Home / Romansa / Bisikan Dosa / Bab 12 - Jemputan

Share

Bab 12 - Jemputan

Author: Lee Sizunii
last update Last Updated: 2025-09-17 23:00:39

Gerbang kampus sore itu lebih ramai dari biasanya. Mahasiswa yang baru selesai kelas berbondong-bondong keluar, sebagian menuju kantin sekitar, sebagian lagi langsung pulang. Namun, riuh yang terdengar kali ini bukan sekadar lalu-lalang mahasiswa melainkan bisikan kagum yang bergulir cepat seperti arus.

“Ya ampun, siapa itu?”

“Gila, ganteng banget! Kayak aktor drama Korea…”

“Eh, dia nungguin siapa? Jangan bilang mahasiswi sini?”

Di depan gerbang, sebuah mobil hitam mewah terparkir mencolok. Di sampingnya berdiri seorang pria tinggi dengan jas kasual elegan, wajahnya memancarkan karisma dewasa yang membuat hampir semua mata perempuan menoleh tanpa sadar.

Alana sama sekali tidak menyadari pusat perhatian itu. Ia berjalan santai bersama Welda, asyik bercakap-cakap tentang materi kuliah dan rencana makan siang mereka besok.

“Aku masih nggak percaya kamu jago banget bikin catatan, Lana. Tulisanmu r

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bisikan Dosa   Bab 14 - Pesta mewah

    Suasana di dalam mobil terasa hening, bahkan terlalu hening. Alana duduk di kursi penumpang dengan kedua tangannya bertaut di pangkuan, menatap keluar jendela untuk mengalihkan rasa kikuknya.Lampu jalan berkelebat satu per satu, bayangan gedung tinggi memanjang di aspal, namun yang paling membuatnya tak tenang adalah sosok Nero di sampingnya.Kakaknya itu, seperti biasa, tampak dingin. Fokus menatap jalan, jarang bicara, dan hanya sesekali menghela napas pendek. Aura itu membuat Alana merasa seakan-akan ia harus menjaga jarak meskipun mereka berada dalam satu mobil.Alana menggigit bibir, ragu untuk membuka percakapan. Tapi akhirnya ia memberanikan diri.“Kak… kenapa Kak Axel nggak ikut?”Nero tidak langsung menjawab. Tangannya tetap mantap memegang kemudi, matanya tak bergeser sedikit pun dari jalanan di depan.Setelah beberapa detik, barulah ia bicara dengan nada datar. “Dia tidak suka acara seperti ini. Axel lebi

  • Bisikan Dosa   Bab 13 - Kekacauan di hotel

    Beberapa jam perjalanan terasa begitu panjang bagi Alana. Mobil yang dikendarai Nero melaju stabil melewati jalan raya, sesekali berhenti di lampu merah, dan Alana hanya bisa menatap keluar jendela. Kota perlahan berganti dengan suasana berbeda: gedung tinggi yang megah, lampu-lampu berkilau, dan akhirnya sebuah hotel mewah berdiri anggun di depan mata mereka.Hotel itu begitu megah, hampir membuat Alana menelan ludah. Pilar-pilar tinggi menjulang, lampu kristal berkilauan dari lobi yang terlihat bahkan dari luar. Ia jarang sekali masuk ke tempat semewah ini, jadi langkahnya sedikit ragu ketika Nero membuka pintu mobil dan menyuruhnya turun.“Di sinikah Mama dan Papa menginap?” tanya Alana lirih, matanya menelusuri tulisan emas nama hotel.Nero menggeleng pelan. “Tidak. Mereka bersama eksekutif lain, di lokasi yang berbeda. Kita hanya disuruh hadir di acara nanti malam. Untuk sekarang, kita istirahat dulu di sini.”“Oh&hellip

