Share

the third chapter : 's struggle

”Jadi bagaimana rasa jajangmyeonnya?”

”Seleramu bagus Oppa, rasanya sangat enak. Sepertinya aku akan sering berlangganan kesini.”

   Junwo lega mendengarnya. Ia bertanya pada Seulbi apakah persiapan dramanya berjalan dengan lancar atau tidak. Seulbi menceritakan kegugupannya pada Junwo. Ia berkata bahwa untuk mendapatkan peran ini dalam casting sangatlah sulit. Seulbi bahkan tidak yakin bahwa ia akan lolos dalam casting dan mendapatkan dua peran itu.

   Namun setelah tahu ia mendapatkan peran itu, justru ia merasa lebih kesulitan. Ia hanya takut tidak bisa memenuhi ekspektasi dari orang-orang yang percaya padanya. Ia takut akan mengacaukannya dan menyia-nyiakan semua usaha yang sudah ia lakukan sebelumnya. 

”Gapapa Seulbi, kamu ngga harus memenuhi ekspektasi mereka. Just do it. Kau harus percaya bahwa kau bisa melakukannya.”

”Aku akan berusaha untuk berpikir seperti itu.”

“Berusahalah buat percaya sama diri mu sendiri, oke?”

”Untum yang satu itu, juga akan usahakan Oppa.” Balas Seulbi seraya tertawa.

   Tanpa sadar mereka sudah menghabiskan Jajangmyeon itu. Junwo segera mengantarkan Seulbi untuk pulang kerumahnya. Dalam perjalanan, Seulbi menunjukkan beberapa script di dalam dramanya.

   Junwo berjanji saat senggang, ia akan membantu Seulbi untuk berlatih dialog dramanya. Ponsel Seulbi berdering dan ia menaruh script dramanya di jok belakang mobil Junwo. Beberapa waktu berlalu dan sampai lah mereka di tempat tinggal Seulbi.

   Junwo berkata sebenarnya ia mau menghabiskan lebih banyak waktu dengan Seulbi, tetapi ia diharuskan kembali untuk mempersiapkan konsernya yang sudah dekat. Seulbi tak masalah dengan itu. Ada seseorang yang mau menemaninya makan saja, dia sudah merasa sangat senang. Seulbi berjanji akan mentraktir Junwo setelah dramanya selesai.

   Seulbi sudah sampai di tempat tinggalnya, di distrik Seongbuk-gu. Tepatnya di Anam-dong, Seoungbuk-gu, Seoul. Tidak terlalu jauh dari tempat ia berkuliah, karena berada di satu distrik yang sama.

   Dengan 1.000.000 KRW atau sekitar Rp 12.000.000,00 perbulannya dan 10.000.000 KRW untuk deposit bisa menyewa apartemen yang cukup sederhana seluas 40 m². Dengan 1 kamar tidur dan 1 kamar mandi didalamnya. Disitulah sebagian besar dari pengeluaran semua uang yang ia dapat.

   Hari ini cukup melelahkan untuk Seulbi. Baru saja ia merebahkan tubuhnya di kasur, dering ponselnya berbunyi.

”Seulbi?” terdengar suara wanita paruh baya dari seberang telepon itu.

”Halo, ma. Gimana?”

”Seulbi Mama kangen, nak. Kapan bisa pulang ke Indonesia?”

   Sudah cukup lama sejak Seubi pulang ke Indonesia. Terakhir kali Seulbi menginjakkan kaki di tanah kelahirannya itu bulan februari tahun lalu. Biasanya keluarga Seulbi akan datang ke Korea pada saat thanksgiving atau yang juga dikenal sebagai hari raya chuseok.

   Ditahun 2016 ini chuseok berlangsung pada tanggal 15 September. Namun ditahun ini keluarga Seulbi tidak datang ke Korea karena keterbatasan dana dan biaya.

”Belum tahu ma. Kan Seulbi baru aja dapet projek drama baru. Bukankah Seulbi sudah memberitahukan kemarin?”

”Iya mama tahu. Kalau ada apa-apa kabarin Mama yaa?”

”Iya pasti kok. Pokoknya Ma, Seulbi janji bakal banggain keluarga dan bakal nepatin janji Seulbi buat jadi aktris yang sukses.”

”Iya Mama percaya, kamu bisa melakukan nya dengan baik.”

”Seulbi bakal lanjutin cita-cita yang pengen Mama raih dulu.”

   Ini adalah salah satu alasan Seulbi untuk datang ke Korea. Mungkin bakat berakting Seulbi juga menurun dari Ibunya. Dulu, kondisi keuangan Kakek dan Nenek Seulbi tidak stabil dan sulitnya untuk menjadi aktris di tahun itu, menyebabkan Ibu Seulbi mengubur impiannya dalam-dalam.

   Butuh banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi aktris apalagi di tahun itu. Ditambah transportasi dari Busan ke Seoul yang tidak semudah sekarang. Oleh karena itu Seulbi ingin melanjutkan cita-cita sang Ibu yang tidak bisa beliau raih di masa lalu. 

