Home / Rumah Tangga / Biduk Cinta Senja / Bab 3 Mabuk Berat

Share

Bab 3 Mabuk Berat

Author: Tri naya
last update Last Updated: 2023-06-24 08:48:50

Senja melalui hari-hari seperti biasa, meski kini ia sudah menjadi istri seorang CEO yang sangat tersohor di antreo negeri. Namun, tetap saja itu hanya di atas kertas dan untuk sementara. Jika bukan karena demi menyelamatkan kedua orang tua, wanita cantik itu tidak akan pernah mau menikah apalagi dengan pria asing yang tidak dikenal sebelumnya.

Meskipun terlihat dingin dan acuh. Namun, Langit memenuhi janjinya dengan memberikan kebebasan pada Senja untuk menjalankan hari-hari seperti biasa ia lakukan. Begitupun dengan Senja, ia tidak pernah mau mencampuri urusan Langit. Mau ke mana pun pria tersebut pergi dan melakukan apa saja.

Malam ini, Langit pulang larut dalam keadaan mabuk berat. Usai ke bar bersama asisten pribadinya. Lelaki itu tampak berantakan sekali. Rambut dan pakaian sudah tidak tertata dengan rapi, ia pun tidak berhenti merancau.

Senja membukakan pintu saat Langit tiba dipapah oleh Zack, asisten pribadinya. Dengan cepat Senja meraih tubuh Langit yang terkulai membantu Zack yang tampak kerepotan dan membawa ke dalam kamar. Meski Senja terkejut dengan sikap pemuda itu yang tidak biasa. Namun, ia tidak ingin menanyakannya untuk saat ini.

"Kau boleh pergi, Zack. Biar Tuan Langit saya yang urus." Senja berkata pada asisten Langit sambil melepaskan sepatu dan kaos kaki yang dikenakan pria itu. Usai merebahkannya di ranjang.

"Baik, Nyonya. Jika butuh sesuatu, segera hubungi saya." Zack pun hendak melangkah dan berpesan pada Senja.

"Iya." Senja menjawab singkat, sambil melepaskan dasi yang dikenakan Langit. Zack pun pamit undur diri dan pergi meninggalkan keduanya.

Senja menghela napas kasar. "Anda kenapa, Tuan? Kenapa mabuk seperti ini?" ucap wanita itu sambil menyeka wajah Langit dengan air dan handuk kecil.

Senja tersentak ketika Langit tiba-tiba mencekal sebelah tangannya saat hendak meletakkan handuk ke wajah lelaki tersebut. Pria itu langsung menarik hingga tubuh Senja tumbang di atas dada bidang milik Langit yang sedikit terbuka.

Wanita cantik itu berusaha untuk melepaskan diri dari Langit. Namun, pemuda tersebut malah menggulingkan tubuh Senja hingga kini ia berada di bawahnya. Senja terus berusaha melepaskan diri dari cekalan Langit yang semakin kuat meski sedang mabuk berat.

"Tu--Tuan, apa yang Anda lakukan? Lepaskan saya. Sadarlah, Tuan. Saya mohon." Senja berusaha bersuara dengan gugup. Ia mencoba menyadarkan pria itu.

"Saya mencintaimu Violeta. Kenapa kau mengkhianatiku? Kau harus membayarnya. Saya tidak akan melepaskannya!" rancu Langit yang semakin kuat mencekal Senja hingga wanita itu semakin sulit bergerak dan melakukan perlawanan.

"Saya bukan Violeta. Sadarlah, Tuan. Saya Senja. Lepaskan saya, Tuan!" Senja berkata penuh harap.

Senja mulai meneteskan air mata ketika Langit mulai mencium bibirnya dengan paksa tanpa ada kesempatan wanita itu untuk melawannya.

Tidak puas sampai di situ, pria tersebut mulai menjamah area lain bagian dari tubuh Senja. Mulai dari tengkuk hingga ke area sensitif di dadanya. Senja semakin menangis. Ia tidak ingin menyerahkan tubuhnya pada lelaki yang tidak ia cintai. Meskipun kini Langit telah sah menjadi suami wanita itu.

Namun, pernikahan yang mereka lakukan hanyalah di atas kertas. Bukan karena saling mencintai melainkan paksaan demi menyelamatkan keluarga. Bahkan mereka telah membuat kesepakatan bersama untuk saling menghargai dan tidak melakukan hubungan layaknya suami istri serta mengganggu privasi satu sama lain.

Akan tetapi, kini Senja bisa apa? Langit yang mabuk berat dan dalam pengaruh obat perangsang tidak bisa menahan diri. Tetap berbeda kekuatan seorang pria dengan wanita dalam kondisi apa pun.

"Tuan, lepaskan saya. Saya mohon, sadarlah. Saya Senja bukan Violeta," mohon Senja penuh harap sambil terus meronta.

