Home / Rumah Tangga / Bill Hotel Di Kemeja Suamiku / Part 8. Undangan Tak Terduga

Share

Part 8. Undangan Tak Terduga

Author: Loyce
last update Last Updated: 2024-08-28 19:10:37

“Sudahlah, jangan bahas lagi. Aku nggak mau masalah kecil seperti ini mempengaruhi hubungan kita.” Yoga tersenyum kecil. Mengelus puncak kepala Ratri dengan lembut. 

Tampaknya, Ratri mudah sekali dibujuk. Hanya dengan kata-kata sederhana seperti itu saja, perempuan itu luluh dan mengulas senyum tipis. Yoga menarik Ratri kembali ke dalam pelukannya sesekali mengecup pelipisnya dengan mesra. 

“Mas, aku mau merundingkan sesuatu sama kamu.” Ratri kembali membuka obrolan setelah beberapa saat. 

“Hem. Tentang apa?” tanya Yoga dengan lembut. 

“Bagaimana kalau seandainya aku hamil?”  

Yoga bergeming menatap perempuan muda itu dengan tatapan datar miliknya. Jakunnya naik turun tanda jika perasaan tak nyaman menyelimuti hatinya. Yoga akui, perempuan yang ada di pelukannya itu memang cantik dan tentu masih muda. Dulu ketika pertama kali dia bertemu dan bertukar obrolan dengan Ratri, ada desiran yang dirasakan di dalam hatinya. Tidak pernah menyangka jika hubungan mereka akan berjalan sejauh ini. 

“Mas!” panggil Ratri karena tidak mendapatkan jawaban dari Yoga. 

“Kalau kamu ingin hubungan kita berlanjut, kamu harus bisa mencegah hal itu terjadi. Lagi pula, aku juga sudah menggunakan pengaman. Aku rasa, akan aman.” 

“Mas nggak mau punya anak dariku?”  

Jawaban pun tak serta diberikan oleh Yoga atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Ratri. Sejak dia berhubungan dengan perempuan itu, tidak sekalipun terbersit di dalam pikiran untuk melangkah sampai sejauh itu. Di hatinya tetaplah Lana dan dia hanya akan memiliki anak dari istri sahnya, sedangkan Ratri hanyalah cadangan. 

“Jangan bahas ini lagi.” Yoga menghindari pertanyaan Ratri. “Kita sudah sepakat untuk tidak melangkah sampai sejauh itu. Kita nikmati saja hubungan ini berdua dan tidak perlu melibatkan orang lain.” 

Yoga beranjak dari kasur, memungut pakaiaannya yang berserakan di atas lantai sebelum memakainya. Setelahnya baru dia kembali menatap Ratri yang masih bungkam seribu bahasa. 

“Rat, aku sayang sama kamu. Aku juga mencintai istri dan anakku. Aku nggak mau kehilangan kamu atau keluarga kecilku. Jadi, tolong jangan menuntutku lebih. Kamu juga sadar kalau kita akan sulit bersama.” 

“Lalu akan sampai kapan, Mas?” tanya Ratri cepat, “apa kita akan terus menutup hubungan kita? Mas, aku benar-benar cinta sama Mas karena itulah aku bersedia berhubungan dengan Mas dengan cara seperti ini. Tapi, aku juga mau diakui!” Ratri tampaknya sudah menginginkan posisi yang menjanjikan di sisi Yoga. 

Mungkin dia juga mulai tak nyaman dengan hubungan sembunyi-sembunyi yang dijalani dengan Yoga. 

“Aku nggak bisa menjanjikan apa pun kepadamu, Rat. Jujur, aku nggak bisa kehilangan kalian.” 

Yoga mengelus surai hitam Ratri dengan penuh sayang sebelum dia memeluk perempuan itu dengan erat. “Kita jalani saja semua dengan santai tanpa terburu-buru, Rat. Aku janji aku akan memperlakukanmu dengan baik. Kamu tidak perlu takut atas apa pun, selama kita bisa bermain cantik, tidak akan ada orang yang tahu tentang kita. Kalau sudah saatnya nanti, aku akan menjadikan kamu milikku seutuhnya.” 

