Share

Bad Memories

Author: Umi Fadilah_
last update Last Updated: 2021-09-26 08:01:58

"Kenapa aku harus berada di situasi ini?"

°Keina°

***

"Tidak ada yang bisa lolos dari seorang Devanial."

°Dev°

***

"Ma-maaf Kak, air mineralnya ketinggalan." Gadis ini tertunduk dengan tangan yang bergemetar hebat. Setelah dia pikir hidupnya sudah aman karena sebuah jeruk dari Talitha, rupanya dia salah besar. Masih ada ekor masalah yang masih membuntutinya.

Dari arah kanan barisan, Alga hanya bisa terdiam dengan diselimuti rasa khawatir. Apa yang akan senior galak itu lakukan? Kali ini Alga tidak dapat membantu Keina.

"Maju kamu!" teriaknya, "buruan maju!" Kali ini nadanya satu oktav lebih tinggi.

Ada apa dengan satu senior ini? Dia membentak seorang gadis dengan tanpa rasa kasian sama sekali. Atau mungkin rasa itu memang tidak ada di dalam hatinya.

Dengan kaki yang seperti kehabisan tenaga dan detak jantung yang menggila, Keina akhirnya melangkah menuju senior itu berdiri.

"Siapa nama kamu?" tanya senior dengan sewot.

"Keina, Kak."

"Nama lengkap!"

Keina mencoba menenangkan diri. Ketakutan hanya akan mengacaukan segalanya. Sebuah kalimat yang tengah Keina transfer ke otaknya. 

Keina menghela napas. "Keina Ayu Pratibha, Kak." Satu jeruk mungkin telah menyelamatkan Keina, tetapi sebotol air mineral justru membuat jantung Keina berdetak lebih kencang dari biasanya. Keina memberanikan diri untuk menatap wajah lelaki tersebut. Matanya menyipit, mengamati sebuah name tag di jas yang senior itu kenakan. Di sana tertulis, DEVANIAL AKSA ADHITAMA.

🍂 

Ini bagaikan mimpi buruk bagi Keina. Gadis itu masih saja mematung. Wajahnya menggambarkan sebuah rasa takut. Dari lubuk hati yang paling dalam, dia ingin memutar kembali waktu pagi ini. Keina benar-benar menyesal tidak mengecek ulang perlengkapan yang harus dibawa.

Keina menatap penuh harap ke arah Alga dan Talitha. Namun, tidak ada yang bisa mereka perbuat. Jangankan menolong Keina, menyelamatkan diri mereka sendiri saja sulit jika urusannya dengan ketua OSIS.

"Saya tidak menerima alasan apa pun! Sekarang juga kamu harus melakukan sesuatu."

"Melakukan apa, Kak?" tanya Keina ragu.

"Terserah mau ngapain asalkan keteledoran kamu ini bisa buat pelajaran temen-temen kamu yang lain!" tegas Dev sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan senyum liciknya.

Ganteng, sih. Tapi serem.

Tangan Keina mulai berkeringat, dia benar-benar panik. Ditambah dengan banyak sorot mata yang menatapnya. Kedua bola mata terus bergerak ke kanan dan kiri. Mencari sebuah ide yang diharapkan bisa menyelamatkan Keina dari tatapan elang seorang Dev. 

Kepala Keina seperti akan pecah. Otaknya terus dipaksa agar berpikir, tetapi hasilnya nihil. Atau dia harus berpura-pura pingsan agar hukuman ini berakhir? Oh, tidak mungkin. Justru itu akan membuatnya terlihat sangat lemah.

"Buruan!" bentak Dev. 

"I-iya, Kak."

Ayok, Na. Mikir.

Mengapa semesta kali ini seakan membiarkan Keina dipermalukan di depan umum? Bahkan mentari bersinar begitu terang sehingga wajah putihnya tampak begitu jelas. Bisakah ada seseorang yang dapat membantunya? 

Suara ejekan dari anak-anak baru pun mulai terdengar. Mereka berbicara seakan mereka paling benar. Seakan tidak pernah berbuat kesalahan. Itu memang biasa terjadi, mereka akan terus memojokkan seseorang yang tengah dalam sebuah permasalahan. Tidak pernah berpikir, jika mereka yang berada dalam posisi tersebut.

"Bentar lagi juga pasti mewek."

"Liat, tuh. Nangis pasti."

"Aduh, gue nggak kebayang kalo gue yang ada di sana."

"Yaelah lama banget, nggak tau ini panas kali ya?"

"Tinggal ngomong doang apa susahnya?"

"Joged ondel-ondel kek."

