Lembaran dokumen berada di tangan Lucas, dokumen itu berisi semua kegiatan dan informasi tentang Alexa. Lucas harus mengatur strategi sebelum melenyapkan gadis itu.
Lucas William, di balik kesuksesannya dalam berbisnis, dia berkepribadian sangat buruk, berdarah dingin. Beruntungnya, Lucas sangat menyayangi orang tuanya, karena itu Lucas tidak bisa menolak lebih keras keinginan orang tuanya karena takut membuat mereka bersedih.
Lucas berpikir, membunuh Alexa Housten mungkin menjadi jalan keluar terbaik untuk Lucas terlepas dari rencana perjodohan ini.
“Daripada membunuhnya dengan meninggalkan jejak secara langsung, kau bisa memikirkan racun terbaik yang bisa membuat dia meninggal seperti terkena serangan jantung.”
Shwan menelan salivanya mendengar usulan Lucas, tidak ada kata yang bisa Shwan ucapkan, ini terasa menakutkan untuknya meski sudah sering menghabisi nyawa seseorang.
“Kau paham Shwan?” tanya Lucas.
Shwan mengangguk. “Saya akan mencari racunnya.”
“Bagus, lakukan dengan rapi.”
Sekali lagi Shwan mengangguk, Shwan segera membungkuk memberi hormat dan undur diri.
***
Pagi itu
Rintikan hujan menapaki kaca jendela, angin berhembus lembut menggerakkan goreng kamar, tidak ada sinar matahari yang cerah pagi ini.
Lucas merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal dan lemah, matanya terbuka perlahan.
Lucas terdiam sejenak mencoba mengumpulkan kesadarannya, pandangannya mengedar ke setiap sudut ruangan yang asing baginya.
Kening Lucas mengerut samar merasakan sesuatu yang aneh. Lucas ingat betul jika beberapa jam yang lalu dia tidur di kamarnya, bukan di tempat asing ini.
Dalam sisa-sisa rasa mengantuknya Lucas terduduk sambil menguap dan menatap semua hal yang baru di sekitarnya.
“Di mana ini?” Suara Lucas berubah terdengar lembut dan pelan.
Lucas mengerjap, pria itu berdeham beberapa kali, namun suaranya tetap lembut.
“Tunggu, ada apa dengan suaraku?” Lucas mengusap tenggorokannya yang lembut dan tidak ada benjolan jakun sedikitpun.
Suara Lucas menghilangkan seketika, pria itu mematung kaget hingga tidak bisa bereaksi apapun dalam waktu beberapa detik begitu melihat sepasang kaki jenjang yang bergerak di antara selimut yang tersingkap.
Lucas menelan salivanya dengan kesulitan, pria itu melihat waspada karena di sisinya tidak ada seorang wanita.
Jika di sisinya tidak ada wanita, lantas kaki siapa itu?
Lucas menggerakan kakinya. Pria itu terbelalak kaget karena kaki yang bergerak di bawah selimut itu, kaki wanita.
“Ada apa ini sebenarnya?” bisik Lucas mulai panik.
Lucas langsung melompat turun dan berlari pergi menuju sebuah cermin di meja rias.
“Tidak, ini tidak mungkin,” bisik Lucas dengan mata membulat sempurna melihat tubuhnya sendiri terpampang di depan cermin. Di cermin itu terpampang jelas tubuh gadis cantik yang menatap terkejut.
Lucas menggeleng tidak percaya dengan semua yang di lihatnya, beberapa kali Lucas menampar hingga memukul wajah itu untuk memastikan jika semua hanya sebatas mimpi.
Tapi ini bukan mimpi, ini benar-benar nyata.
Lucas berada dalam tubuh seorang gadis.
***
Suara para pekerja di luar kamar terdengar sayup-sayu mengganggu tidur nyenyak Alexa. Mau tidak mau akhirnya Alexa harus segera bangun sebelum Connor memanggilnya dan menceramahinya atas kejadian semalam.
Alexa mengendus, mencium bau maskulin khas pria melekat kuat di guling yang di peluknya. Dengan mata setengah terpejam Alexa mulai menggeliat di bawah selimut, gadis itu duduk hanya untuk diam dan menelaah melihat tempat asing di sekitarnya.
“Aku di mana?” tanya Alexa kebingungan.
Dalam seperkian detik, Alexa segera berdiri di atas ranjang, melihat ke sekeliling ruangan. Gadis itu kembali terpaku bingung bercampur kaget, tiba-tiba Alexa menjerit.