“Mas nggak bohong, ‘kan?” Ratri menyandarkan kepalanya di dada Yoga dengan nyaman. “Aku akan bertahan di sisi, Mas. Aku juga nggak mau kehilangan Mas.” 

Yoga mengangguk memastikan jika semua janji yang sudah dilontarkan kepada Ratri pasti akan dipenuhi. Lelaki itu terbuai dengan perasaannya kepada Ratri tanpa tahu jika istrinya tengah berjuang untuk menendangnya dari hidupnya. 

*** 

“Sayang …!” ucapan Yoga terhenti ketika dia melihat ada lima teman kantornya datang ke rumahnya. 

Mereka duduk melingkar di karpet bulu sambil memakan hidangan yang disuguhkan di tengah-tengah mereka. Tadinya, Yoga tidak mengerti kenapa ada dua mobil yang sangat dikenalnya terparkir di depan rumahnya. Suara obrolan pun terdengar dari dalam rumah. Setelah dia melihat ada tamu yang datang, tentu saja dia merasa terkejut luar biasa. Yang ada di dalam benaknya sekarang pastilah, bagaimana mereka bisa datang ke rumahnya?

Yoga bingung sampai dia tak bisa mengeluarkan kata-katanya. Beruntung, Lana mendekat sambil memasang senyum lebar. 

“Mas kok baru pulang. Teman-teman Mas udah sampai dari tadi.” 

Yoga menatap teman-temannya penuh dengan kebingungan. Namun, karena mereka tidak tahu apa-apa, tentu mereka mulai bersuara satu per satu. 

“Mas Yog, terima kasih lho udah diundang makan malam. Karena Mas Yoga tadi sepertinya ada urusan, makanya kami makan dulu.” 

“Aku tadi juga sedikit kaget lho waktu dapat undangan untuk makan malam di rumah Mas Yoga. Akhirnya kita bisa tahu rumah dan kenal juga sama Mbak Lana dan Kaisar.” 

“Tapi, Mbak Lan, ada satu lagi orang yang ada di divisi kita, lho.” 

“Oh, ya?” Lana pura-pura tidak tahu. “Kok bisa ketinggalan gitu sih nggak diundang?” 

“Iya, Mbak. Namanya Ratri. Dia karyawan baru juga sih. Kayaknya Bu Siti tadi kelupaan nggak bilang sama dia.” 

Lana dalam hati tertawa melihat betapa kusutnya wajah Yoga melihat kejutan yang ada di rumahnya. Dia selama ini bisa menyembunyikan semuanya dari orang-orang, bahkan tidak pernah membawa teman-teman kantornya untuk datang ke rumah. Namun, Lana bisa mendatangkan mereka dengan caranya sendiri. 

“Mas Yoga udah makan malam?” tanya Lana setelah Yoga duduk dan bergabung bersama teman-temannya di atas karpet. “Ayo, makan dulu. Lauknya masih banyak itu.” 

“Mbak Lana ini sepertinya tipe perempuan hebat ya. Sudahlah cantik, pinta masak pula.” Pujian yang dilontarkan oleh salah satu teman lelaki Yoga itu membuat Yoga merasa kesal. 

Jadi, ada tiga laki-laki dan dua perempuan yang datang di rumah Lana malam ini. Mereka semua tentu saja satu divisi dengan Yoga. Lana dengan sengaja meminta bantuan kepada Bu Siti untuk mengundang mereka dengan alasan yang sudah dibuat-buat. Kedatangan teman-teman kantor Yoga adalah bagian dari rencana Lana untuk menguak fakta yang disembunyikan oleh Yoga. 

“Mas Ifan ini bisa aja. Tapi, terima kasih atas pujiannya. Ya, semua bisa dipelajari kok, Mas. Sebisa mungkin bisa jadi istri yang beguna biar suami nggak lirik yang lain.” Jawaban Lana membuat Yoga terganggu, tetapi dia menahannya. 

“Oh, ya, Mas Ifan. Kemarin maaf ya kalau udah nyusahin.” Lana meneruskan ucapannya. 

“Nyusahin apa, Mbak?” tanya Ifan tidak mengerti. Lelaki itu menatap Lana mengernyit. 

“Waktu Mas Yoga nginap di rumah Mas Ifan sehabis acara futsal itu lho. Malam minggu kemarin ‘kan Mas-mas semua hangout bareng, kan? Hampir saja kemarin saya marah karena Mas Yoga nggak pulang ke rumah.” 

