“Ugh ...”
Yuriana baru saja bangun dan merasakan sakit diseluruh tubuhnya seperti habis dipukul balok. Yuriana refleks bangun dari sana dengan muka terkejut. Dia semakin terkejut kala membuka selimut dan melihat tubuhnya tak mengenakan sehelai benang pun.“Apa yang terjadi?”Namun, belum sempat dia berpikir lebih jauh, memori apa yang terjadi semalam tiba-tiba muncul begitu saja. Aroma alkohol, dada bidang pria tampan, serta kecupan yang memabukkan itu kembali memenuhi pikirannya.‘Aku… dengan siapa aku bercumbu semalam?’ batin Yuriana bertanya pada dirinya sendiri. Pasalnya, dia hanya mengingat samar fragmen-fragmen memori semalam. Bahkan, dia tak sempat melihat wajah pria yang tidur dengannya.‘Apakah mungkin dia adalah … Erland?’ Tak butuh waktu satu detik, Yuriana langsung menggelengkan kepalanya.Setahunya, Erland adalah pria impoten dan penyakitan. Bahkan, pria itu tak memunculkan batang hidungnya di acara pernikahannya sendiri. Bagaimana bisa dia tiba-tiba datang untuk bersenggama dengannya semalam?Tok! tok!Bunyi ketukan pintu kamar, membuat pikiran Yuriana tentang kejadian semalam, teralihkan. Dia segera berpakaian dan berjalan membuka pintu. Orang yang mengetuk pintu itu adalah bawahan Tuan Besar. Dia meminta Yuriana bersiap untuk kembali ke rumah Keluarga Oberon.***Suara ketukan pintu terdengar kala Yuriana tengah memasukkan pakaiannya ke dalam lemari. Dia membuka pintu kamarnya. Ternyata, orang yang berdiri di depan kamarnya adalah Yusita yang datang membawa susu hangat untuknya. Dan Yuriana tahu, jika susu itu dibawa Yusita untuknya. Yuriana sudah terbiasa melihat perhatian Yusita satu ini, tapi kini Yuriana sadar, bahwa perhatian itu bukanlah untuknya.“Mau bicara apa?” tanya Yuriana.Yusita tidak menjawab langsung. Dia malah berjalan masuk, melewati si pemilik kamar dengan sikap angkuhnya. Dia meletakkan susu itu di atas meja lalu menoleh melihat Yuriana yang masih berdiri di depan pintu. “Susunya masih hangat Kak. Kalau sudah dingin tidak akan enak diminum.”Yuriana tahu maksud ucapan Yusita yang menyuruhnya untuk menutup pintu hingga dia pun menutup pintu itu kemudian menghampiri Yusita yang baru saja duduk di sofa, samping tempat tidurnya. Yuriana berdiri di depan Yusita yang menatap angkuh ke arahnya.“Jadi apa keperluanmu Sita?”“Aku ingin kau keluar dari rumah ini.” Yusita tidak sabar ingin Yuriana pergi dari sini hingga dia langsung melontarkan kalimatnya itu tanpa berbasa-basi. Dia tidak tahan melihat Yuriana berada di rumah ini meski hanya sehari. Itu sangat mengganggu ketenangannya.“Sita, aku sudah menikah dengan Erland Oberon dan ini rumah keluarga suamiku. Aku tidak mungkin keluar dari sini. Dan kalau aku pergi, aku harus pergi ke mana? Apa aku harus kembali ke rumah ayah? Itu tidak mungkin Sita. Papa sudah berpesan untuk kita tetap tinggal di sini. Di rumah keluarga suami kita,” jelas Yuriana yang tentu saja menolak permintaan Yusita.Yusita berdiri dari tempat duduknya. Dia menatap serius Yuriana yang berdiri di hadapannya kemudian berkata, “suamimu tidak ada di sini, Yuri. Dua puluh tahun lalu, Erland meninggalkan rumah ini.”Yuriana terkejut mendengar tentang Erland yang sudah tidak tinggal di rumah keluarganya. Setahu dirinya, Erland tidak ada di Rumah Oberon karena sedang pengobatan di luar negeri. Yuriana tahu hal itu setahun lalu ketika dirinya dijodohkan dengan Keluarga Oberon.“Dari mana kau dengar kalau Erland sudah meninggalkan rumah keluarganya?” tanya Yuriana penasaran dengan ucapan Yusita.