Share

Bab 5. Mengerjai Mas Aditya

Author: Rias Ardani
last update Huling Na-update: 2024-02-24 19:20:28

“Dinda!”

Belum sempat aku berjalan menuju dapur, Mas Aditya lagi-lagi berteriak. 

Ternyata, dia memintaku membuatkannya minuman teh hangat.

Pikiran tidak waras kembali membisik. 

Aku tersenyum dan dengan gembira membuatkannya “minuman spesial”.

Setelah selesai, kubawa naik menuju lantai dua dan memasuki kamarnya. 

Namun, Mas Aditya tidak ada di dalam kamar.

Hanya saja kudengar suara guyuran air yang berasal dari kamar mandi. 

Mendengar itu, secepat kilat kuletakkan minumannya di atas bupet, kemudian aku berlari keluar kamar menuju dapur.

Kuambil bubuk gatal tadi sesuai rencana dan aku berlari lagi menaiki lantai dua.

"Mampus," batinku sambil membuka lemarinya dengan pelan dan menabur bubuk gatal itu dengan pelan ke celana dalamnya Mas Aditya dan juga Astri.

"Maaf, aku nggak akan lakuin ini. Tapi, Iren benar. Kalian semua sudah terlalu jahat sama aku," gumamku dan bergegas kembali menutup semua dengan rapi. 

Setelah selesai meletakkan tas baju mereka di dekat pintu utama yang selalu terkunci rapat, aku masuk ke kamarku. 

Tidak lama kemudian, terdengar suara Mas Aditya memanggilku lagi.

Ck! Rese sekali.

"Din, Dinda ...."

Aku pun gegas membuka pintu kamar, sambil memasang wajah yang seperti biasa. 

Wajah yang selalu takut dan menunduk.

"Din, aduh ...." 

Tampak wajahnya gelisah. Tangan satunya memegangi perut, sementara yang lainnya menggaruk malu- malu.

"Kenapa, Mas?" tanyaku pura-pura tak mengerti.

"Aduh! Aku sakit perut segala," gerutunya sambil berjalan ke arah kamar mandi.

Dan hal itu berulang sampai 3 kali! 

Mas Aditya bolak- balik keluar wc.

Aku sampai menahan senyum yang rasanya hampir tak pernah kurasakan sejak kedatangan Astri di hidupku.

"Gila juga si Iren, pemberiannya tidak kaleng-kaleng, sampe membuat Mas Aditya berkeringat dingin dah tu," ujarku sambil tertawa keras dalam hati.

Aku bersandar di depan pintu sambil sesekali mengintip Mas Aditya yang nampak terkulai lemah di depan pintu wc.

"Ini baru permulaan, Mas. Aku nggak akan biarkan kamu begitu saja, menindasku semau kalian," batinku.

"Dinda, tolong!" lirih pria itu tiba-tiba. 

Namun, aku pura- pura tuli sajalah. 

Biar dia nikmati rasa sakit yang tak seberapa dibanding penderitaanku selama ini.

"Dinda ...."

"Din, tolongin, mas nggak kuat lagi," ujarnya lagi.

Kini, hatiku bimbang mendengar rintihannya. 

Jika dia mati sekarang, bisa-bisa aku dipenjara? 

Ah, ya sudah…. 

Kali ini, aku  akan pura-pura membantunya!

Kubuka kamar, dan kuliat Mas Aditya mengesot ke arah kamarku. 

Deg!

Apa iya efeknya seburuk ini? Jangan- jangan kebanyakan lagi aku ngasihnya?

"Mas, kamu kenapa?" tanyaku berpura-pura panik dan khawatir.

"Ih, kok bau kotoran gini?" ujarku lagi yang langsung reflek menutup hidung sembari menjauh.

"Aku capek bolak- balik wc. Nggak kuat lagi jadi kebablasan. Tolong aku, Din."

"Jijik tau nggak sih, Mas." Spontan saja kata- kata tidak bersahabat itu keluar dari mulutku.

"Din, aku ini suami kamu! Kamu harus bisa mengurus aku," lirihnya diikuti suara khas orang sakit perut keluar.

Bret!

"Benar- benar gila si Iren! Aku bahkan nyaris muntah! Ini namanya aku juga ikutan susah," batinku.

Terpaksa, aku membersihkan kamar mandi dulu baru menyeret Mas Aditya ke dalamnya.