Ini tidak adil bagi Keina. Ingin rasanya protes kepada manusia dingin di sebelahnya. Mengapa mereka diberi kebebasan untuk mengejek? Mengapa mereka tidak ditegur karena membuat keributan? Atau memang semua orang ingin melihat Keina tumbang?

"Kamu mau tetep diem kaya patung di situ? Saya itu nyuruh kamu ke sini buat mempertanggung jawabkan kesalahanmu. Bukan cuma buat jadi tontonan masa." 

Gimana aku mau mikir, kalo dia ngomong terus. Yang ada otakku makin buntu.

"Ngomong, jangan cuma ngeliatin saya!" 

Setelah beberapa saat beradu dengan pikirannya, Keina menemukan sebuah ide. Meski tidak yakin, namun tidak ada pilihan lain.

"Baik kak, saya akan membacakan sebuah puisi karya saya sendiri." Akhirnya Keina membuka mulutnya setelah beberapa menit suasana hening seketika.

Dev hanya menaikkan kedua alisnya dan menyerahkan sebuah mikrofon kepada Keina. Senyuman meremehkan itu terukir di wajah dingin Dev.

Keina menarik napas panjang, memejamkan mata, dan menenangkan pikirannya. Perlahan membuka mata, menatap lurus ke depan, dan mulai membacakan puisi.

CUKUP TAHU

Aku cukup tahu

Tentang rasa yang kau timbun dalam benakmu

Tentang rindu yang semakin tak beraturan hingga menusuk kalbu

Namun, mengapa kau tetap membisu?

Kini Keina menatap Dev dengan tatapan tenang, membuat Dev canggung dan tampak bodoh karena salah tingkah.

Keheningan seketika tercipta. Penghayatan Keina mampu menghipnotis semua orang di lapangan tersebut, termasuk senior galak itu.

Aku pun cukup tahu

Ada angan yang kau genggam dengan erat

Tersimpan rapat hingga mulai mengarat

Hanya karena ego kau menyayat hati

Kau berdusta hingga di ujung kulminasi

Katakanlah! Walau satu detik lamanya

Cukup mengucap sebuah kata,

Cinta

                              

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Between Love and Ideals   Isyarat Hati

    Hati selalu bisa menjadi ruang terbaik untuk menyimpan segala rasa. Hati juga selalu menjadi tempat terbaik untuk membungkam suara. Selain cinta, hati juga tempat terbaik untuk menorehkan luka. Sebuah nama tersemat dalam kalbu, tersimpan rapat dalam kehampaan yang kian mengabu. Akankah sang empu baik-baik saja? Sebuah rasa tak berdosa seakan tengah menghukumnya. Semoga tetap bertahan dan tidak mati rasa.Pesan singkat berisi kata cinta terkubur dalam bersama puing-puing kebimbangan. Bukannya menyerah, hanya saja berhenti sejenak. Memberi jeda pada waktu yang terus mendorongnya untuk lekas berbicara.“Makin ke sini, perasaan gue ke Keina kayaknya makin besar. Bahkan gue bakalan ngerasa galau kalo nggak ngeliat Keina. Gue ngerasa nyesek kalo Keina kenapa-kenapa.” Alga menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.Tidak bisa dipungkiri, Alga menyukai semua hal yang berkaitan dengan Keina. Senyumnya, kebaikannya, bahkan cemberutnya saja Alga suka. Sebegitu dalam hingga takut kehilangan ga

  • Between Love and Ideals   Ketika Alga Marah

    Dengan tergesa-gesa Alga menuju ke ruang pengawas. Jujur saja, Alga sudah dapat mengetahui siapa pelakunya, tetapi dia ingin memastikan bahwa dugaannya itu benar.Tuk tuk tuk"Permisi, Pak.”"Iya, ada apa, ya?""Begini, Pak."Alga menceritakan semua kejadian di toilet putri tadi. Petugas pun setuju untuk mengecek CCTV yang terletak di luar lab, di mana CCTV itu berhadapan langsung dengan gudang, sehingga siapa pun yang keluar masuk ke toilet akan tertangkap oleh kamera."Stop, Pak!""Rara sialan!"Bola mata Alga menangkap dua anak yang baru saja keluar dengan wajah penuh kegembiraan. Pikir saja pakai logika, apa Rara akan sesenang itu setelah membersihkan beberapa toilet di sekolah ini? Tentu tidak, kecuali jika dia baru saja membuat ulah."Sabar, Dek. Jangan melakukan suatu hal saat kamu sedang emosi.""Iya, Pak. Tenang aja, makasih ya Pak, saya permisi dulu." Alga memberikan senyum dustanya. Mana mungkin d