Permohonan sia-sia. Langit sama sekali tidak menghiraukan perkataan Senja. Bahkan ia semakin menjadi dan bernafsu untuk memiliki gadis itu yang dianggap sebagai Violeta, sang kekasih hatinya.

"Tuhan, haruskah aku menyerahkan diriku pada lelaki ini? Meskipun kami sudah sah menikah secara agama. Namun, pernikahan itu hanya di atas kertas." Senja membatin.

Wanita itu mulai putus asa karena sudah kehabisan tenaga untuk melawan Langit yang meskipun sedang mabuk berat. Namun, tenaganya begitu kuat mengunci Senja hingga sulit bergerak.

Air mata Senja semakin menetes, ketika Langit terus menerobos membobol pertahanannya. Hanya rintihan kesakitan yang kini di rasakan Senja menahan perlakuan Langit pada tubuhnya.

Tidak peduli, seberapa hancur dan sakit yang dirasakan Senja. Lelaki itu terus melampiaskan nafsunya pada tubuh Senja. Meninggalkan jejak kepemilikan pada tubuh malang wanita itu. Melupakan semua perjanjian yang telah disepakati bersama, sampai puas dan pengaruh obat perangsang itu hilang, kemudian melemas di atas tubuh Senja.

Masa depan Senja pun hancur. Kesucian yang mati-matian ia jaga terenggut paksa oleh kejahatan Langit yang dipenuhi nafsu. Meskipun status mereka adalah suami istri. Namun, Senja tidak ingin menyerahkannya dengan cara seperti itu.

Semalaman Senja menangis hingga kedua matanya membengkak. Langit yang tertidur di samping wanita itu perlahan membuka bola mata. Ia terkejut melihat seorang wanita terbaring sambil sesegukan.

Lelaki itu membuka penutup selimut yang menutupi wajah wanita tersebut, ia semakin terkejut tatkala melihat Senja yang berada di dalamnya. Langit membalikan tubuh Senja dengan paksa dan menatap dalam.

"Senja. Apa yang terjadi? Kenapa kau berada di kamarku? Anda ...."

Langit menghentikan kalimatnya sambil berusaha mengingat kejadian semalam. Namun, ia sama sekali tidak mengingatnya. Tangis Senja semakin menjadi, saat melihat lelaki yang telah merenggut kesucian wanita malang itu dengan paksa.

Dengan susah payah Senja bangkit dari kasur dan menepis kedua tangan Langit di pundaknya, Ia menatap nyalang ke arah Langit. Padahal selama ini tidak pernah dilakukan wanita itu. Napas Senja bergemuruh. Ada kebencian di balik kedua mata indah milik perempuan tersebut.

"Kenapa Tuan begitu tega melakukan hal ini kepada saya?" Wanita itu berkata pelan. Namun, tegas. Semua tampak dari kedua bola matanya yang terus menatap tajam Langit. Ada kebencian di sana.

"Senja saya ... saya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Apa yang telah saya lakukan padamu? Senja, maafkan saya. Saya ...."

"Tuan melupakan perjanjian yang telah kita sepakati bersama."

"Senja, saya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi di antara kita. Saya--saya benar-benar minta maaf."

"Tuan tidak perlu minta maaf. Kata maaf, tidak akan mengembalikan semuanya."

Senja semakin emosi. Wanita itu kembali sakit dengan perkataan Langit yang sama sekali tidak mengingat kejadian semalam yang masih sangat jelas dalam ingatan Senja. Dengan susah payah Senja berusaha bangkit dari ranjang dan berdiri, ia hendak melangkah meninggalkan Langit.

"Senja."

"Saya tidak akan menuntut apa pun dari Tuan." Senja menghentikan langkah sejenak. Kemudian berkata lembut. Lalu, berjalan perlahan dengan terseok-seok.

Langit terdiam. Kepalanya terasa berdenyut dan sakit. Ia melirik ke arah tempat yang tadi ditiduri Senja. Ada noda merah menempel di seprai putih yang menjadi alas kasur itu. Kedua bola mata Langit membulat sempurna.

"Apa? Noda ini ... ini. Saya telah--Senja." Langit dengan cepat turun dari ranjang dan mengambil pakaian dari lemari. Kemudian melangkah ke arah kamar Senja.

"Senja, Senja. Buka pintunya. Saya ingin bicara dengan Anda. Senja."

Lelaki itu mengetuk-ngetuk pintu kamar Senja. Namun, tidak ada jawaban. Langit pun membuka paksa dan masuk ke dalam. Akan tetapi, Senja tidak ada di kamar. Lelaki itu melangkah ke arah kamar mandi. Pintu tertutup rapat. Tidak ada suara. Hanya percikan air yang mengucur dari kran.