“Ayahh” Alexa melompat dari ranjang dan berlari ketakutan karena melihat bayangan laki-laki tampan di jendela.
Alexa berlari pergi ke kamar mandi dan berdiri di depan cermin untuk melihat lebih jelas siapa yang berada di bayangan sana.
“Dadaku” Alexa meraba dadanya yang kini menjadi keras dan perutnya yang berotot.
“Ini” tangan Alexa menyentuh sesuatu di selangkangnya merasakan sesuatu yang menonjol di balik celana, Alexa mengerjap kaget hingga tidak bisa berkata-kata dalam waktu beberapa detik.
Tiba-tiba Alexa tertawa terbahak-bahak. "Ini pasti mimpi," ucapnya berusaha bersikap santai dalam mengatasi keadaan aneh yang di alaminya saat ini.
Tawa Alexa perlahan menghilang begitu pantulan di cermin tetap memperlihatkan wajah seorang pria.
“Tapi, tunggu” Alexa kembali melihat dirinya di cermin, melihat wajah tampan seseorang yang kembali muncul di pandangannya.
“Ini mimpi kan?” Bisik Alexa bertanya pada dirinya sendiri.
Alexa menelan salivanya dengan kesulitan, gadis itu memberanikan diri untuk mencubit perutnya sendiri dengan keras untuk memastikan kebenaran.
Rasa sakit yang di rasakan Alexa membuat gadis itu mulai tersadar jika sebenarnya ini bukan mimpi.
Alexa langsung berlari keluar kamar asing itu dengan mata berkaca-kaca, kakinya bergerak cepat melewati para pelayan yang pengawalyang menatapnya bingung.
“Di mana pintu keluarnya?” teriak Alexa pada seseorang.
Salah satu pengawal menunjuk dengan gugup ketakutan, sekaligus bingung.
Baru beberapa langkah Alexa berlari dan belum menjangkau pintu.
Brak!
Pintu di depan Alexa terbuka karena tendangan keras. Di ambang pintu, tepat di depan Alexa ada LuXa (Lucas dalam tubuh Alexa) tengah bernapas tersenggal-senggal dan masih mengenakan gaun tidurnya.
Alecas (Alexa dalam tubuh Lucas) kembali menutup mulutnya tidak percaya, melihat tubuhnya sendiri yang di gerakan orang lain. Alecas melangkah mendekat dengan ketakutan.
Kedua saling berhadapan saling menatap tidak percaya.
Plak!
Satu tamparan keras LuXa layangkan di wajah tampan Lucas.
“Sakit tahu,” rengek Alecas tiba-tiba, matanya berkaca-kaca hampir menangis menahan panas berdenyut di pipinya karena mendapatkan tamparan keras.
Semua pengawal yang ada di belakang tercengang, beberapa pelayan yang bekerja sampai menjatuhkan kemoceng dan barang yang mereka pegang.
Sosok Lucas, tuannya yang dingin dan menakutkan, tengah merengek karena tamparan gadis kecil. Sulit di percaya!.
“Apa yang terjadi dengan tubuhku?” tanya Aleca tampak ketakutan.
LuXa diam membisu menatap horror, Lucas masih tidak percaya jika kini jiwanya sedang terjebak dalam tubuh seorang perempuan.
“Ini nyata kan?” tanya Alecas seraya meraih tubuhnya dan menyentuhnya untuk memastikan apa yang terjadi sekarang bukanlah mimipi apalagi hayalan.
“Ini nyata. Dadaku,” Alecas menangis sambil meremas dada LuXa, lalu mengangkat gaun yang di kenakan LuXa dan menelitinya dengan seksama.
Semuanya orang yang melihat langsung berdeham salah tingkah, mereka balik badan dan terbirit-birit pergi kabur ketakutan karena sikap aneh tuannya.
“Apa yang terjadi?” Rengekan itu keluar lagi dari mulut Lucas berjiwa Alexa.
“Jangan melakukan itu dengan wajahku,” geram LuXa penuh ancaman, dia tidak terima wajah tampan dan dingin penuh wibawa itu kini menjadi tampang menyedihkan.
“Ikut aku!” LuXa menyeret pergi Alecas menuju suatu tempat.
To Be Continued..
