Share

Bab 4. Malam Pertama

Pesta malam tiba. Namun Erland sudah pergi beberapa menit lalu setelah pamit pada Yuriana dengan alasan sibuk.

Yuriana yang masih dipenuhi dengan penat karena hari itu, langsung menenggak kembali segelas anggur merah, tak peduli dengan panas yang mulai memenuhi tenggorokannya.

Tiba-tiba, Yuriana merasakan kepalanya sangat berat dan penglihatannya mulai kabur. ‘Mengapa … semuanya berputar?’ batinnya.

Mengingat toleransi alkohol Yuriana yang sangat rendah, menyebabkan dirinya mabuk, sehingga Yuriana memilih untuk meninggalkan pesta. Dia kembali ke kamar pengantinnya dengan langkah sempoyongan.

Yuriana nyaris jatuh jika saja dia tidak berpegangan di pintu. Apalagi lampu di kamarnya tidak menyala. Dia tidak bisa melihat dengan jelas. Dia langsung membuka high heelsnya begitu saja lalu berjalan ke arah tempat tidur.

Suara air shower di kamar mandi, menghentikan langkah Yuriana yang baru berjalan dua langkah. Dia menoleh ke kamar mandi dan terdiam mendengar suara air itu, seolah ada orang di kamar mandi. Lampu di kamar mandi itu pun menyala yang membuat Yuriana yakin bahwa memang ada orang di sana. Dia menjadi penasaran dan ingin memastikan siapa orang yang sedang mandi di dalam.

Dengan langkah sempoyongan, Yuriana berjalan ke kamar mandi itu. Namun saat mengulurkan tangannya untuk memegang gagang pintu kamar mandi, pintu itu tiba-tiba terbuka. Seorang pria tampan yang hanya terbalut handuk kecil di pinggangnya berdiri di depan Yuriana.

Berpikir bahwa dirinya hanya berhalusinasi, Yuriana mengulurkan tangannya, mencoba menyentuh dada bidang sang pria. Tak hanya itu, tangan Yuriana juga meraba undakan otot di perut sang pria.

Mungkin karena gejolak dalam tubuhnya, atau alkohol yang membuat isi kepala sang wanita kosong, Yuriana justru memperpendek jarak antara dirinya dan juga pria itu. Tak lama, bibir keduanya bersentuhan, dan Yuriana mulai mengecup bibir pria itu.

Entah sejak kapan, kecupan berubah menjadi lumatan dan hisapan yang ganas. Ciuman panas pria itu justru membuat seluruh tubuh Yuriana semakin bergejolak

“Mmm!” Yuriana meronta-ronta, meminta pria itu untuk segera menyelesaikan lumatan bibir keduanya karena wanita itu mulai kehabisan udara.

Namun, usahanya jelas sia-sia, pria itu lebih kuat darinya. Apalagi, tubuhnya saat ini lemah karena mabuk hingga dia hanya bisa memukul-mukul dada bidang sang pria.

“Kamu yang memulainya, Yuriana.” ucap pria itu dengan suara baritonnya yang khas. Suara yang sama dengan pria yang ditemui Yuriana di dalam lift. Namun, wanita itu terlalu mabuk untuk menyadari hal itu.

Pria itu adalah Erland Oberon, suami Yuriana. Awalnya, Erland hanya ingin mandi di kamar tersebut lalu pergi lagi sebelum Yuriana kembali. Namun, entah keberuntungan dari mana, Yuriana justru tiba-tiba datang dan mengecupnya terlebih dahulu, membuat hasrat dalam tubuhnya terbangun untuk menyentuh wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya.

Tak menunggu waktu lama, Erland pun menggendong Yuriana ke tempat tidur sembari tersenyum kecil, dan menjatuhkan tubuh istrinya di atas kasur.

Dengan tubuh yang masih dipenuhi dengan gejolak, Yuriana hanya bisa menggeliat lemah di atas kasur. Hal itu, jelas membuat Erland semakin tergugah.

“Nikmati malam pertamamu ini, Yuriana. Aku tak akan kasar.”

Yuriana sedikit membuka matanya, namun, karena cahaya yang terbatas, wanita itu tak bisa melihat dengan jelas pria yang kini berada di atasnya. “Hngh … aku merindukanmu, Emran …”

Ucapan Yuriana seketika membuat seluruh tubuh Erland semakin panas. Bukan hanya karena hasrat, namun karena Yuriana yang mengira dirinya adalah Emran. Dengan itu, Erland pun bergegas kembali menyentuh Yuriana, ingin memberikan istri sahnya itu sebuah pelajaran.

Tubuh Yuriana lemas, panas di tubuhnya akibat pengaruh anggur, membuat tubuhnya tak sanggup menolak sentuhan dari sang pria. Dia menikmatinya. Bahkan pikirannya menjadi kosong. Hanya ada kenikmatan yang dia rasakan setiap kulitnya disentuh oleh pria itu. Keduanya saling menikmati meski Yuriana berteriak kesakitan saat Erland menyatukan miliknya dengan milik Yuriana.

Malam pertama itu berlangsung lama hingga waktu menunjukkan pukul dua. Yuriana langsung tertidur di kasur. Sementara Erland membersihkan tubuhnya kembali kemudian memakai pakaiannya. Dia mendekati Yuriana setelah selesai berpakaian rapi. Dia berdiri di samping tempat tidur, memperhatikan Yuriana yang terbaring dengan selimut menutupi tubuh telanjangnya. “Jangan lagi kau menyangka aku adalah Emran, Yuriana.”

Seringai kecil tiba-tiba tampak di wajah Erland, tepat sebelum dirinya meninggalkan kamar pengantinnya. “Sampai bertemu lagi untuk malam-malam selanjutnya, istriku.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status