”Mama cuma mau pesen. Pikirin diri kamu dulu baru orang lain ya. Pokoknya yang penting buat Mama itu kebahagiaan kamu, okee?”

”Hahahaa siap Ma.”

”Uang gimana? Semuanya aman atau enggak? Kuliah gimana?”

”Aman Ma, kondisi keuangan ku malah udah jauh lebih stabil. Jadi Mama jangan khawatir ya?”

   Tentu saja Seulbi berbohong. Tidak mungkin Ia mengatakan bahwa uang nya sudah hampir habis kepada Ibunya. Kondisi keluarga nya di Indonesia pun juga tidak bisa dikatakan baik. Kedua orangtua Seulbi adalah seorang agen properti. Bukan pekerjaan yang memiliki penghasilan tetap. Seulbi tidak ingin membebani keluarganya disana.

   Hari sudah mulai gelap. Setelah menutup telepon dengan ibunya, dadanya terasa sangat sesak. Ia menunduk, bulir-bulir air mata jatuh dari sudut matanya yang indah. Ia menangis, yang terdengar hanya isakan lirih. Seulbi merindukan keluarganya. Ia merindukan Indonesia. Seoul terlalu dingin baginya. Terlalu berat baginya untuk bertahan seorang diri. 

   Dalam isakan lirihnya itu ia berkata, sementara air mata nya tak berhenti mengalir. 

”Maafkan aku Ma. Aku tidak bisa menepati janji ku, untuk bahagia disini.”

   Tidak lama kemudian, ponsel Seulbi kembali berdering. Park Junwo adalah nama yang terlihat dilayarnya. Seulbi mengangkat telepon itu. 

”Seulbi, script drama mu ternyata masih tertinggal di dalam mobil ku. Haruskah aku antarkan sekarang? Aku tidak jauh dari apartemen mu.”

   Seulbi mengatur napasnya untuk bisa berbicara dengan tenang, dan meminta Junwo untuk menemuinya di taman dekat apartemen nya.

   Dalam kondisi yang berantakan, Seulbi pergi ke taman untuk menemui Junwo. Sebenarnya saat ini Seulbi hanya ingin berada di kamarnya dan menangis semalaman. Namun script itu begitu penting baginya. Tidak sampai 10 menit berlalu, Seulbi melihat Junwo turun dari mobilnya. 

”Seulbi, kau baik-baik saja?”

   Seulbi menarik nafas dan menghembuskannnya perlahan. Sambil menahan air matanya ia berkata, ”Iya Oppa, aku baik-baik saja.”

   Namun setelah berkata bahwa ia baik-baik saja, tanpa sadar air matanya kembali jatuh. Junwo tidak tahan, ia menarik gadis itu dalam pelukannya. 

   Saat itu juga tangis Seulbi kembali pecah. Ia menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan pria itu. Menumpahkan segala emosi dan tangisannya yang sudah ia tahan tadi. Suara tangis Seulbi membuat hati Junwo sakit. 

”Gwaenchana, menangislah.” Ucap Junwo lirih, pada telinga Seulbi yang sangat dekat dengan bibirnya. 

”Pasti berat bukan?”

   Seulbi hanya mengangguk membalas perkataannya. Junwo mengusap kepala dan punggung Seulbi mencoba menenangkannya. Setelah tangisan Seulbi mulai mereda, Junwo melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.

   Mereka saling berpandangan dan kemudian saling tertawa. Junwo kembali merengkuh tubuh Seulbi kedalam pelukannya. Ia mengusap kepala Seulbi sekali lagi. Perlakuan Junwo membuat pipi Seulbi merona merah.

   Junwo mengajak Seulbi untuk duduk di bangku taman yang berada tak jauh dengan mereka. Junwo meninggalkannya sebentar untuk mengambil minum dan script Seulbi di dalam mobilnya.

”Apakah sekarang kau merasa lebih baik? Minumlah ini lebih dulu.” Ucap Junwo dengan senyum manis di wajahnya. 

”Oppa, terimakasih telah datang di waktu yang tepat.”

”Kau sudah makan?” Seulbi hanya menggeleng membalas perkataan Junwo.

”Mau makan malam bersama ku? Menangis juga membutuhkan tenaga bukan?”

Seulbi terkekeh mendengarnya. Senyumannya kembali terukir di wajah cantiknya. 

”Adakah yang ingin kau makan untuk malam ini? Bagaimana jika samgyeopsal dan soju?”

”Aku rasa itu bukanlah ide yang buruk” 

   Seulbi tidak masalah dengan makanan apa saja asal itu bersama Junwo. Samgyeopsal di malam itu terasa sangat lezat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Akhirnya untuk pertama kalinya lagi, Seulbi merasakan rasa soju yang manis. Tidak pahit seperti sebelumnya.

   Di malam itu, tuhan mendengarkan doa yang pernah ia panjatkan, untuk mengirim seseorang yang bisa menjadi sandarannya disaat ia jatuh.Semoga pertemuanku dengan Park Junwo, bisa berakhir baik dan bahagia. Itulah apa yang ia ucapkan dan harapkan dalam hati kecilnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status