Seketika, atmosfer di sekitar mereka terasa membeku. Ifan yang merasa tidak pernah menampung Yoga untuk tidur di rumahnya pun tampak bingung. Terlebih lagi Yoga, wajah lelaki itu pucat pasi. 

“Ehm, Sayang.” Yoga buru-buru mengalihkan Lana pada hal lain. “Kamu nggak buatin mereka makanan penutup? Pudding gitu misalnya?” 

Lana bisa melihat perubahan ekspresi teman-teman Yoga setelah dia mengatakan tentang menginap. Mereka saling menatap seolah sedang berkomunikasi lewat tatapan mereka. Namun, karena Lana menghormati Yoga di depan teman-temannya, dia tak mengharapkan jawaban apa pun dari Ifan. Dia hanya ingin membuat Yoga resah dengan pikirannya sendiri. 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 50. End

    Satu bulan sudah pernikahan Tirta dan Lana berjalan. Mereka sudah menempati rumah baru Tirta yang didesign langsung oleh Lana. Takdir itu terkadang memang membingungkan. Siapa yang sangka kalau pada akhirnya, Lana lah yang menjadi nyonya di rumah besar dua lantai tersebut.Dengan tiga asisten rumah tangga termasuk Bu Tatik di dalamnya, kini Lana benar-benar hanya mengurus suami dan putranya saja. Masalah bersih-bersih dan hal-hal lainnya di rumah sudah ada yang mengurus. Namun, masak masih Lana yang kadang menangani. Pasalnya, baik Tirta atau Kaisar lebih suka jika makanan itu dimasak langsung oleh sang nyonya rumah.“Bunda, ayo kita renang.” Kaisar yang sudah berada di dalam kolam renang itu melambaikan tangannya agar ibunya bergabung bersama dirinya dan juga Tirta.“Kalian aja.” Lana memilih duduk di kursi malas setelah meletakkan sepiring muffin di atas meja.“Bunda bawa muffin?” Tirta mendekat di pinggir kolam renam. “Aaak, Bun.” Tirta memberikan kode kepada Lana agar menyuapinya.

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 49. Hotel

    Tirta menatap Lana dari belakang yang tampak begitu kewalahan menjinjing gaun panjangnya. Di belakangnya, Tirta memegangi ekor gaun tersebut yang menyapu lantai. Senyum laki-laki itu merekah lebar tak bisa ditahan.Perempuan yang ada di depannya itu adalah istrinya. Benar-benar istrinya yang baru saja dia nikahi secara sah beberapa jam lalu. Kini, mereka selesai pesta dan menuju ke kamar mereka dia hotel tersebut. Akhirnya setelah melalui hari yang panjang, mereka bisa menyelesaikan setiap rangkaian acara yang begitu melelahkan.“Mas, aku bersumpah kalau suatu hari nanti kamu selingkuh, aku nggak akan segan ngulitin kamu. Lihatlah betapa melelahkannya pernikahan kita ini.”Mereka sudah sampai di kamar dan Lana langsung merebahkan tubuhnya di sofa dengan meloloskan napas panjangnya. Demi Tuhan, dia bahagia hari ini bebarengan dengan rasa lelah yang begitu luar biasa.Mendengar ucapan istrinya, Tirta justru tergelak. Dia duduk di lengan sofa setelah mengambil air mineral yang sudah disi

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 48. Sayang

    Lana bilang jika dia ingin pernikahannya yang kedua ini hanya perlu dilakukan dengan sederhana. Namun, ini adalah pernikahan pertama dan diharapkan menjadi pernikahan terakhir untuk Tirta. Tentu saja pernikahan sederhana itu tidak akan pernah terjadi. Bagaimanapun juga, Tirta berasal dari keluarga pebisnis yang memiliki banyak partner.Ada banyak tamu undangan yang akan datang di acara resepsi pernikahan mereka yang diadakan di hotel milik Tirta. Hanya membayangkan berdiri berlama-lama di pelaminan saja, Lana merasa begidik ngeri.“Ini nggak bisa undangannya dikurangi, Mas?” tanya Lana saat itu ketika Tirta menunjukkan jumlah undangan dari keluarganya.Ada hampir seribu orang dan itu belum semuanya. Belum lagi dari pihak orang tua Lana. Kalau Lana sendiri tidak mengundang siapa pun. Dia juga tidak mengatakan apa pun kepada Yuda tentang pernikahannya.“Iya. Ini semua dari keluarga kami. Belum semua lho, Lan. Kalau teman-teman aku sih cuma dikit aja.”“Padahal aku pengennya yang sederha