  • Bisikan Dosa   Bab 12 - Jemputan

    Gerbang kampus sore itu lebih ramai dari biasanya. Mahasiswa yang baru selesai kelas berbondong-bondong keluar, sebagian menuju kantin sekitar, sebagian lagi langsung pulang. Namun, riuh yang terdengar kali ini bukan sekadar lalu-lalang mahasiswa melainkan bisikan kagum yang bergulir cepat seperti arus.“Ya ampun, siapa itu?”“Gila, ganteng banget! Kayak aktor drama Korea…”“Eh, dia nungguin siapa? Jangan bilang mahasiswi sini?”Di depan gerbang, sebuah mobil hitam mewah terparkir mencolok. Di sampingnya berdiri seorang pria tinggi dengan jas kasual elegan, wajahnya memancarkan karisma dewasa yang membuat hampir semua mata perempuan menoleh tanpa sadar.Alana sama sekali tidak menyadari pusat perhatian itu. Ia berjalan santai bersama Welda, asyik bercakap-cakap tentang materi kuliah dan rencana makan siang mereka besok.“Aku masih nggak percaya kamu jago banget bikin catatan, Lana. Tulisanmu r

  • Bisikan Dosa   Bab 11 - Teman baru

    Suasana kelas perlahan lengang setelah dosen menutup penjelasannya. Mahasiswa lain berbondong-bondong keluar menuju kantin atau sekadar nongkrong di luar. Alana, seperti biasanya, tetap duduk di kursinya. Ia membuka kembali buku catatan, merapikan tulisan-tulisan dosen tadi yang sempat tercecer.Pensil mekaniknya menari di atas kertas, sementara ruang kelas makin sepi. Hanya ada suara kipas angin di langit-langit yang berputar pelan.Namun, tidak lama kemudian, telinganya menangkap suara kecil, seperti barang jatuh dan seseorang yang bergumam gelisah. Alana menoleh.Di pojok belakang, seorang gadis masih berada di kelas. Penampilannya cukup mencolok. Kacamata besar yang tampak kebesaran menutupi setengah wajahnya, rambut diikat seadanya, dan wajah yang dipenuhi beberapa tahi lalat. Gadis itu tampak sibuk meraba-raba lantai, menunduk dengan panik.Alana ragu sejenak, tapi akhirnya menutup bukunya. Ia bangkit dan berjalan mendekati. “Hei… kamu

  • Bisikan Dosa   Bab 10 - Tidur di kamar yang salah

    Ruang kamar Axel masih dipenuhi dengan suara game yang setengah mati ia mainkan. Di meja belajar, kertas salinan sudah menumpuk, barisan tulisan tangan Alana memenuhi halaman demi halaman. Gadis itu bersandar di kursi, kepala tertunduk, mata terpejam.Axel melirik sekilas, mengangkat alis. “Hah? Udah tidur?” gumamnya.Ia bangkit dari beanbag, berjalan mendekat, lalu menepuk bahu Alana. “Hei, bangun. Baru segini aja udah tumbang? Dasar kebo.”Tidak ada respon.Axel menghela napas panjang, kali ini menggoyangkan tubuh Alana. Tetap tidak ada gerakan selain hembusan napas halus yang teratur.“Astaga, susah banget sih bangunin cewek ini.”Kesal, Axel mencoba menarik tubuh Alana agar duduk tegak. Tapi saat ia menarik, kakinya sendiri tersandung botol air mineral kosong yang ia biarkan berserakan di lantai.“Shit—!”Tubuh Axel kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh, menyeret kursi sekaligus Alana yang masih tertidur. Refleks, Axel mengg

  • Bisikan Dosa   Bab 9 - Kamar yang berantakan

    Malam itu meja makan terasa lebih lengang dari biasanya. Hanya Edward, Vivienne, dan Alana yang duduk mengitari meja panjang berlapis kain putih itu.Nero entah di mana, Axel pun tak terlihat batang hidungnya.Alana mengaduk sup di mangkuknya, tapi pikirannya melayang jauh. Bayangan video aneh yang ia tonton di ruang baca tadi sore masih mengganggu. Gerakan tubuh wanita itu, pelukan pria asing yang begitu erat, semua membuat pipinya kembali panas. Lebih buruk lagi, ia masih tak tahu siapa pengirim email itu.“Bagaimana harimu di kampus, sayang?” tanya Vivienne dengan senyum lembut.Alana tersentak kecil, buru-buru mengangkat wajahnya. “B-baik, Ma. Semua berjalan lancar.”Edward menatapnya dengan hangat. “Kalau ada kesulitan, bilang saja. Jangan dipendam sendiri.”Alana mengangguk patuh, meski senyumnya kaku. Hanya ada sedikit percakapan singkat setelah itu. Begitu makan malam selesai, Alana segera pamit ke kamar. Ia butuh ruang untuk bernapa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status