Share

Biar Suami dan Anakku Hidup Tanpa Penyesalan
Biar Suami dan Anakku Hidup Tanpa Penyesalan
Author: Semangka

Bab 1

Author: Semangka
Suamiku Harris Pratama dan Putraku Henry Pratama sama-sama masuk dalam berita utama.

“Berita terkini! Harris Pratama, seorang bos mafia berdarah dingin yang terkenal ternyata sudah menikah secara diam-diam dan memiliki seorang putra berusia lima tahun!”

Akan tetapi, tokoh utama wanita dalam berita ini bukanlah diriku.

Di dalam video, Harris dan Lisa Seno tampak berjalan bergandengan tangan dengan Henry yang berusia lima tahun di taman bermain.

Lisa tersenyum dan membelai kepala Henry, sedangkan Harris yang berdiri di sampingnya tampak menatapnya dengan tenang dan lembut.

Mereka bertiga tampak seperti keluarga.

Beberapa jam kemudian, Lisa juga memperbaharui instragamnya.

“Terima kasih Pak Harris dan si kecil Henry atas hadiahnya! Gelas ini dibuat sendiri oleh si kecil Henry loh!”

Aku lalu membuka foto tersebut dan melihat seuntai kalung dan sebuah cangkir buatan tangan.

Di bawah cangkir terukir samar tulisan, “Semoga Ibu bahagia.”

Tanpa sadar, aku melirik ke arah lauk yang sudah dingin dan kue ulang tahun bertabur lilin yang ada di atas meja makan, lalu tersenyum getir.

Ya, hari ini adalah hari ulang tahunku, sekaligus hari ulang tahun pernikahanku yang kelima dengan Harris.

Akan tetapi, tokoh utamanya berubah menjadi Lisa.

Mereka ingat kalau hari ini Lisa keluar dari rumah sakit setelah setelah menjalani pemeriksaan, tetapi mereka malah lupa kalau hari ini juga hari ulang tahunku.

Aku sama sekali tidak menerima hadiah ulang tahun dari suami dan anakku.

Sedangkan Lisa malah menerima hadiah kejutan dari mereka.

Entah setelah berapa lama aku duduk dalam kegelapan, Harris baru membawa Henry pulang ke rumah.

Saat melihatku duduk di ruang tamu, Harris pun tertegun sejenak.

Dia menyalakan lampu dan menatapku dengan heran.

“Sudah begitu larut, kenapa kamu tidak menyalakan lampu dan tidak tidur?”

Melihatku hanya diam saja, Harris mengerutkan keningnya, dia mengira kalau aku akan berdebat lagi dengannya karena masalah Lisa. Dia lalu menoleh ke arah Henry.

Harris berkata, “Henry, kembalilah ke kamarmu dulu dan beristirahatlah.”

Henry menguap sambil menganggukkan kepalanya. Saat berjalan melewatiku, dia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku.

“Selamat ulang tahun, Bu,” ucapnya sambil menatapku dengan polos. Kedua matanya mirip sekali dengan Harris.

“Aku dan Ayah tidak bermaksud untuk melupakan hari ulang tahun Ibu. Ibu tidak akan marah pada kami hanya karena kami pergi menemani tante Lisa, ‘kan?”

“Bagaimanapun juga, Ibu masih punya banyak waktu untuk merayakan ulang tahun bersama kami. Sedangkan tante Lisa, waktunya hanya tersisa setengah tahun.”

Bukan hanya matanya yang mirip dengan ayahnya, bahkan gaya bicaranya juga mirip sekali dengan Harris.

Setengah tahun lalu, Harris juga berkata padaku dengan wajah polos kalau sahabat sejak kecil mengidap penyakit parah.

“Dian, si Lisa itu anak yatim piatu sejak kecil. Katanya, dia sudah mau meninggal. Sebelum meninggal, dia ingin merasakan kehangatan sebuah keluarga. Karena itu, aku dan Henry menghabiskan lebih banyak waktu untuk menemaninya agar dia bisa pergi tanpa penyesalan. Aku harap, kamu bisa mengerti. Lagipula, kita masih punya banyak waktu, sedangkan waktu Lisa hanya tersisa satu tahun saja.”

Aku hanya diam saja dan mengangguk.

Sejak itu, Harris dan Henry semakin sering menghabiskan waktu dengannya.

Saat aku meminta mereka untuk memberikan sedikit waktu mereka untuk menemaniku, Harris malah mengira kalau aku ingin bersaing dengan Lisa untuk mendapatkan perhatian.

Perlahan-lahan, aku tidak lagi mengungkapkan keinginanku.

