Beranda / Romansa / Bisikan Dosa / Bab 23 - Baju kotor

Share

Bab 23 - Baju kotor

Penulis: Lee Sizunii
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-24 20:31:23

Siang itu, udara kampus terasa hangat. Di halaman menuju kantin, Alana berjalan berdampingan dengan Welda.

Sesekali mereka bercanda kecil, menertawakan hal-hal receh yang hanya bisa dipahami oleh mereka berdua. Bagi Alana, momen sederhana bersama Welda seperti ini menjadi penyegar, menenangkan pikirannya dari segala hal rumit yang menunggu di rumah keluarga Graves.

Setelah mengantri cukup lama, mereka akhirnya mendapatkan makan siang masing-masing. Dengan nampan berisi nasi, lauk, dan segelas es teh, Alana berbalik hendak mencari meja kosong.

Tapi langkahnya mendadak terhenti.

Brak!

Seseorang tanpa sengaja menabraknya dari belakang. Nampan di tangan Alana oleng, dan dalam sekejap makanan tumpah, membasahi bajunya. Kuah berwarna pekat mengalir di bajunya, meninggalkan noda mencolok.

“Oh, maaf banget!” Suara seorang wanita terdengar.

Alana menoleh. Seorang mahasiswi cantik dengan rambut panjang tergerai berdiri di hadapannya.

Dua orang temannya ada di belakang, menahan senyum. Wanita it
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bisikan Dosa   Bab 8 - Gudang kosong

    Gudang tua itu gelap dan berbau lembap. Udara dipenuhi debu dan aroma karat dari besi-besi berkarat yang berserakan di sudut ruangan. Lampu neon di langit-langit berkedip-kedip, hanya memberikan sedikit cahaya yang cukup untuk menyorot pemandangan brutal di tengah ruangan.Axel berdiri di sana, bernapas berat, wajahnya dilumuri keringat dan amarah. Di depannya, seorang pria muda terikat di kursi dengan tangan dan kaki dililit tali tambang yang kasar. Wajahnya lebam, bibirnya pecah, dan napasnya tersengal. Setiap kali Axel mengayunkan tinjunya, suara benturan keras menggema di seluruh gudang, membuat beberapa temannya yang berdiri menonton hanya saling pandang tanpa berani bicara.“Aku... aku akan bicara, sumpah,” rintih pria itu di sela napas yang putus-putus. Darah menetes dari sudut bibirnya. “Aku akan bilang siapa yang nyuruh aku... tolong, berhenti dulu.”Namun Axel hanya tersenyum miring. Matanya menatap dingin, seolah wajah di depannya hanyalah boneka latihan tinju. Ia kembali m

  • Bisikan Dosa   Bab 57 - Kesandung keset

    Lampu di kamar rawat itu temaram, hanya cahaya kecil dari alat infus yang menyala redup.Alana membuka mata perlahan, matanya masih berat.Begitu menoleh ke arah jam dinding, jarumnya menunjukkan pukul 01.03 dini hari. Sunyi sekali. Tidak ada suara langkah Axel di ruangan. Biasanya, pria itu duduk di kursi dekat ranjang, tapi kali ini kosong.“Pergi, ya,” gumam Alana pelan.Ia menarik napas dan mengerjap beberapa kali, merasakan perutnya agak nyaman. Tapi sensasi penuh di bawah perutnya membuatnya gelisah.“Duh… pengin ke kamar mandi,” bisiknya pelan sambil meringis.Ia berusaha duduk, memindahkan kabel infusnya dengan hati-hati. Begitu menurunkan kaki ke lantai, hawa dingin ubin rumah sakit menyentuh kulit telapak kakinya. Alana berdiri pelan-pelan, menahan rasa berat di kepala.Baru saja ia hendak melangkah, pintu kamar terbuka dengan bunyi lembut 'klik'. Sosok tinggi dengan rambut sedikit berantakan muncul sambil memasukkan ponsel ke saku celana.“Eh—” Alana refleks menoleh.Nero m