Langit tampak ragu membuka pintu kamar mandi. Namun, ia khawatir terjadi apa-apa dengan wanita tersebut. Pria itu membukanya dan melihat Senja terbaring di dalam bathtub dengan kedua mata terpejam. Langit langsung mendekati.

"Senja! Senja! Bangun Senja! Senja!"

Langit mengguncang tubuh Senja cukup kuat. Berniat membangunkan wanita itu. Namun, tidak ada respons sama sekali. Langit mulai panik dan segera mengangkat tubuh telanjang Senja. Ia memakaikan pakaian dan membaringkan Senja di ranjang.

"Zack."

"Ada apa, Bos?"

"Datang ke apartemen sekarang dan bawakan dokter."

"Apa, Bos? Dokter? Siapa yang sakit?"

"Sudahlah, kau jangan banyak bicara. Cepat datang ke sini!"

"Ba--baik, Bos."

Langit menelepon Zack agar datang ke apartemen dan membawakan dokter untuk memeriksa kondisi Senja. Selang beberapa saat kemudian, lelaki bertubuh kekar itu sudah datang.

Dokter mulai memeriksa kondisi Senja. Mulai dari kedua mata, denyut nadi, sampai dengan degup jantung. Semua tampak normal. Meski nadinya berdenyut lemah.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Langit dengan tergesa.

Pria paruh baya berpakaian jas putih itu menghela napas sedikit berat. "Nona sepertinya kelelahan. Setelah minum obat ini dan istirahat ia akan segera pulih," ucap dokter itu sambil menyerahkan copy resep.

"Baik, Dok. Terima kasih." Langit menerima kertas itu. Kemudian mengantar dokter paruh baya tersebut ke pintu keluar.

Setelah dokter itu keluar. Langit berjalan ke arah Zack yang sejak tadi duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselnya.

"Zack. Sebenarnya, apa yang terjadi semalam? Kenapa Senja bisa ada di kamarku?" tanya Langit dengan penasaran sambil menepuk pelan bahu lelaki itu dan duduk di sampingnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Biduk Cinta Senja    Bab 61 Dermaga Cinta Senja

    Senja dan Langit bisa sedikit lega karena Violeta dan kekasihnya itu sudah tertangkap. Meskipun perempuan itu tengah mengandung. Namun, tak menggentarkan hati Langit untuk tetap memenjarakannya. Kini, mereka masih harus menghadapi Barman dan Niken yang sampai saat ini masih di sekap.Langit mengajak Senja menemui dua orang itu, meski awalnya ia keberatan. Namun, Senja kukuh ingin ikut. Gadis cantik tersebut ingin melihat bagaimana kondisi Paman dan bibinya tersebut. "Akhirnya kamu datang juga, Senja. Tolong bebaskan kami. Suamimu telah menangkap dan menyekap kami di sini," ucap Niken dengan tidak tahu malunya saat ia tiba di gedung tua tempat Barman dan Niken di sekap.Senja menatap tajam ke arah Paman dan bibinya. Kemudian, ia tersenyum miring. "Apa kalian pikir aku datang ke sini untuk membebaskan kalian? Aku hanya ingin memastikan apakah benar kalian sudah tertangkap atau belum. Ternyata benar, kalian sudah tertangkap. Kau hebat suamiku," ucapnya sambil memuji Langit. Tidak ada s

  • Biduk Cinta Senja    Bab60 Tertangkap

    Hari berganti pagi. Matahari sudah mulai menampakkan diri. Langit terbangun karena kulit pipinya tersentuh pancaran sinar mentari yang menyusup masuk lewat celah gorden. Pria itu menyipitkan kedua matanya karena silau dan bergerak perlahan agar tak membangunkan Senja.Senja menggeliat saat suaminya melakukan pergerakan. Langit mengusap-usap lembut punggung Senja agar tetap terlelap. Perlahan, Langit membenarkan posisi tidur Senja agar nyaman. Kemudian, sedikit menggerakkan tangan yang terasa pegal karena semalaman menyangga tubuh Senja. Setelah itu, ia memiringkan sedikit tubuhnya sambil mengamati wajah sang istri. Tampak menggemaskan ketika sedang tidur seperti itu. Langit merapikan rambut Senja yang menutupi wajah. Lalu, mendekatkan wajahnya dan mencium kening serta bibir mungil milik Senja.Senja yang diperlakukan seperti itu membuka matanya perlahan. Saat dirasa ada sentuhan di wajah cantiknya. Langit tersenyum saat menatap Senja yang baru saja terbangun dari tidurnya."Morning,