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas)LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa)Sudah dua jam berlalu, Alexa dan Lucas duduk dalam kebingungan sampai membuat kedua tidak tahu harus berbicara apa karena tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka saat ini.Ini bukan keajaiban, ini sesuatu yang aneh bahkan tidak mudah di jelaskan dengan kata-kata.Alecas menangis terisak-isak di ujung sofa, dia tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi. Pikirannya terus menerus di landa pertanyaan mengenai bagaimana bisa jiwanya bertukar dengan tubuh orang asing tanpa sebab.Alecas berkali-kali mencubit pipinya mencoba meyakinkan jika ini adalah mimpi, Alecas mengerang frustasi berharap besar bahwa dia akan terbangun di tempat tidurnya.Harapan Alecas tampaknya ini sia-sia karena ini memang benar-benar bukan mimpi.Suara tangisan Alecas yang tidak berhenti mulai mengganggu pandangan dan pendengaran LuXa. Jiwa Lucas sangat terganggu karena kini wajahnya dipakai menangis dan bersikap lem
Alecas (jiw Alexa dalam tubuh Lucas)LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa)***“Apa? Mandi? Tidak!” Alecas melarang.LuXa tertawa menggema, jiwa Lucas merasa ironis melihat wajah angkuh dan tatapan tajam mata miliknya kini menjadi melunak, gerakan tubuhnya sudah tidak dia kenal lagi.Diam-diam jiwa Lucas menjadi semakin khawatir. Jika hal ini terus berlanjut, kemungkinan tidak akan ada lagi orang yang takut apalagi hormat padanya.Suara ketukan di pintu sedikit memecahkan ketegangan di antara jiwa Alexa dan Lucas. LuXa segera pergi dan membukakan pintu dan berhadapan dengan Shwan.“Pakaian yang Tuan Lucas pesan.” Shwan menyerahkan beberapa paper bag. “Di mana Tuan Lucas?” Tanyanya terdengar misterius dan hati-hati.Shwan sedikit terkejut begitu mendengar kabar Alexa Housten datang ke rumah tuannya, setelah di telaah Shwan mulai berpikir jika mungkin ini bagian dari rencana Lucas.Lucas tidak suka membuang waktu, mungkin saja rencana untuk membunuh Alexa bisa dia lancarkan pagi itu deng
Tubuh mereka kembali…Alexa dan Lucas terdiam sesaat, kedua kembali saling menatap dan mengerjap kaget karena kini jiwa kembali te tubuh mereka masing-masing.“Ya Tuhan, aku kembali.” Alexa melompat senang bukan main, dengan cepat dia segera mundur menjauh dari tubuh Lucas dan pergi melihat ke cermin.Alexa tersenyum lebar, gadis itu akhirnya bisa bernapas dengan lega dan merasa hidup kembali setelah mendapatkan kembali tubuhnya.Melihat kesenangan Alexa yang cukup berisik dan berlebihan langsung menjadi pusat perhatian Lucas. Lucas sendiri merasa sangat lega dan senang karena akhirnya kini tubuhnya kembali.Lucas tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya jika selamanya jiwanya terjebak dalam tubuh Alexa.Suara berisik dan tawa senang Alexa mulai mengganggu pendengaran Lucas, dengan tatapan merendahkan Lucas beredekap dan berkata. “Well.. sekarang urusan kita sudah selesai, aku mengusirmu. Jadi, silahkan pulang.”Alexa berhenti bergerak, tawanya menghilang seketika,
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas) LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa) *** Alexa berjalan dengan anggun dan percaya diri, gaun musim panasnya yang berwarna merah bercorak bunga-bunga terlihat indah bergoyang di terpa angin di atas pahanya. Rambut panjangnya yang baru mendapatkan perawatan, kini di biarkan tergerai menerpa wajah mungilnya. Semua orang selalu dibuat terpukau oleh Alexa. Gadis itu tidak hanya cantik dan selalu tersenyum kepada siapapun yang dia lihat, Alexa juga selalu bersikap baik kepada siapapun, terkecuali orang yang menyebalkan. Contohnya, Lucas. “Dev,” Alexa memanggil seorang pria yang sedang berdiri di bawah tangga. Kaki jenjangnya melangkah lebih cepat, membuat heelsnya yang dia kenakan menimbulkan suara tajam di lantai. “Hai,” Devon menyapa, pria itu tersenyum lebar melihat kedatangan Alexa yang berlari ke arahnya dengan senyuman lebar dan mata selalu terlihat bersinar memercikkan kebahagiaan. “Seminarnya sebentar lagi,” kata Devon seraya membuka tang