Byur!

Kusiram tubuh yang bau kotoran manusia itu begitu saja.

Di sisi lain, Mas Aditya bersandar di dinding dengan tubuh yang terkulai lemah. 

Wajahnya kini begitu pucat.

"Untung masih ada aku. Kalau nggak ada, entah siapa yang mau ngurus kamu, Mas."

Mas Aditya hanya terdiam, dia hanya menunduk ketika seluruh tubuhnya aku sabuni.

Sepertinya, dia memikirkan perkataanku.

Meski katanya dia dan Astri saling mencintai, tapi tukang sayur komplek juga tahu kalau istri kedua suamiku itu memang tipe yang jijikan.

Tak terasa prosesi memandikan Mas Aditya telah selesai. 

Kubantu dirinya untuk berjalan dan menuju kamarku.

"Rebahan di sini saja, aku bantu ambilkan baju kamu dulu," ujarku. 

Kini, Mas Aditya mengangguk.

Karena kasihan, jadi aku ambilkan dia celana dalam yang tidak terkena bubuk gatal biar dia bisa ke rumah sakit. 

Dan aku, bisa bercerita banyak pada Iren, tentang hari ini….

Sekalian aku juga ingin tahu, apa benar Iren yang memukuli Mas Aditya?

Kini, kuberikan dia minuman jahe hangat setelah dia mengenakan semua pakaiannya.

"Din, maaf ya, kalau mas jahat selama ini," ucapnya dengan raut wajah menyesal.

"Iya," jawabku seadanya.

"Makasih, Din. Din, mas berangkat dulu ke rumah sakit, mau nemani Astri dan anak kami. Kamu di rumah aja ya," pintanya lagi dan kujawab dengan anggukan.

Jika biasanya aku meronta ingin keluar rumah dan ingin pulang, tapi hari ini tidak. 

Aku akan menjadi wanita penurut untuknya agar dia lengah sebelum rencanaku dan Iren berhasil!

***

"Ren, jadi benar kamu yang bikin Mas Aditya babak belur?"

Setelah memastikan Mas Aditya meninggalkan rumah, aku pun menghubungi Iren.

Terdengar tawa dari seberang sana. "Iya, dia nggak macam- macam sama kamu kan?"

"Enggak sih, malah aku yang macam-macam."

"Ha?"

"Aku kasih bubuk gatal di celana dalam dia dan juga obat sakit perut di minumannya. Pokoknya nasibnya hari ini malang sekali."

"Hahaha, gue suka nih. Gitu dong jadi cewek, harus berani balas!!"

"Untung kamu datang di hidup aku lagi, Ren. Kalau tidak, entah bagaimana aku bisa melawan mereka, semua karena kamu, Ren, makasih."

"Kamu sahabat aku, Din. Apapun yang terjadi, aku pasti bela kamu."

Selesai berbincang- bincang sama Iren, aku pun memilih beristirahat dan tidur.

Sungguh bahagia rasanya, diri menjadi tenang.  Terlebih karena mas Aditya dan ibunya fokus pada Astri.

Aku pasti akan membalas mereka, dengan segenap kekuatan yang aku punya, dan tentunya aku tidak lagi sendiri, ada Iren.

Namun. Ketenangan itu berakhir setelah dua hari berlalu. 

Mobil pria itu kembali memasuki halaman rumah tepat jam 8 pagi. 

"Mereka datang," batinku. 

Benar saja. 

Baru memasuki rumah, suara keras Ibu mertua memanggilku mulai terdengar. “DINDA!”

Aku berpura-pura tuli sejenak di dalam kamar, biar dia makin emosi dan darah tinggi.

Brak!

Hingga gedoran di depan pintu kamar mulai terdengar. 

Aku menarik napas berat, kemudian berjalan membukakan pintu.

"Lama sekali, Din," bentaknya saat pintu kamarku terbuka, “Dasar pemalas!”

"Ada apa, Bu?" tanyaku.

"Ada apa-ada apa? Dasar tidak sopan! Bantuin bawa barang-barang masuk ke dalam. Jangan malah ongkang-ongkang kaki" teriak wanita tua itu seperti majikan pada bawahannya.

Aku hanya mengangguk dan berjalan keluar dari kamarku.

"Awas kamu, Bu. Akan kukerjain," batinku diam-diam.