  • Between Love and Ideals   Monster Rara

    "Oh, shit! Bisa-bisanya gue dibantai sama tuh anak sialan!" Rara bangkit dari duduknya dengan susah payah. "Awas aja, gue bakal buat perhitungan sama dia," ancam Rara. "Talitha ngeri juga ya, jurusnya. Keliatannya aja muka soft, tapi kelakuan kaya preman pasar. Ngeri gue." Saat tengah membayangkan adegan jungkir balik tadi, Rara menatap tajam ke arah Jeje. Membuat Jeje merasa takut melihatnya. "Lo juga tadi ke apa diem aja, hah? Bukannya nolongin, malah bengong. Emang dasar temen nggak guna!" "Ya maaf Ra, gue juga takut kalo bakalan jadi korban bantingannya si Talitha." Rara dan Jeje memutuskan untuk tidak langsung kembali ke kelas. Mereka mampir sebentar ke UKS. Alih-alih mengistirahatkan tubuh, mereka justru memainkan ponsel. Menarik ulur beranda, sambil sesekali cecikikan. Dasar human. Beberapa PMR datang, mereka segera menanyakan hal apa yang menyebabkan Rara dan Jeje berada di tempat tersebut. "Lo berdua kenapa? Ka

  • Between Love and Ideals   Talitha Beraksi

    Di sebuah kafe, Alga dan Talitha tampak tengah menunggu seseorang. Entah siapa, sepertinya sangat penting. Terlihat dari kedua wajah mereka yang tidak seperti biasanya, sangat serius. Seseorang itu tiba, dan ternyata ....“Gea! Di sini!” Talitha melambaikan tangannya.“Kenapa kalian mau ketemu gue?”“Duduk dulu.” Alga menengok ke sebuah kursi kosong, mengisyaratkan agar Gea duduk di kursi tersebut.“Ge, gue sama Talitha mau langsung to the point aja. Kita pikir lo perlu penjelasan dari kita. Tentang buku itu ....”“Udah, ya. Gue nggak mau denger apa pun lagi.” Gea bangkit dari tempat duduknya.“Dengerin dulu! Lo harus bener-bener denger, kasian Keina. Udah tiga hari lo musuhin dia karena kesalahan yang sama sekali nggak dia perbuat.” Talitha sudah tampak geram, tetapi dia mencoba menahan diri.Gea pun kembali duduk.“Gini, Keina tuh nggak mungki

  • Between Love and Ideals   Rara's Return

    Hari keempat setelah Gea masuk sebagai anak baru, dua anak paling menyebalkan di kelas telah kembali bergabung. Mereka terlihat lebih sombong dari sebelumnya."Eh, katanya ada anak baru, ya?" Rara sengaja mengeraskan volume suaranya agar terdengar oleh Gea. Gea yang mendengar pun menoleh dan tersenyum ramah."Lo anak barunya, sayang banget anak polos kayak lo harus masuk ke sebuah pertemanan ala orang kuno."Gea mengerutkan dahinya."Eh maksud lo apa, hah?!" Talitha menggebrak mejanya dan memelototi Rara."Udah, Tha," ucap Keina sambil mengelus punggung Talitha."Lo kayak anak baru aja nggak tahu gimana dia sama mulut cabenya," Alga berdiri dan kembali mendudukkan Talitha."Jangan didengerin ya, Ge. Dia emang tukang hasut." Talitha melirik sinis Rara."Kurang ajar!" umpat Rara, "awas aja kalian," ucap Rara dengan tatapan penuh amarah.Rara terus memerhatikan Gea yang sedari tadi tengah asik membaca buku sambil senyum-sen

  • Between Love and Ideals   New Friends

    Di depan kelas, Keina, Talitha, dan Alga tengah berbincang. Sesekali terdengar suara tawa Talitha yang menggelegar seperti petir yang menyambar. Namun, tawa itu lenyap kala muncul sesosok penampakan yang tertangkap oleh kedua bola mata mereka.Tunggu! Sepertinya orang itu mengarah ke tiga anak ini. Wajahnya terlihat tidak asing bagi mereka. Seseorang yang terkenal dengan keangkuhan, ketegasan, dan ada yang mengatakan juga dia cukup kejam memberikan hukuman kepada juniornya. Masih ingat bukan, bagaimana dia menghukum Keina di depan umum?Yeah! Dia adalah senior itu. Kali ini dia benar-benar mendekat, semakin dekat dan ...."Siapa di antara kalian yang mengikuti olimpiade Bahasa Indonesia dan Fisika?" tanya Dev sambil melirik tiga anak yang berdiri di depannya secara bergantian.Dengan gugup Alga dan Keina mengangkat tangannya."Oke ikut saya, sekarang!" Dev melangkah pergi. Berhenti sejenak, memastikan apakah dua adik kelasnya masih mematung a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status