“Emran kasih tahu semuanya padaku. Dua puluh tahun lalu, Erland meninggalkan rumah ini. Hubungannya dengan Tuan Besar pun merenggang. Sejak saat itu, Erland tidak pernah menunjukkan dirinya di rumah ini. Tuan Besar yang tidak ingin nama baik keluarga ini rusak, menyebar berita bahwa Erland belajar di luar negeri. Padahal, kenyataannya, Erland masih ada di negara ini. Orang tidak berguna itu hanya menghabiskan waktunya di rumah, menunggu kematian datang menjemputnya.”Semua yang dikatakan Yusita bukanlah kebohongannya sendiri. Cerita itu dari Emran. Emran pun tidak menciptakan sendiri cerita tentang Erland tapi diciptakan oleh Tuan Besar yang ingin keluarganya dipandang baik-baik saja oleh semua orang agar orang-orang tidak bicara buruk tentang keluarganya.Namun setahun lalu, Erland menambahkan cerita kakeknya bahwa dia berada di luar negri karena sedang pengobatan. Erland bahkan menyebarkan berita buruk tentangnya yang impoten, tidak bisa berhubungan dengan wanita untuk melihat sifat asli dari tunangannya.Yuriana diam. Dia masih terkejut karena baru mengetahui tentang Erland yang ternyata meninggalkan rumah keluarganya. Jika seperti itu, maka dirinya pun tidak pantas tinggal di rumah ini. Dia harus tinggal di rumah suaminya.“Betapa memalukannya dirimu kalau kau masih berpikir untuk tinggal di sini setelah mengetahui kebenaran Erland.” Yusita kembali menyahut dengan tatapan sinisnya melihat Yuriana yang hanya diam saja. Dia berpikir bahwa Yuriana tidak berniat pergi hingga mengatakan hal kasar pada Yuriana.“Tenang saja, Sita. Aku bukan orang yang hanya tahu bersenang-senang. Aku akan hidup di mana suamiku berada. Jadi, aku akan bicara dengan Tuan Besar. Kalau beliau mengizinkanku pergi, aku akan pergi dari rumah ini.”Yuriana sudah menyerahkan dirinya ketika dirinya sudah sah menikah dengan Erland. Tak peduli Erland penyakitan, impoten dan pria tidak berguna. Erland tetaplah suami yang harus hidup bersamanya.“Baguslah kalau kau sadar.” ucap Yusita sembari menyeringai puas. Setelah menyaksikan ekspresi Yuriana, wanita itu meninggalkan Yuriana dengan sikap angkuhnya.Selang beberapa menit setelah adiknya pergi, sebuah ketukan kembali terdengar di pintu. Yuriana pun bergegas untuk membukanya, dan menemukan seorang wanita berpakaian layaknya asisten rumah tangga berdiri di depan pintu.“Nona Yuriana, Tuan Besar menunggu anda di ruangannya. Ada hal penting yang ingin dia sampaikan.”Yuriana akhirnya datang menemui Tuan Besar di ruangan kerjanya. Dalam hati, wanita itu bertanya-tanya, untuk apa Tuan Besar Oberon tiba-tiba meminta menemuinya? Namun, dia menghiraukannya, karena wanita itu juga ingin menyampaikan keinginannya untuk keluar dari rumah itu. “Tuan, sebelum Anda menyampaikan sesuatu, bolehkah saya menyampaikan sesuatu?” tanya Yuriana setelah membungkuk untuk memberikan salam kepada mertuanya yang angkuh itu.“Ada apa? Katakan saja apa maumu,” ucap Tuan Besar dengan tatapan datarnya melihat Yuriana berdiri sopan di depannya. “Tolong izinkan saya keluar dari rumah ini, Tuan.” Meski takut melihat Tuan Besar yang selalu berekspresi dingin, Yuriana tidak menundukkan pandangan matanya. Sebagai orang yang sudah diajarkan sopan santun, dia harus menatap orang yang sedang diajaknya berbicara untuk menghargainya.“Keluar dari rumah ini? Kenapa?” Tuan Besar sedikit kaget mendengar permintaan Yuriana. Dia mengerutkan keningnya, penasaran dengan permintaan cucu mena