Tak lama, kulihat Mas Aditya.

Melihatku yang berjalan ke arah keluar rumah, dia langsung menutup pintu depan secepat kilat.

"Kenapa, Din?" tanya Mas Aditya, menatapku dengan siaga.

Sepertinya, dia pikir aku akan kabur…?

Menahan senyum, aku mendekat yang membuatnya justru semakin siaga. “Aku….”  

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sari Sui
semakin seru
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Berubahnya Istri yang Nyaris Kau Buat Gila   TAMAT

    Bab93Disaat Dinda sibuk mengurus bayinya, begitu juga dengan ibu mertuanya, yang nampak terbuai bahagia, dengan kehadiran cucu yang begitu dia damba.Hidup bahagia, seakan kini berpihak pada Dinda. Melihat ibu mertua yang dulunya begitu membencinya, kini berubah 99%, baik dan sangat memperhatikannya, Dinda sangat bersukur dengan hidupnya kini.Dinda pun seakan lupa. Ada hati yang masih terluka, ada hati yang masih tidak rela.Maura mengurung diri di dalam kamar, meratapi takdir yang tidak adil padanya. Dia yang istri pertama, tapi dia pula yang sangat terluka.Meskipun dari awal dia tahu, bahwa suami yang sangat dia cintai, mencintai wanita lain dengan gilanya. Tapi berkat bujuk rayu ibu mertua. Maura yakin bisa membuat suaminya akan mencintainya.Nyatanya? Maura jatuh dan hancur dalam harapannya. Kemunculan Dinda di rumah tangganya, membuat hati Maura hancur dan terluka. Maura jelas tidak terima, dan membenci Dinda teramat dalam di dasar hatinya.Kebencian itulah, yang menjadi api de

  • Berubahnya Istri yang Nyaris Kau Buat Gila   Bab92 Perasaan Maura

    Bab92 "Maura!!" Suara Adam memanggil wanita itu. Pelayan Maura yang bernama Neneng pun menghentikan laju langkah mereka, dan memutar badan mengarah ke Adam yang berjalan mendekati mereka. Wajah Maura begitu sendu, memandang Adam. "Biar aku antar," seru Adam, membuat Maura langsung menggelengkan kepala. "Tidak usah, kami sudah memesan taxi online." "Batalkan! Lagian Dinda juga sudah mau pulang, kita bareng saja," ujar Adam lagi memaksa. "Aku tidak mau, menganggu kebahagiaan kamu, Mas. Selamat ya, akhirnya kamu akan menjadi seorang ayah, aku turut bahagia untuk kalian," ucap Maura, dengan mata berkabut. "Maafkan saya, Maura." Lelaki itu menjadi serba salah, menghadapi situasi ini. Dilain sisi, sebagai lelaki yang beristri, tentu saja memiliki keturunan, adalah suatu kebahágiaannya. "Kamu juga menjadi ibu, Maura." "Tidak, aku tidak akan pernah menjadi ibu, Mas. Selamanya, aku hanya wanita cacat, yang kehilangan segalanya," lirih Maura. "Neng, ayo," pinta Maura. Neng pun mengan

  • Berubahnya Istri yang Nyaris Kau Buat Gila   Bab91 Bukan inginku

    Wajah mereka semua begitu berseri, bibir mereka pun melengkungkan senyum, hanya Maura yang menatap sendu ke arahku."Ada apa ini?" tanyaku penasaran. Seingatku, aku sempat pingsan setelah muntah- muntah tadi, entah berapa lama aku pingsan. Tapi ketika sadar, aku dibuat mereka semua bingung."Selamat ya, Nak. Kamu akan segera memberikan ibu cucu," seru ibu mertua dengan bahagia. Ada ketulusan dimatanya."Hah, aku hamil, Bu?" Sulit rasanya kupercaya. Disaat hati ingin mundur, malah hamil.Antara bahagia, juga dilema. Kulirik ke arah Maura, yang terlihat memaksakan bibirnya untuk tersenyum."Maura, kamu akan menjadi seorang ibu, Nak. Dan Adam, Adam akan menjadi ayah. Dan saya, saya akan menjadi seorang nenek. Akhirnya keluarga kami akan memiliki generasi penerus," seru ibu mertua tanpa henti.Aku terdiam dan membeku. "Mulai hari ini, ibu akan khusus mengurus Dinda, dan ibu akan menjadi nenek siaga," lanjutnya begitu bersemangat. "Ibu, jangan berlebihan," pinta kak Adam."Tidak ada yan