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 47. Lamaran

    Tirta bahagia. Itu yang dia rasakan sekarang. Bagaimana tidak, setelah dia menunggu setelah bertahun-tahun yang lalu, ditinggal menikah, pada akhirnya dia benar-benar diterima oleh Lana. Keadaan memang sekarang sudah tidak sama lagi. Lana sudah memiliki satu anak dengan status janda. Namun, siapa yang peduli dengan itu? Yang terpenting perempuan itu adalah Lana.Anggap saja, Kaisar adalah bonus yang dia dapatkan karena akan menikahi Lana. Toh sekarang, dia juga benar-benar sudah sangat menyayangi Kaisar.“Kaisar ke mana?” Malam ini adalah malam minggu. Tirta datang ke rumah Lana untuk mengajaknya pergi berkencan.Ya, benar. Berkencan. Sebenarnya kata itu tidaklah aneh mengingat mereka sudah official jadian. Tak hanya itu, usia mereka juga masih cukup muda untuk melakukan hal-hal seperti itu.“Diajak keluar sama nenek kakenya. Sekalian kondangan.” Lana berdiri tepat di depan Tirta dan mendongakkan wajahnya. Keningnya mengernyit ketika melihat Tirta yang memasang senyum di bibirnya. “Ka

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 46. Aku Terima

    Tirta disibukkan dengan banyak pekerjaan yang harus ditangani. Mulai dari beberapa meeting, dan bahkan dokumen-dokumen penting yang harus ditanda tangani. Sudah hampir dua minggu setelah dia menyatakan keinginannya meminta Lana untuk menikah dengannya. Namun, setelah itu dia benar-benar tenggelam pada pekerjaan yang seolah tidak ada habisnya.Sejujurnya Tirta merindukan Lana. Dia ingin menemui perempuan itu, tetapi dia hanya bisa berkomunikasi lewat hand phone. Tirta tetap memberikan kabar kepada perempuan setiap harinya.“Tirta, Mama ingin datang ke rumah Lana. Nggak papa, ‘kan?” Pertanyaan itu ditujukan kepada Tirta ketika pagi sudah menggantikan peran sang malam.Lelaki itu kini tengah berada di ruang makan dan menikmati sarapannya. Sebentar lagi dia harus pergi ke hotel dan kembali tenggelam pada pekerjaannya.Ya Tuhan, Tirta tidak sedang mengeluh. Namun, kenapa akhir-akhir ini pekerjaan sangat banyak? Ini berkat hotelnya sedang digandrungi oleh pendatang. Banyak turis asing yang

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 45. Tak Bisa Terulang

    Malam ini Lana tidak mampu sekedar mengistirahatkan matanya dan membawanya tenggelam ke alam mimpi. Isi kepalanya terus saja mengingatkan kalimat pendek yang dilontarkan Tirta siang tadi. Sebuah kalimat sederhana berupa ajakan yang terngiang sampai malam ini. Lana tidak memberikan jawaban apa pun, begitu juga dengan Tirta yang tidak mendesaknya. Lelaki itu hanya meminta kepada Lana agar mempertimbangkan dirinya untuk menjadi pendamping perempuan itu.Menatap langit-langit kamar, Lana menarik napasnya panjang. Sungguh, ini sangat membingungkan. Satu sisi hatinya ingin menolak, tetapi satu sisi hati yang lain mengatakan tak masalah untuk dicoba. Bukan hanya Tirta yang jelas-jelas mencintainya, tetapi orang tua lelaki itu juga menerimanya dengan kedua tangan terbuka. Bukan hanya itu, Kaisar pun sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka.Apalagi yang perlu diperhitungkan sekarang?‘Hei, Yoga bahkan sudah menikah lagi, Lana.’ Hatinya memeringatkan. ‘Tidak masalah sekarang giliranm

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status