Sudah berapa kali Lindsay menghubungi ponsel suaminya, namun masih belum ada jawaban juga. Wanita berambut pirang panjang itu tak mengerti apa yang harus ia lakukan, hatinya gelisah karena sejak siang sampai petang ini suaminya belum memberikan kabar. Ia rindu suaminya, Chris Raven dan dia cemas memikirkan keadaan sang suami. Ia hanya berharap suaminya dalam keadaan baik-baik saja. Lindsay merasa kesepian karena sejak ia resmi menjadi Nyonya Raven, ia belum merasakan sentuhan dari suaminya sendiri. Seharusnya ini adalah bulan madu miliknya bersama dengan Chris Raven, namun kini rasanya ia hanya bisa bermimpi. Bulan madu hanya angan-angan saja, dan itu membuat jauh dalam hatinya sedikit ada keraguan.Ya, ia ragu apakah Chris Raven benar-benar mencintainya selama ini? Jika memikirkan hal itu membuat hatinya merasa sesak. Ia begitu mencintai sang suami dan ia hanya ingin suaminya memberikan perhatian lebih padanya sekarang.Lindsay kini duduk termenung di balkon mansion menatap langit d
Tanpa terasa ini sudah hampir dua bulan aku lewati sejak kepulanganku kembali ke New York. Ya, kembali ke rutinitasku sehari-hari sebagai karyawan di sebuah perusahaan kecil di New York. Karena cutiku selama hampir satu minggu saat aku berada di Chicago setelah itu pun pekerjaanku menumpuk.Pamela sahabat sekaligus teman sekantorku banyak membantu di masa-masa sulitku selama ini. Ia tahu sejak kepulanganku dari Chicago aku tidak dalam keadaan baik-baik saja. Selama masa sulit itu, Pamela banyak menghiburku. Dia tak pernah banyak tanya namun dia tahu apa yang harus dilakukan sebagai teman baik selama ini, itu yang aku suka dari dirinya.Siang itu, seperti biasa kami berdua makan siang bersama di sebuah cafe kecil yang letaknya hanya beberapa blok dari kantor kami."Nafsu makanmu sepertinya berkurang akhir-akhir kenapa, Nat? Apa kau sedang diet?" tanya Pamela penasaran saat melihatku hanya menatap dan memainkan spageti yang aku pesan sejak tadi."Tidak kok, aku hanya agak merasa sedikit
New York City, 4 tahun kemudian."Terima kasih, semoga Anda puas," aku menyapa ramah kepada salah satu pelanggan toko cake yang sudah hampir 3 tahun aku bekerja di tempat ini. Derian's Cake adalah toko kue yang cukup terkenal di kota New York, aku termasuk beruntung bisa bekerja di tempat ini.Setiap hari pengunjung selalu ramai hingga mengantri untuk membeli kue di sini dan itu membuatku selalu sibuk setiap harinya, namun aku senang. Walaupun gaji di sini tidak sebesar saat aku bekerja di perusahaan terdahulu sebelum aku hamil, namun upah disini sudah lebih dari cukup untukku bisa bertahan di kota besar ini bersama dengan putraku Aaron yang kini berusia 3 tahun."Permisi, nona bisa anda pilihkan semua kue disini yang terbaik?" tanya seorang pelanggan saat aku tengah sibuk menata beberapa kue di etalase besar."Tentu sa-.., astaga Pamela?!" seruku spontan saat itu juga, saat tahu kalau pemilik suara itu adalah sahabatku sendiri, Pamela. "Kau mengejutkanku saja!" tegurku dengan senang
New York City, Lennar Corp."Natalie, tolong kau siapkan berkas-berkas investor proyek kita di Denver, Colorado dan segera kau bawa masuk ke ruanganku secepatnya!" sebuah perintah dari CEO Ethan Jones yang merupakan atasanku di sambungan teleponku siang itu."Baik, pak segera akan saya siapkan," jawabku saat itu juga. Ini adalah hari ke lima aku bekerja di Lennar Corporation. Setelah dua hari aku banyak melewati masa tes yang cukup selektif, akhirnya aku bisa lolos menjadi salah satu pelamar yang beruntung dapat bekerja di perusahaan besar ini sebagai sekretaris dari pemimpin perusahaan yang bernama Ethan Jones. Keberuntungan memang sedang berpihak padaku, dan aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan besar itu sekarang.Selang waktu beberapa menit aku pun membawa berkas yang diminta oleh beliau ke ruangannya. Tok.. tok.. tok"Permisi, Pak. Saya sudah membawa berkas yang anda minta tadi," ucapku dengan nafas sedikit tertahan, karena jujur ini untuk kedua kalinya aku akan bertatap muka