  • Bisikan Dosa   Bab 56 - Musuh bebuyutan

    Kamar inap itu sunyi, hanya terdengar detak jarum jam dan suara sendok beradu dengan piring. Axel duduk di tepi ranjang, menatap Alana yang menunduk dengan wajah kesal. Di depannya, semangkuk bubur yang sudah tinggal separuh.“Habiskan,” perintah Axel datar, menyodorkan sendok ke bibir Alana.“Sudah kenyang,” Alana menolak, menggeleng pelan.“Kau baru makan setengah.”“Lalu? Aku bukan sapi, Kak Axel.”“Kalau aku bilang makan, makan.” Axel menatapnya tajam, ekspresinya seperti komandan pasukan, bukan seseorang yang sedang menjaga pasien.Alana mendengus, menarik selimut hingga menutupi sebagian wajah. “Aku gak bisa kalau terus dipaksa.”Axel menghela napas, tapi tidak menyerah. Ia mengambil sendok lagi, menyuapkan dengan lebih lembut kali ini. “Kalau kau gak makan, kau bakal makin lemah.”Alana melirik sekilas. “Aku lemah bukan karena lapar, tapi karena kamu cerewet.”Axel menahan senyum. “Bagus, berarti kamu masih bisa melawan.”“Kak Axel!” Alana mengerucutkan bibirnya kesal, tapi akh

  • Bisikan Dosa   Bab 55 - Kebencian Reina

    Reina membanting tas besar ke atas meja kafe sampai cangkir kopi di pinggir hampir goyah. “Alana, Alana, Alana terus! Kenapa harus dia?!” teriaknya, suaranya membentur dinding kaca. Dua teman di depannya, Sinta dan Dita, menoleh kaget lalu sengaja menahan tawa, mereka sudah kebal melihat ledakan emosi Reina.“Tarik napas dulu, Rin. Tenang,” Sinta menasihati sambil menaruh ponsel di meja.“Tenang? Tenang? Kau lihat apa yang dia lakukan ke Axel? Dia pura-pura polos terus, muka innocent itu bikin kesel!” Reina mendengus, matanya menyala.Dita mengangkat bahu. “Kita udah sebar fotonya. Itu udah kerja kita semua. Sekarang tinggal liat gimana efeknya.”“Efeknya? Efeknya Axel malah makin protektif! Dia gendong-gendong terus, muka Alana malah lebih dilihat kasihan. Gimana ini?!” Reina menggerutu.Belum selesai dia ngomel, seorang perempuan masuk dari pintu. Tinggi, berambut cokelat keemasan, raut wajahnya biasa tapi ada nada dagang yang jelas di cara dia berjalan.Reina seketika berdiri. “K

  • Bisikan Dosa   Bab 54 - Dasar cabul

    “Tidak ada yang serius, hanya asam lambungnya naik karena tekanan pikiran,” ucap dokter sambil menulis catatan. “Istirahat beberapa hari, jangan stres, dan jaga pola makan. Kalau dilakukan, dia akan cepat membaik.”Axel berdiri dari duduknya, tangan terlipat di dada. Tatapannya fokus ke dokter, tapi wajahnya tetap datar.“Baik, Dok,” jawabnya singkat.Dokter mengangguk, lalu menepuk bahu Axel. Setelah itu, Axel langsung keluar dari ruangan itu.Di ruang inap, Alana membuka matanya perlahan. Ia sempat tertidur setelah diberi obat penenang ringan. Saat pandangannya mulai jelas, ia melihat seseorang membuka pintu dan masuk.Axel.Dengan wajah yang datar, tapi sorot matanya menyimpan sesuatu yang sulit dijelaskan, campuran marah dan khawatir.Dia berjalan tanpa suara, meletakkan satu kantong plastik hitam-putih di atas meja kecil di dekat tempat tidur.“Istirahat yang benar,” katanya pelan tapi tajam. “Jangan mikir yang aneh-aneh.”Alana diam, hanya menatap. Suaranya belum keluar, tapi dal

  • Bisikan Dosa   Bab 53 - UKS

    Ruangan UKS kampus terasa begitu sunyi. Hanya suara detak jam dinding dan bunyi napas lirih yang terdengar dari tubuh Alana yang terbaring di atas brankar putih.Wajahnya pucat pasi, rambutnya sedikit berantakan menutupi pipinya. Di sisi tempat tidur itu, Welda duduk sambil menatap temannya cemas.Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari luar. Pintu terbuka dengan kasar.“Pergi dulu, Welda,” suara dalam itu membuat Welda menoleh.“Axel…”“Aku yang jaga,” potong Axel datar. Tatapannya tajam, tapi nada suaranya menahan banyak emosi.Welda ragu sejenak, tapi akhirnya berdiri. “Kalau Alana bangun, kabari aku, ya.”Axel hanya mengangguk tanpa menatapnya. Begitu pintu tertutup, ruangan itu kembali hening. Ia menatap wajah Alana lama sekali — terlalu lama, hingga terasa waktu berhenti.Wajah pucat itu membuat dadanya sesak. Dia tahu apa yang terjadi. Semua orang di kampus tahu. Foto-foto masa lalu Alana tersebar di forum kampus, disebar oleh orang yang jelas ingin mempermalukanny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status