  • Biduk Cinta Senja    Bab 59 Baby La Menghilang

    Mereka menyekap Niken dan Barman di sebuah gedung tua, di mana keduanya pernah di sekap sebelumnya. Mengikat Barman dan Niken pada kursi kayu yang berbeda dengan mulut di tutup lakban. Penjagaan pun di lakukan dengan ketat.Sementara Langit, pria itu pulang ke apartemen menemui anak dan istri tercintanya. Langit belum membahas tentang Barman dan Niken. Menunggu suasana hati Senja benar-benar tenang. Pasalnya, sang istri tampak lelah mengurus Baby La yang sudah semakin aktif dan tidak bisa diam. Meskipun ada pengasuh yang menjaga. Namun, Senja tetap menyempatkan diri ikut mengurusnya.Langit melangkahkan kaki mendekati anak dan istrinya yang tengah sibuk bermain. Berkejaran saling bercanda. Senyum indah terukir di kedua sudut bibirnya, melihat Senja yang tampak kewalahan mengikuti langkah Baby La yang menggemaskan."Ups, ketangkap. Anak Dady sudah besar. Sudah pandai menggoda Mommy, ya." Langit menangkap Baby La saat berlari ke arahnya. Kemudian menggendong dan mencium lembut buah hati

  • Biduk Cinta Senja    Bab 58 Penyergapan Barman dan Niken

    Hubungan Langit dan Senja semakin hari semakin membaik. Mereka sudah tidak lagi bertengkar. Bahkan, kini Senja sudah bisa berjalan seperti sedia kala. Laskar sang putra pun sudah kembali bersama. Bayi kecil itu kini sudah tumbuh besar. Usianya sudah menginjak satu tahun enam bulan.Baby La semakin aktif dan mulai pandai bicara. Banyak kata-kata lucu terlontar dari mulut mungilnya. Senja dan Langit begitu memanjakan buah hati terkasih mereka. Kebahagiaan kembali terpancar dalam biduk rumah tangga keduanya. Zack pun merasa senang melihat Langit dan Senja sudah tidak lagi berseteru. Pria hitam manis itu berharap ini akan selamanya. Sudah cukup kesedihan yang ada dalam mahligai rumah tangga mereka. Saatnya bahagia digapai. Meskipun masih harus waspada. Sebab, Barman, Niken, dan Violeta belum tertangkap dan masih dalam pencarian."Zack, bagaimana? Apa kau sudah berhasil menemukan mereka?" tanya Langit saat Zack baru saja tiba di kantor. Kebiasaan Langit yang selalu begitu tanpa memberi wa

  • Biduk Cinta Senja    Bab 57 Dilema

    Langit melepaskan ciumannya dan menangkupkan wajah Senja. Menatap lekat-lekat wajah sang istri. Napas Senja masih bergemuruh. Tampak amarah terpendam di sana. Langit terus menatap Senja, meski wanita itu berusaha menghindar."Saya lakukan semua untukmu bukan karena mengasihanimu. Akan tetapi, karena saya tulus mencintaimu. Walau awalnya, semua itu hanya sandiwara demi menuruti ego dan ambisiku. Namun, setelah saya bersamamu, semua berubah. Saya semakin jatuh hati dan tidak ingin kehilanganmu, Senja." Langit berkata sambil terus menatap wajah Senja. Pria itu ingin membuktikan jika dirinya benar-benar tulus mencintai sang istri. "Senja, tolong percaya saya. Tatap dan lihat kedua mata saya, apakah ada kebohongan di sana?" ucap Langit kembali dengan wajah serius tanpa melepaskan tatapannya.Senja yang masih tersulut emosi hanya diam. Lidahnya enggan mengeluarkan kata-kata. Senja berusaha memalingkan wajahnya dari Langit. Namun, pemuda itu terus memegangi wajah Senja agar tetap menatapnya.

  • Biduk Cinta Senja    Bab 56 Perdebatan

    Barman tampak gelisah, meski ia berhasil melarikan diri. Namun, ia adalah seorang buronan polisi. Tak bisa bebas keluar rumah. Harus melakukan penyamaran agar tidak dikenali, terutama dengan anak buah Langit yang tidak tinggal diam dengan kasus tersebut.Niken tampak menekuk wajahnya. Wanita itu kesal karena harus menjalani hidup seperti ini. Harusnya ia bisa hidup mewah bergelimang harta. Namun sayang, impian hanyalah tinggal impian. Kini justru ia terlibat kasus berat bersama sang suami."Mas, sampai kapan kita seperti ini? Aku tidak betah jika harus di rumah terus," ucap Niken dengan wajah merajuk."Bersabarlah. Sebentar lagi kita akan bisa bebas ke mana pun. Aku sudah punya rencana untuk membuat Langit menyerah. Kau tunggu saja rencana itu berhasil. Kita pasti bisa menghirup udara segar kembali." Barman meyakinkan istrinya untuk tetap tenang.Tak lama ponselnya berdering. Pria tua itu menerima panggilan telepon dari nomor yang tak di kenal. Awalnya, Barman ragu menjawab. Takut itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status