Aku tetap diam saat melihat mereka memberikan baju kesukaanku, kalungku kepada Lisa. Bahkan liburan ke taman bermain yang sudah kurencanakan sejak lama, serta perayaan ulang tahun pernikahan yang telah kupersiapkan dengan cermat juga mereka lewati bersamanya.

Suatu malam, setelah menghabiskan waktu bersama Lisa, aku mendengar putraku berbisik pada Harris.

Henry bilang, “Tante Lisa begitu lembut dan anggun, alangkah bagusnya jika ibu bisa seperti dia.”

Mendengar ucapannya, hatiku benar-benar hancur.

Sejak hari itu, aku tidak pernah lagi menghentikan apapun yang mereka lakukan, aku juga mengingatkan diri sendiri agar jangan bersedih lagi.

Namun, saat melihat putra yang aku kandung selama 10 bulan, hatiku merasa sangat sakit seperti dicabik-cabik.

Dia tidak tahu, aku tidak punya banyak waktu lagi buat mereka.

Aku menatap kue ulang tahun yang dipenuhi lilin, di bawahnya ada surat perceraian yang sudah aku tandatangani.

Setelah mendengar percakapan mereka malam itu, diam-diam aku pun membeli tiket pesawat untuk penerbangan besok pagi.

Karena itu, sebelum pergi, aku ingin merayakan ulang tahunku untuk yang terakhir kalinya bersama mereka.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Biar Suami dan Anakku Hidup Tanpa Penyesalan   Bab 8

    Seketika itu, wajah Harris berubah menjadi pusat pasi.Henry merasa sangat emosional, dia melangkah maju dan menarik putriku, “Kamu anak siapa! Lihat dengan jelas siapa ibumu? Ini adalah ibuku!”Putriku langsung menghambur ke dalam pelukanku dan dengan erat merangkul pundakku dengan kedua tangannya. “Ibu, siapa mereka?Aku segera menepis tangan Henry dan dengan lembut menenangkan putriku yang ketakutan, tanpa menyadari bahwa Henry telah jatuh ke lantai. “Jangan takut sayang, mereka adalah kenalan Ibu.”Setelah mendengar ucapanku, putriku pun menyapa mereka dengan suaranya yang lucu, “Halo Paman, halo Kakak.”Henry duduk di lantai dengan linglung, melihatku dengan sabar membujuk putriku, wajahnya jadi merah padam karena marah.“Ibu mendorongku demi anak orang lain! Dulu, di mata ibu hanya ada aku! Ini semua salahmu!” ucapnya sambil menunjuk putriku.“Dasar pencuri! Beraninya kamu mencuri ibuku!”Aku mengerutkan kening, memeluk putriku dalam dekapanku dan memperhatikan Henry dengan wasp

  • Biar Suami dan Anakku Hidup Tanpa Penyesalan   Bab 7

    Saat aku merenungkan hal ini, Harris melangkah maju dan menarikku ke dalam pelukannya.“Dian, kamu sudah pulang! Aku tahu, kamu pasti nggak tega meninggalkanku dan Henry! Baguslah kalau kamu sudah pulang, keluarga kita bisa ….”Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, aku mendorongnya dan dengan dingin berkata, “Pak Harris, kamu sudah salah paham. Aku adalah dokter psikolog yang akan menangani kasus anakmu. Hubunganku denganmu hanyalah hubungan seorang dokter dan keluarga pasien.”“Anakku?”Mata Harris memancarkan keputusasaan, sama seperti Henry yang menatapku dengan putus asa. Saat ini, matanya sudah sangat memerah.“Dian, kamu bahkan tidak menginginkan anakmu lagi? Aku selalu bilang padanya, setelah emosimu reda, kamu pasti akan kembali. Kalau kamu pulang, semuanya akan baik-baik saja.”Aku tertegun sejenak, tanpa sadar aku menoleh ke arah Henry.Benar saja, kondisinya semakin memburuk setelah Harris muncul dan mendengar percakapan kami.Aku mengerutkan keningku dan menarik Harris kelua