  • Berubahnya Istri yang Nyaris Kau Buat Gila   Bab 90 Pingsan

    Hubungan ini, benar- benar sudah tidak bisa dipertahankan. Aku tidak mungkin tetap disini, berada di dalam rumah orang, yang begitu benci dengan keberadaanku. Rasanya sangat menyakitkan sekali, setiap melihat tatapan kebenciannya, ucapan- ucapan pedasnya. Sekalipun cinta kak Adam hanyalah untukku, aku tetap merasa tidak nyaman. Cukup lama aku menangis, hingga tanpa aku sadari lagi, aku tertidur. ***^^*** Ketukkan dipintu kamar, membuatku terbangun dari tidur. Cahaya panas matahari yang mulai naik, menerpa wajahku. Aku melirik jam dinding, sudah menunjukkan jam 10 siang. "Astaga, siang sekali aku bangunnya," gumamku. Ketukan dipintu kamar kembali terdengar. "Jangan- jangan tante Amara lagi didepan pintu," batinku. Aku beringsut turun dari kasur, menuju pintu kamar. Perlahan, aku membukanya. "Kamu kesiangan," sapa wanita yang kini berada tepat didepan pintu kamarku. Wanita yang duduk dikursi roda ini nampak cantik hari ini. Dia mengenakan make up tipis, dengan pakaian yang c

  • Berubahnya Istri yang Nyaris Kau Buat Gila   Bab89 Gagal makan malam

    "Mereka tidur di kamar," bisiknya ke telingaku sambil terkekeh."Satu kamar mereka?""Iya, hahahaa." Kak Adam gelak tertawa, membuat aku menjadi heran."Kok bisa?""Aku kasih obat tidur," jelasnya lagi, membuat aku ikutan tertawa."Ih, jahil banget kamu, Kak.""Habisnya kalau nggak begitu, aku sama kamu mereka ganggu melulu," sahutnya tanpa dosa."Ada- ada saja kamu, Kak. Kasihan tau.""Kan aku cuma ngasih obat tidur, jadi gak apa- apa dong. Aku nggak mau terus diganggu, ketika berduaan sama istriku. Aku juga nggak mau durhaka sama ibu, karena terus ribut dengannya. Jadi, aku main aman saja," katanya panjang lebar. "Hmm, yaudah ayo mandi, gerah," ujarku yang akhirnya bangkit dari pelukannya. Lelaki itu pun menyusulku bangkit dari tempat tidur dan menggendongku secara tiba- tiba."Kak Adam," pekikku cukup terkejut."Mandi sama- sama dong," katanya sambil mengedipkan 1 matanya padaku.Aku terkekeh, dan kak Adam pun menyeret langkah memasuki kamar mandi. Tidak kusangka, tingkahnya yang

  • Berubahnya Istri yang Nyaris Kau Buat Gila   BAB88

    "Kita lihat saja nanti. Aku atau kamu, yang lebih cocok jadi nyonya." Aku menyahut pelan, sambil tersenyum penuh arti.Wanita itu, yang semula tersenyum dengan angkuh mendadak terdiam. Pancaran emosi memenuhi wajahnya."Yang aku tahu, kak Adam hanya mencintaiku dari dulu. Entah kenapa, dia mau menikahi kamu, wanita yang tidak dia sukai sama sekali," cibirku sambil terkekeh."Kamu, jangan sombong kamu, Dinda!" ujarnya yang mulai tersulut emosi."Wajar aku sombong, karena yang aku katakan adalah fakta." Aku terus berjalan sambil terkekeh.Hilang sudah rasa bersalahku padanya, yang ada malah rasa sebal dan ingin mengerjainya balik, agar dia tidak seenaknya meremehkan aku.Saat aku memasuki rumah, tiba- tiba Maura menjerit- jerit dari dalam mobil. Kak Adam pun langsung berlari dengan paniknya, begitu juga ibu mertua.Hanya aku yang terdiam, sembari mengamati mereka dari kejauhan. Entah drama apalagi, yang ingin Maura mainkan kali ini."Dinda! Ambilkan air untuk Maura, cepat!!" Tante Amar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status