LuXa ( jiwa Lucas bertubu Alexa) Alecas ( jiwa Alexa bertubuh Lucas) --- Lucas mengerang, bergerak tidak nyaman dari duduknya, napasnya memburu mencari-cari pelepasan yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Mata Lucas langsung terjaga, pria itu langsung terdiam beberapa saat dengan napas yang terdengar kasar. Lucas mengerjap melihat ke sekelilingnya dengan perasan bingung. Tidak ada Vero di pangkuannya, kini hanya ada pemandangan para mahasiswa yang sedang mendengarkan seseorang bicara di depan. “Kau sudah bangun?” Devon tersenyum lembut, mengusap rambut Alexa dengan sayang. Lucas menarik napasnya dalam-dalam mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi kepadanya saat ini. “Alexa, kenapa diam?” tanya Devon. Lucas langsung menepis tangan Devon dengan kasar, di detik selanjutnya pria itu berdiri dan menggebrak meja dengan keras membuat semua perhatian orang-orang teralihkan padanya. "Brengsek! Kenapa bisa terjadi lagi?" umpat Lucas dengan emosi. Lucas langsung melompat kelua
“Lepaskan!” Berontak Devon berusaha melepaskan diri dari Shwan.Lucas memberikan instruksi melalui matanya agar melepaskan Devon. Lucas penasaran ingin melihat seberapa besar nyali Devon yang telah berani mengganggu kesenangannya.Devon bernapas dengan kasar dan menatap tajam Alexa penuh kemarahan yang tidak terkontrol.“Kenapa kau berciuman dengannya Lex?” Devon menunjuk Lucas dengan berani, dia tidak terima kekasihnya melakukan ini semua kepadanya. Devon merasa sangat di khianati, Devon juga merasa kecewa dengan Alexa yang selama ini dia pikir baik dan polos ternyata bisa bertindak seperti ini dibelakangnya.“Jawab Lex! Kau selingkuh?” teriak Devon marah.“Dev..”“Jawab saja, ya atau tidak!” Devon semakin dibuat marah.Pria mana yang rela dan bisa bersikap baik-baik saja saat melihat kekasihnya berciuman dengan panas bersama pria lain? Devon bisa mempercayai Alexa wanita baik-baik, namun Devon juga berhak menuntut penjelasan.Alexa tertunduk, dia menggelengkan kepalanya dengan lemah
Devon masih sangat amat marah, namun dia masih berusaha bersikap tenang dan memberikan Alexa kesempatan untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, hingga akhirnya Devon tahu satu hal.Lucas William adalah pria pilihan ayah Alexa.Pria gila dan bertempramen buruk itu lebih di percaya Connor di bandingkan dengan dirinya.Keberadaan Lucas William yang muncul membuat Devon bertanya-tanya, apa kelebihan Lucas William? Jika dilihat dari keturunan keluarga, Devon juga memiliki keluarga yang baik meski mereka hidup di lingkaran dunia hiburan yang tidak lepas dari jepretan kamera.Devon sangat mencintai Alexa dan selalu berusaha menjadi kekasih yang baik untuknya. Tapi mengapa Connor tidak pernah melihat usaha Devon?Devon kecewa, hatinya terasa cukup sedih karena kesempatannya untuk bisa bersama Alexa semakin kecil.“Dev..” panggil Alexa begitu pelan dan hati-hati, Alexa bisa melihat kesedihan di mata Devon setelah mendengarkan cerita Alexa mengenai hubungannya bersama Lucas.“Kau menyukai
Lucas melirik jam yang melingkar ditangannya, sudah hampir dua puluh menit dia duduk dan menunggu, namun belum ada tanda-tanda kedatangan Alexa.Rahang Lucas mengetat menahan kesal, namun dengan sempurnanya pria itu menyembunyikan kekesalannya dengan senyuman menawan.Lucas tidak akan pergi sebelum Alexa berada dalam genggamannya.“Tuan Connor, saya dengar Anda membutuhkan banyak ahli gizi dan chef professional untuk menciptakan menu baru di perusahaan. Jika sasaran pasar Anda adalah pasar internasional, sepertinya saya bisa membantu, teman saya berencana akan menutup sementara pabriknya karena masalah financial. Apa bisa para pekerja ditransfer ke Hong Kong? Saya menjamin kinerja mereka.”Connor sempat terdiam, pria itu langsung tersenyum menjawab perkataan Lucas. Percakapan yang sedikit menegangkan beberapa saat yang lalu kini berubah menjadi serius karena membahas masalah bisnis.***Kedatangan Lucas untuk pertama kalinya ke rumah membuat Alexa was-was dan berpikiran macam-macam.