"Selamat pagi, Natalie," sapa sebuah suara dari belakang saat aku melangkahkan kakiku menuju meja kerjaku pagi itu."Hay, James selamat pagi," balasku menyapa saat kulihat James Woods rekan kerjaku menyapa dengan senyum secerah paginya."Kau cantik sekali pagi ini, Natalie. Apakah karena ini hari pertamamu presentasi jadi kau begitu mengagumkan seperti ini?" godanya padaku dengan senyum lebarnya melihat penampilanku dari atas hingga ke bawah dengan tatapan berbinar.Mendengarnya aku pun menjadi tertawa dengan canggung. "Apa terlihat seperti itu, James? Aku hanya ingin yang terbaik untuk hari ini saja," sahutku asal."Nice, Natalie! Aku mendukungmu. Semoga lancar dan sukses ya nanti! Karena kudengar klien bisnis Mr.Jones kali ini bukan pengusaha biasa namun dia adalah pengusaha besar yang hampir menguasai wilayah amerika hingga eropa di usianya yang masih muda. Bukankah itu menakjubkan!" James berkata dengan penuh semangat."Iya, kudengar juga begitu. Terima kasih ya, James. Kau membu
"Sekretaris Anda luar biasa Mr. Jones. Saya rasa Miss. Mckent bisa membuat para investor lain tertarik dengan proyek Denver ini," puji Mr. Adam Bruggs yang merupakan salah satu direksi Lennar Corp."Terima kasih, Mr. Bruggs itu di luar ekspetasinya saya. Miss. Mckent masih sekretaris baru, namun ke profesionalnya dalam presentasi ini perlu di apresiasi," sahut Mr. Jones bangga."Mr. Bruggs benar, Mr. Jones. Setelah melihat proposal dan presentasi sekretaris Anda saya semakin yakin untuk bisa bekerja sama dengan Lennar Corp," ucap Chris Raven tiba-tiba. "Suatu kehormatan bagi kami, Mr. Raven.Semoga ke depannya kita bisa terus bekerja sama dengan baik nanti," sahut Mr. Jones senang.Chris Raven menyunggingkan senyum penuh artinya. Sungguh pertemuan yang begitu tak terduga bagi Chris Raven kalau ia akan bertemu secepat ini dengan Natalie Mckent, kakak ipar sekaligus pujaan hatinya selama ini.Tujuannya datang ke New York memang adalah bisnis namun yang sebenarnya tidak hanya itu. Apala
"Hari ini aku akan mengajakmu berkencan." Ucap Chris percaya diri, di dalam mobil mewah miliknya setelah kami makan siang di restoran tadi."Tidak mau!" tolakku mentah-mentah."Kau tidak profesional, Natalie Mckent, aku adalah investor proyek besar perusahaanmu, sudah sepantasnya sebagai sekretaris memberikan pelayanan terbaik untuk klien bisnismu bukan?" kilah Chris."Bosku bukan kau, tapi Mr. Jones," jawabku cepat."Dan aku sudah mendapatkan izin dari bosmu itu, Mr. Jones." "A-pa?! Bagaimana bisa?!" protesku kesal."Tentu saja bisa, karena aku adalah Chris Raven," sahutnya bangga."Cck, aku tetap menolak." "Dan akan kulaporkan ketidak patuhanmu pada Mr. Jones nanti." "Chris!! Berhentilah menjadi menyebalkan!""Karena aku memang suka membuatmu kesal."Aku melotot saat itu juga seraya membuang nafas dengan kasar."Kau harus menemaniku berkeliling New York nanti malam, aku tunggu kau sepulang kerja nanti." "Sudah kubilang aku tidak bisa! Karena aku sibuk nanti malam," tolakku."Kal
Karena merasa tak enak hati menolak ajakan atasanku sendiri, maka akhirnya pun aku mau menerima ajakan Mr. Jones untuk mengantarkanku pulang malam itu sepulang dari kantor.Selama dalam perjalanan aku merasa sangat canggung karena harus satu mobil bersama atasanku yang terkenal dingin untuk pertama kalinya."Apa kau merasa tidak nyaman karena bersamaku, Natalie?" tanya Mr. Jones mengusik kesunyian, pandangannya tetap fokus ke depan."Ma-af Mr. Jones, karena ini untuk pertama kalinya bagi saya," jawabku jujur seraya sedikit menundukkan kepalaku."Aku rasa kau bukan tipe wanita pemalu, Natalie. Jangan terlalu sungkan padaku karena kita akan sering bertemu setiap harinya bukan?" Mr. Jones menyahut tenang."Jangan salah paham, aku bisa bicara begitu karena kulihat di presentasimu tadi kau adalah wanita berkepercayaan diri tinggi dan optimis, jujur aku suka kau yang seperti itu karena kau bisa menjadi sekretaris yang sesuai harapanku, Miss. Mckent," Mr. Jones menambahkan dengan wajah datar