang malah memegang kepalanya. “Kau bisa pergi sekarang!” titah Erland dengan tegas. Pelayan itu segera pergi setelah mengambil pecahan kaca di lantai, sedangkan Erlang beralih melihat Yuriana yang kini me
‘Kakek licik itu sengaja mengutus Tuan Sanjaya kemari supaya aku bersedia datang. Tidak masalah. Aku akan datang sesuai keinginanmu tapi bukan berarti akan berlutut dan menjadi bonekamu. Kejadian ibuku sudah cukup.’ “Apa itu ayah?” Yuriana yang duduk di atas tempat tidur, hanya memperhatikan Erland yang bicara dengan seseorang di luar tapi dia tahu bahwa itu adalah ayahnya. Pertanyaannya hanya untuk memastikannya saja. Erland yang masih berdiri di dekat pintu, beralih memperhatikan Yuriana yang menunggu jawabannya. Namun, dia tidak menjawab itu, malah bicara hal lain. “Bersihkan dirimu, baru kita pergi sarapan.” Yuriana buru-buru beranjak dari tempat tidurnya dan mengejar Erland yang melangkah ke arah kamar mandi. “Tunggu sebentar.” Erland menghentikan langkahnya ketika dirinya nyaris membuka pintu kamar mandi. Dia memutar kepalanya, melihat Yuriana yang kini berdiri di depannya. “Kenapa?” “Mau sarapan di mana?” “Di restoran bawah.” “Aku nggak punya pakaian ganti selain pakaian
Yuriana dan Erland kini menuju restoran mewah yang ada di lantai bawah hotel itu. Seperti biasa, Erland hanya memakai kemeja putih dipadu dengan celana hitam pekat, sementara Yuriana memakai gaun panjang model sederhana namun terlihat anggun dan cantik ditubuh Yuriana. “Jadi, kita sarapan sama semua orang? Bahkan ada orang tuaku juga?” Sebelumnya, Yuriana tidak tahu jika dia dan Erland diundang sarapan bersama oleh Tuan Besar. Erland baru mengatakannya ketika mereka keluar dari kamar. Yuriana tentu kaget tapi itu bukan masalah baginya karena mereka semua adalah keluarganya. Hanya saja, dia masih sedih dan kecewa jika melihat Emran. Dia masih bingung cara menghadapi Emran setelah pertengkaran terakhir mereka. Erland merasa aneh dengan sikap Yuriana yang seolah tidak senang sarapan bersama mereka hingga ketika hampir sampai disebuah ruangan private di restoran itu, Erland malah berhenti dan malah menoleh melihat Yuriana. “Kenapa? Tidak suka sarapan bersama mereka karena tidak sanggup
“Erland, tunggu sebentar!”Erland terus berjalan menjauh dari restoran dengan langkah cepat. Yuriana sulit menyusul dengan kakinya yang tidak sepanjang Erland hingga dia berlari kecil sembari berseru memangil suaminya. Namun, pria itu tetap berjalan tanpa berniat berhenti, bahkan menoleh pun tidak dilakukannya. Sehingga ketika Yuriana berhasil mendekati suaminya, dia langsung menahan Erland dengan meraih tangan lelaki itu.Erland akhirnya menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, melihat Yuriana yang begitu serius menatapnya. “Ada apa?”“Harusnya aku yang tanya sama kamu. Kenapa kamu pergi dari sana? Padahal sarapannya, baru saja dimulai.”Meski Yuriana tahu bahwa Erland bersikap tidak hormat di meja makan karena tidak akur dengan Tuan Besar tapi dia tetap penasaran dengan alasan ketidakcocokan mereka hingga dia bertanya. Mnurutnya, dia harus tahu alasan itu dari suaminya.“Kalau lapar, kita sarapan saja di rumah. Makanan di rumah lebih enak dari makanan restoran ini.” Erland t