  • Biar Suami dan Anakku Hidup Tanpa Penyesalan   Bab 6

    Sekarang, aku sudah sampai di negara asing dan memulai hidup baru.Sebelum hamil, aku mengambil mata kuliah ilmu psikologi. Di lingkungan baru ini, aku memilih untuk melanjutkan studi akademis yang sempat aku tinggalkan karena keluargaku.Hanya di kampus, aku baru benar-benar merasa seperti kembali ke masa lima tahun yang lalu.Waktu itu, aku belum kenal dengan bos mafia Harris dan juga belum melahirkan Henry.Aku hanya mencintai diriku sendiri, nilaiku juga sangat baik. Aku juga bisa melakukan apapun yang aku inginkan.Di lingkungan baru yang bebas dan indah ini, aku perlahan-lahan melupakan masa laluku dan menjadi psikolog anak setempat.Akhirnya, aku juga memiliki keluarga baru, seorang suami yang mencintaiku dan seorang putri yang berumur tiga tahun.Aku kira, aku sudah sepenuhnya melupakan masa lalu.Namun tidak disangka, lima tahun kemudian, aku bertemu lagi dengan Harris dan Henry.Seorang rekan seprofesiku mengundang aku untuk menangani sebuah kasus sulit, aku kembali ke kota y

  • Biar Suami dan Anakku Hidup Tanpa Penyesalan   Bab 5

    Karena masih kecil, Henry sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi saat ini.Mendengar aku sudah tidak menginginkannya, dia langsung meraung dan menangis ketakutan.“Tidak! Di mana Ibu? Aku mau Ibu!”Tangisannya membuat Harris yang sudah tertekan menjadi semakin bingung.Biasanya, Harris hanya menemani anak bermain. Dia sama sekali tidak pernah menjaga Henry seharian penuh.Harris terpaksa menggendong Henry hingga tertidur di pelukannya setelah lelah menangis. Saat tengah malam, Henry tiba-tiba terbangun dan menangis mencari ibu lagi. Untuk menenangkan Henry, Harris pun langsung memeluk dan menepuk punggung Henry. “Tidak apa-apa, ibu pasti akan pulang. Dia sangat mencintai kita berdua, dia pasti akan pulang.”Namun, Henry sama sekali tidak mendengarkannya.Air matanya membasahi pipinya, dia menangis tidak terkendali.“Aku mau ibu! Aku mau ibu!”Melihat putranya yang biasanya cerdas dan pengertian berubah menjadi monster kecil yang rewel dan terus menangis serta tidak mau makan da

  • Biar Suami dan Anakku Hidup Tanpa Penyesalan   Bab 4

    Harris menemani Lisa di rumah sakit semalaman. Malamnya, dia baru pulang ke rumah.Awalnya, dia sama sekali tidak menyadari kepergianku.Ketika membuka pintu dan melihat Henry sedang berjongkok di lantai bermain video gim sambil makan eskrim, dia merasa sedikit heran.Biasanya, aku tidak mungkin membiarkan Henry makan eskrim sebanyak itu, karena takut dia akan sakit perut. “Henry, ibu di mana?”“Sepertinya sudah keluar,” jawab Henry sambil menatap layar gimnya, dia sama sekali tidak menolehkan kepalanya.Dia merasa senang jika ibunya bisa terus mengabaikannya seperti hari ini.Lagipula, Ayah dan Tante Lisanya tidak secerewet ibunya.Harris mengerutkan keningnya.“Dian jarang sekali mengabaikan anak seperti hari ini.” Harris bergumam dengan suara pelan. “Pasti karena aku terlalu lama menemani Lisa, jadi dia cemburu dan marah,” ucap Harris lagi.Harris tersenyum tidak berdaya. Saat dia mengeluarkan ponselnya dan hendak meneleponku, pandangannya tiba-tiba tertuju pada kartu hitam yang

  • Biar Suami dan Anakku Hidup Tanpa Penyesalan   Bab 3

    Keesokan paginya, aku menatap waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh, ini waktunya aku berangkat.Seperti biasanya, Harris menemani Lisa di rumah sakit semalaman.Pagi-pagi sekali, aku menyeret koperku dan bersiap untuk pergi.Saat melewati kamar Henry, aku menghentikan langkahku.Henry lahir prematur, karena itu tubuhnya sangat lemah dan sering sakit.Untuk memastikan dia bisa mendapat perawatan terbaik, aku sendiri yang mengurus dan mengatur semua kebutuhannya sehari-hari. Aku tidak pernah mempekerjakan pembantu ataupun pengasuh.Setelah merasa ragu sejenak, aku meletakkan barang bawaanku dan memutuskan untuk melihatnya sekali lagi sebelum aku pergi.Henry bukan hanya wajahnya saja yang mirip dengan ayahnya, tetapi sikap cueknya juga. Melihatku berjalan masuk ke kamarnya, Henry yang tadinya membungkuk di meja mendongakkan kepalanya dan memanggilku, kemudian kembali melukis.Aku menatap wajahnya yang mirip sekali dengan Harris, lalu berkata dengan suara pelan, “Henry, Ibu sudah mau pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status