Pesta perayaan ke-50 tahun perusahaan Oberon tengah diadakan di sebuah hotel bintang lima. Tamu undangan dari kalangan bisnis berdatangan satu persatu. Tuan Sanjaya yang merupakan tangan kanan Tuan Besar Oberon, menyambut para tamu itu di depan pintu masuk ruang pesta. Beberapa pengawal pun berjaga di depan. Sementara Tuan Besar Oberon yang didampingi Eriska, cucu pertamanya berada di dalam pesta, menyambut tamu bisnis yang berada di ruang pesta. “Eriska, kau harus fokus pada para tamu kita. Terutama CEO Star King. Jangan sampai dia datang dan kita tidak mengenalinya.”Tuan Besar Oberon memanfaatkan pesta ini untuk memperluas relasi dan jaringan bisnisnya di dunia bisnis. Terlebih, dia ingin Perusahaan Oberon semakin berkembang dengan masuk dalam bisnis Fashion agar semakin sukses di Eropa. Karena itu, dia membutuhkan perusahaan sukses dalam dunia fashion seperti Star King.Bukan hanya Tuan besar dan Eriska saja yang sibuk menyapa tamu. Emran yang merupakan wakil presdir pun ikut meny
“Dasar penipu!” Yuriana kesal pada Erland yang membohonginya hingga dia meninggalkan Erland yang masih meladeni para tamu yang menyapanya di sana. Dia malah datang ke meja bartender dan melampiaskan kekesalannya dalam minuman beralkohol. Dengan kekesalannya itu, Yuriana menoleh melihat Erland. Tatapan sinis serta ekspresi tercengan tampak diwajahnya melihat suaminya berdiri tegak sambil tersenyum tipis pada para tamu di sana, seolah tak punya perasaan bersalah setelah membohonginya. “Hah, aku tidak menyangka kalau aku menikah dengan pria menyebalkan itu. Dia sudah menipuku.” “Nyonya, jangan minum terlalu banyak!” Paman Hans menegur Yuriana karena khawatir jika Yuriana mabuk. Sejak tadi, dia berdiri menemani Yuriana di belakang perempuan itu atas perintah Erland untuk menjaga istrinya. Yuriana memutar kepalanya ke belakang. Dia baru sadar bahwa pria tua itu ada di belakangnya. “Sejak kapan Anda di sana?” “Saya mengikuti Anda ketika Anda berjalan ke tempat ini.” “Pasti pria brengse
PRANGG!! Suara gelas jatuh ketika semua orang fokus pada Erland. Erland yang baru saja menghentikan acara perkenalannya, menoleh melihat ke arah suara itu. Dia terkejut kala bola mata hitamnya, melihat istrinya di sana bersama seorang pelayan. Ada pecahan kaca di lantai tepat di depan Yuriana berdiri, dan gaun yang dipakai Yuriana pun terkena anggur. Erland berlari mendekati istrinya. Dia segera menangkap Yuriana dari samping karena hampir jatuh. Gara-gara mabuk, Yuriana tidak bisa berdiri dengan baik. Karena itu jugalah, dia menabrak seorang pelayan sampai nampan yang dipegang pelayan itu jatuh. “Maafkan saya nona! Saya tidak sengaja!” Pelayan tersebut tahu Yuriana yang merupakan menantu keluarga Oberon. Oleh sebab itu, dia segera membungkuk sambil mengucapkan maaf pada Yuriana yang malah memegang kepalanya. “Kau bisa pergi sekarang!” titah Erland dengan tegas. Pelayan itu segera pergi setelah mengambil pecahan kaca di lantai, sedangkan Erlang beralih melihat Yuriana yang kini me
‘Kakek licik itu sengaja mengutus Tuan Sanjaya kemari supaya aku bersedia datang. Tidak masalah. Aku akan datang sesuai keinginanmu tapi bukan berarti akan berlutut dan menjadi bonekamu. Kejadian ibuku sudah cukup.’ “Apa itu ayah?” Yuriana yang duduk di atas tempat tidur, hanya memperhatikan Erland yang bicara dengan seseorang di luar tapi dia tahu bahwa itu adalah ayahnya. Pertanyaannya hanya untuk memastikannya saja. Erland yang masih berdiri di dekat pintu, beralih memperhatikan Yuriana yang menunggu jawabannya. Namun, dia tidak menjawab itu, malah bicara hal lain. “Bersihkan dirimu, baru kita pergi sarapan.” Yuriana buru-buru beranjak dari tempat tidurnya dan mengejar Erland yang melangkah ke arah kamar mandi. “Tunggu sebentar.” Erland menghentikan langkahnya ketika dirinya nyaris membuka pintu kamar mandi. Dia memutar kepalanya, melihat Yuriana yang kini berdiri di depannya. “Kenapa?” “Mau sarapan di mana?” “Di restoran bawah.” “Aku nggak punya pakaian ganti selain pakaian
