Bill Hotel Di Kemeja Suamiku

Bill Hotel Di Kemeja Suamiku

last updateHuling Na-update : 2025-08-18
By:  LoyceOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Rating. 1 Rebyu
50Mga Kabanata
5.6Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Lana menemukan bill hotel di saku kemeja sang suami, tetapi ketika ditanya tentang masalah itu, Yoga berkelit. Lana tidak ingin menjadi perempuan bodoh yang bisa dikhianati begitu saja, maka dia diam-diam menyelidiki. Ternyata benar, suaminya tengah menjalin hubungan dengan seorang perempuan muda yang bekerja di kantornya. Lana tidak lagi memberinya ampun karena jalan satu-satunya adalah perpisahan.

view more

Kabanata 1

Part 1. Nota Hotel

“Aku menemukan cast receipt ini di saku kemeja kerjamu, Mas!” Lana meletakkan sebuah nota bertuliskan nama hotel beserta total nominal pembayaran di atas meja makan, tepat di depan sang suami. “Bisa kamu jelaskan untuk apa kamu menyewa kamar hotel sedangkan kamu pulang setiap hari?” 

Yoga yang baru saja menyuapkan nasi ke dalam mulutnya itu segera terbatuk karena terkejut. Susah payah menelan makanannya, tetapi butiran nasi itu justru terasa seperti duri yang tersangkut di tenggorokannya. Buru-buru, Yoga mengambil minumannya dan menenggaknya sampai tandas hanya untuk mendorong makanannya agar bisa masuk ke dalam lambung. Tenggorokannya tiba-tiba saja terasa diselubungi balok besar dan buntu seketika. 

Yoga menarik nota tersebut lalu membolak-balikkannya. Ekspresi wajahnya tampak suram dan salah tingkah. Lana menatap suaminya itu dengan tenang meskipun di dalam kepalanya dipenuhi dengan gelegak emosi. Dilihat dari gerak-gerik Yoga, lelaki itu sepertinya tengah mencari jawaban aman. 

“Itu ….” Lantas Yoga menjawab. “Nota ini aku dapatkan dari acara meeting, Sayang. Karena aku kelelahan, jadi aku memutuskan untuk pesan kamar.” Yoga tersenyum kaku seolah berusaha menyembunyikan kebohongannya. Lelaki itu terus menghindari tatapan Lana yang mengarah lurus kepadanya.

Insting seorang istri tidak akan pernah salah. Meskipun Yoga mencoba untuk berkelit, kecurigaan Lana justru semakin membuncah. Lana bahkan tidak membalas senyuman garing suaminya dan tetap mempertahankan ekspresi kecurigaannya. Perasaannya terlalu peka untuk sebuah kebohongan. 

“Seberapa lelahnya sampai harus pesan kamar hotel, Mas? Ini jam kerja, lho.” Lana mengetuk cast receipt itu sambil menatap Yoga dengan tajam. Dia bukan perempuan bodoh yang bisa mempercayai sebuah penjelasan yang tidak masuk akal. 

Yang ada di dalam kepala Lana sekarang hanya satu. Di hari itu, Yoga tidak masuk kerja dan memilih pergi ke hotel. Meeting hanyalah sebuah alasan yang dibuat Yoga agar Lana mempercayainya. Hanya dengan memikirkan Yoga bersama dengan perempuan lain, Lana merasa kemarahannya memuncak.

“Saat itu kerjaan lagi padet banget.” Yoga mulai menjelaskan. “Aku harus meeting di beberapa tempat dalam sehari. Makanya, aku hanya datang ke kantor untuk absen, selebihnya aku berada di luar. Bukan hanya itu, tiba-tiba saja aku sedikit merasa tidak enak badan. Itulah kenapa aku memutuskan untuk menyewa kamar hotel untuk sekedar beristirahat sebelum meeting selanjutkan dilakukan.” 

Meskipun Yoga mampu menjawab pertanyaan istrinya dengan runtut, tetapi suara bergetar Yoga tidak bisa disembunyikan. Lana kenal betul suaminya dan dia tahu kapan Yoga mengatakan kebenaran dan kapan dia berbohong. 

Kali ini, Lana bisa merasakan jika Yoga tengah berbohong dan menyembunyikan sesuatu darinya. Sekali lagi, insting seorang istri tidak akan pernah meleset. 

Yoga yang tadinya menghindari tatapan Lana itu kini memberanikan diri membalas tatapan perempuan itu. Memasukkan nota tersebut di dalam saku celananya, lalu kembali bersuara. 

“Atau begini saja, kamu bisa tanyakan langsung ke Rizki kalau memang masih curiga. Dia ada sama aku waktu itu.” Yoga mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya dan mengotak-atiknya dengan tangan bergetar. 

Semua gerak-gerik Yoga itu tak luput dari tatapan Lana. Meskipun sekarang Yoga memegang ponselnya, tetapi dia hanya menekan layarnya berkali-kali tanpa membuka kontak atau bahkan halaman chat. 

Untuk beberapa waktu, Lana diam menunggu Yoga menghubungi seseorang bernama Rizki tersebut. satu menit, dua menit, beberapa menit berlalu, tidak ada satu pun panggilan berhasil tersambung. Karena faktanya, Yoga memang tidak pernah menghubungi Rizki. 

Selanjutnya yang dikatakan oleh Yoga adalah sebuah alasan. “Nggak aktif, Sayang. Sepertinya dia sedang dalam perjalan ke kantor.” Begitu kata Yoga memberi tahu sambil terus menatap layar ponselnya. 