Yuriana dan Erland kini menuju restoran mewah yang ada di lantai bawah hotel itu. Seperti biasa, Erland hanya memakai kemeja putih dipadu dengan celana hitam pekat, sementara Yuriana memakai gaun panjang model sederhana namun terlihat anggun dan cantik ditubuh Yuriana. “Jadi, kita sarapan sama semua orang? Bahkan ada orang tuaku juga?” Sebelumnya, Yuriana tidak tahu jika dia dan Erland diundang sarapan bersama oleh Tuan Besar. Erland baru mengatakannya ketika mereka keluar dari kamar. Yuriana tentu kaget tapi itu bukan masalah baginya karena mereka semua adalah keluarganya. Hanya saja, dia masih sedih dan kecewa jika melihat Emran. Dia masih bingung cara menghadapi Emran setelah pertengkaran terakhir mereka. Erland merasa aneh dengan sikap Yuriana yang seolah tidak senang sarapan bersama mereka hingga ketika hampir sampai disebuah ruangan private di restoran itu, Erland malah berhenti dan malah menoleh melihat Yuriana. “Kenapa? Tidak suka sarapan bersama mereka karena tidak sanggup
“Erland, tunggu sebentar!”Erland terus berjalan menjauh dari restoran dengan langkah cepat. Yuriana sulit menyusul dengan kakinya yang tidak sepanjang Erland hingga dia berlari kecil sembari berseru memangil suaminya. Namun, pria itu tetap berjalan tanpa berniat berhenti, bahkan menoleh pun tidak dilakukannya. Sehingga ketika Yuriana berhasil mendekati suaminya, dia langsung menahan Erland dengan meraih tangan lelaki itu.Erland akhirnya menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, melihat Yuriana yang begitu serius menatapnya. “Ada apa?”“Harusnya aku yang tanya sama kamu. Kenapa kamu pergi dari sana? Padahal sarapannya, baru saja dimulai.”Meski Yuriana tahu bahwa Erland bersikap tidak hormat di meja makan karena tidak akur dengan Tuan Besar tapi dia tetap penasaran dengan alasan ketidakcocokan mereka hingga dia bertanya. Mnurutnya, dia harus tahu alasan itu dari suaminya.“Kalau lapar, kita sarapan saja di rumah. Makanan di rumah lebih enak dari makanan restoran ini.” Erland t
Di sebuah rumah mewah bergaya barat, terlihat Erland berada di taman yang dipenuhi bunga. Taman yang berdinding kaca itu, berada di samping rumah dan tamannya menghadap ke depan jalan. Pria itu sibuk merapikan beberapa bunga ke pot-pot kecilnya.Mobil Erick-sang adik, masuk melewati pagar rumah itu. Karena luasnya pekerangan rumah hingga mobil Erick bisa masuk sampai di depan taman. Dia menghentikan mobilnya dan turun dari mobil tapi sang pria yang sibuk di taman tidak menoleh sedikit pun meski mendengar suara klakson mobil Erick.“Kak Land!” seru Erick.Erland menoleh sebentar kemudian melanjutkan kesibukannya yang tadinya menanam bunga, kini pria itu menyirami bunga-bunganya.“Sepertinya kakak tidak berhasil membawa kakak ipar kemari,” ucap Erick sembari duduk di salah satu kursi yang ada di taman itu.“Dia tidak ingin kembali bersamaku. Dia lebih senang tinggal bersama dengan Pak Tua yang menyebalkan itu.” Erland menjawab tanpa melihat lawan bicaranya. Dia tetap sibuk dengan bunga-