Lana akhirnya memutuskan dengan cepat untuk mengikuti permainan suaminya. Jika dia membombardir lelaki itu dengan banyak pertanyaan dan Yoga merasa disudutkan, itu hanya akan merugikan dirinya. Bisa jadi, Yoga akan balik marah dan menghancurkan semuanya. 

Untuk saat ini, akan lebih baik kalau Lana menahan diri. Dengan begitu, dia akan mencari tahu dan menyelediki secara diam-diam. 

“Nggak perlu nelpon lagi. Aku percaya sama Mas.” Jari Yoga yang tadi tampak sibuk menekan layar ponsel itu kini terhenti. 

Yoga mendongak menatap istrinya dengan kelegaan besar di matanya. Ekspresi tertekan yang beberapa waktu lalu terlihat di wajahnya itu kini berganti dengan sebuah senyum di bibirnya. 

“Kalau ada kesempatan nanti, aku akan meminta Rizki untuk menjelaskan kondisi saat itu.” Yoga menggenggam tangan Lana dengan erat membuat perempuan itu bisa merasakan betapa dinginnya telapak tangan Yoga. Lelaki itu tampaknya menahan ketakutan sampai kehilangan kehangatan dalam tubuhnya. 

“Aku nggak akan menghianati kamu, Lana. Kamu bisa pegang kata-kataku,” imbuhnya sebelum dia pamit untuk pergi ke kantor. 

“Tunggu.” Lana menghentikan langkah Yoga. “Nota itu, berikan padaku.” Ibu satu anak itu mengulurkan tangannya di depan Yoga agar kertas itu diberikan kembali kepadanya. 

“Untuk apa, Sayang?” Yoga terlihat tidak senang ketika Lana meminta nota tersebut darinya. 

“Berikan saja. Lagian juga nggak akan berguna buat kamu, ‘kan?” 

“Juga nggak berguna buat kamu, Lana.” Yoga tampaknya sudah mulai terusik. “Aku akan membuangnya.” 

“Berikan!” Lana masih membuka telapak tangannya. “Hanya berikan, nggak akan merugikanmu apa-apa.” 

Yoga mengetatkan rahangnya, tetapi dia tetap memberikan nota tersebut untuk Lana sebelum dia benar-benar pergi. Meninggalkan Lana seorang diri ditemani keresahan yang disimpan di dalam hati. 

Masih duduk di meja makan, Lana mencoba mengingat-ingat lagi perubahan sikap sang suami akhir-akhir ini. Dia menyadari satu hal, Yoga sering pulang terlambat. Namun, suaminya itu selalu mengatakan jika keterlambatannya pulang adalah salah satu hal yang biasa karena jabatan barunya. 

Yoga baru saja mendapatkan kenaikan jabatan menjadi kepala divisi di kantornya. Dia yang tadinya hanya karyawan biasa, pada akhirnya mendapatkan posisi yang menjanjikan. Mungkin karena itulah lelaki itu semakin banyak tingkah. 

Hari itu, Lana terus memikirkan langkah apa yang harus diambil untuk mengawali dirinya mencari tahu tentang suaminya. Kalau dia mendatangi hotel dan bertanya kepada resepsionis, itu tidak akan berhasil karena mereka tidak akan memberikan informasi apa pun. Kepala Lana rasanya hampir meledak memikirkan semua permasalahan tersebut. 

“Bunda.” Panggilan dari anak laki-laki berusia lima tahun yang baru saja keluar dari sebuah kelas itu menghentikan lamunan Lana. Sedikit linglung, Lana menatap putranya dan menyematkan senyum tipis. 

“Bunda, aku mau es krim.” Bocah berusia lima tahun itu menatap Lana penuh harap.  

Lana memejamkan matanya sejenak hanya untuk menenangkan pikirannya. Dia tidak boleh menunjukkan keresahannya di depan sang putra. Kaisar masih terlalu kecil untuk terlibat dalam masalahnya. 

“Kita beli di dekat rumah saja, ya. Kita pulang sekarang.” Lana masih duduk di kursi tunggu sambil menatap Kaisar. 

Bocah lelaki tampan itu mengangguk. “Oke, Bunda.” Dia begitu patuh dan menggemaskan membuat segala pikiran buruk yang tadinya merajai pikiran Lana sedikit terabaikan. 

Sampai di sebuah minimarket tak jauh dari rumah, Kaisar segera berlari menuju tempat es krim dan memilih es krim kesukaannya. Lana membiarkan putranya mengambil beberapa sebelum mereka beralih ke rak makanan ringan. 

Aktifitas itu terhenti ketika sebuah suara yang dikenal terdengar di telinga Lana. Perempuan itu mendengarkan dengan seksama dan mencari sumber suara tersebut. Kepala Lana melongok ke sana-kemari untuk memastikan jika dia tidak salah dengar. 

“Bunda ….” Lana menutup bibir Kaisar dengan telapak tangannya dan memberikan isyarat agar bocah itu tidak bersuara. Kaisar mengerti dan menutup mulutnya rapat. 

Sekali lagi Lana melongok dan kali ini dia bisa melihat dengan jelas jika suara itu benar-benar miliki suaminya. Dan yang membuat dunia Lana terasa hancur adalah, lelaki itu bersama dengan seorang perempuan, memeluk pinggangnya mesra, dan mengambil beberapa ‘pengaman’ dari rak yang ada di meja kasir. 

*** 

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Rara Yovaniena
Alur cetitanya bagus,, ......
2024-11-19 20:31:49
0
50 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status