Share

Bloody Girl
Bloody Girl
Penulis: Fit

00. Prolog

"Matilah dengan tenang!"

Seorang wanita berpakaian serba hitam itu langsung menyayat leher korbannya tanpa rasa iba sedikit pun. Wajah datarnya bahkan sama sekali tak berubah saat darah mulai mengalir dari bekas sayatan tersebut. Wanita itu mengambil tali dari dalam tas yang selalu dibawanya. Lalu ia mengikat korbannya dengan erat. Setelah itu ia mengangkat tubuh gempal korbannya itu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Setibanya di mobil, ia langsung menempelkan label yang bertuliskan 'selesai' dengan tinta berwarna merah.

Wanita itu segera melajukan mobilnya dan pergi dari kawasan tersebut. Ia membelah jalan ditemani heningnya malam. Tujuannya kali ini adalah ke sebuah lapangan besar yang terletak di ujung kota Gyeongju. Ia sengaja memilih lokasi itu karena saat ini ia berada di kota Gyeongju, Korea Selatan. Ia membelah jalan yang cukup sepi itu dengan bibir yang terus melengkung indah. Namun senyumnya langsung sirna saat sebuah panggilan masuk dan berdering cukup keras. Ia menepikan mobilnya lalu menerima panggilan tersebut.

"Sudah ku bilang jangan menghubungiku saat sedang bertugas!" ujar wanita itu dengan marah.

"Haeunie-nuna! Ada seseorang di depan rumahmu!" ujar adiknya melalui telepon.

Mendengar suara panik tersebut, wanita bernama Kang Haeun itu langsung memutar haluannya. Ia segera menuju ke tempat yang dibicarakan oleh rekannya tersebut. Ia bahkan sampai melupakan mayat yang ada di kursi belakangnya. Haeun dengan cepat memutar otaknya untuk menyingkirkan mayat itu tanpa membuang waktunya. Akhirnya ia terpikirkan sesuatu yang cukup mengerikan. Ia melihat jalan yang sangat sepi, lalu ia memutuskan untuk menepi sejenak. Ia menoleh ke segala arah, ternyata sama sekali tak ada kamera pengawas.

Tanpa pikir panjang, ia langsung memindahkan korbannya itu ke kursi di samping kemudi. Ia mengambil korek api dari saku celananya. Setelah itu ia langsung menuangkan bensin ke sekujur tubuh korbannya itu. Ia juga meletakkan kertas berlumuran bensin yang akan digunakan sebagai sumbu. Sebelum mengeksekusi, Haeun mendoakan korbannya itu terlebih dahulu.

"Semoga anda terlahir kembali menjadi orang baik," gumam Haeun.

Setelah mengatakan itu, ia menghidupkan mobil tersebut. Tanpa membuang waktunya, ia segera menyalakan korek api dan membakar kertas yang digunakan sebagai sumbu tersebut. Setelah itu ia langsung berlari menuju rerumputan untuk bersembunyi. Layaknya di dalam film, matanya berwarna merah terang saat melihat mobil itu terbakar. Haeun segera menghubungi seseorang melalui ponsel yang berbeda.

"Pergilah dari rumahku!" bentak Haeun.

"Haeun-ssi, jangan terlalu keras padaku ...," gumam seseorang dari telepon.

"Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku! Kau boleh pergi sekarang!" ujar Haeun dengan marah.

Tiba-tiba terdengar sirene khas mobil polisi yang semakin mendekat. Haeun langsung menelungkup di antara rerumputan agar tak terlihat. Cahaya dari lampu sorot yang dibawa oleh polisi mulai menerangi tempat persembunyiannya. Namun Haeun bukanlah orang yang akan dengan mudah ditemukan. Perhatian para polisi langsung teralihkan pada sebuah mobil merah yang melintas. Polisi segera memblokade jalan agar mobil itu berhenti.

"Selamat malam, Apakah bisa kami memeriksa identitas anda terlebih dahulu?" kata polisi tersebut.

Pemilik mobil itu keluar, lalu mengangguk dengan percaya diri. Haeun tersenyum miring saat mengetahui siapa pemilik mobil tersebut.

"Nona Park, anda tinggal di kota Seoul. Untuk apa anda berada di kota Gyeongju?" tanya polisi itu dengan tatapan yang mengintrogasi.

"Berlibur," jawab Eunra singkat.

Haeun mendecih pelan saat mendengar jawaban dari wanita tersebut. Bagaimana bisa ia memberikan jawaban paling murahan seperti itu? Ia sedikit mengangkat kepalanya agar Eunra bisa melihat ke arahnya. Tapi sayang sekali, seorang polisi melihat ke arahnya. Secepat kilat Haeun kembali pada posisi semula.

'Sial, bagaimana caraku bisa pergi dari sini?' batin Haeun.

~~~

"Pendatang baru paling terfavorit di tahun 2015 adalah ...."

Terdengar sorak-sorai semua orang yang memenuhi gedung tersebut. Mereka saling menyerukan pendatang baru yang menjadi pilihan masing-masing. Suasana bertambah meriah saat pembaca acara mulai membuka mulutnya.

"Han Youngsoo!" teriak pembawa acara itu dengan penuh semangat.

Seketika suasana gedung itu langsung pecah saat seorang pria yang mengenakan setelan jas berwarna hitam mulai menaiki panggung. Pria bernama Han Youngsoo itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Pembawa acara mengulurkan tangannya, yang langsung dibalas oleh pria tersebut. Setelah itu, pembawa acara memberikan piala penghargaan pada Youngsoo. Ia membungkukkan tubuhnya dan mengambil piala penghargaan tersebut.

"Bagaimana perasaan anda berhasil mendapat penghargaan pertama ini?" tanya pembawa acara tersebut.

Youngsoo tersenyum, ia menarik napas dan mengembuskannya secara perlahan. "Saya sangat bahagia. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang mendukung saya. Keluarga, teman-teman, dan Soovers, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya."

"Apa saja yang anda lakukan hingga bisa mencapai tingkat ini?" tanya pembawa acara tersebut.

"Saya hanya berlatih dan terus berlatih sampai saya merasa lelah. Saya juga tidak lupa berdoa dan meminta dukungan dari semuanya. Saya mencintai kalian!" ujar Youngsoo sambil mengangkat piala penghargaan yang ada di tangannya. 

Suasana bertambah meriah saat mendengar ucapan Youngsoo tersebut. Setelah mengatakan itu, ia langsung turun dari panggung. Ia menghambur ke arah manager dan timnya. Lalu mereka berpelukan dengan sangat bahagia.

"Menyedihkan sekali jika mati di siang hari," gumam seorang wanita yang ada di kegelapan.

Kang Haeun, seorang wanita yang saat ini tengah diberi tugas menjaga gedung itu dari para teroris. Sebenarnya ia masih lelah akibat pekerjaannya semalam, tapi uang memang benar-benar bisa membuatnya menjadi seperti anjing gila. Berbekal sebuah remot yang sudah diatur oleh Eunra untuk menghidupkan pengaman gedung itu, ia merasa percaya diri bisa menyelesaikan misi ini kurang dari lima menit. Sebenarnya ia sangat tercekik di dalam gedung ini. Hal itu di sebabkan karena ia sangat membenci industri musik yang dipenuhi persaingan.

Haeun mendesah pelan sambil menyapukan pandangannya ke segala arah. Ia melihat empat orang berpakaian hitam berdiri di setiap sudut gedung tersebut. Melalui kacamata sensornya, Haeun bisa melihat senjata tajam yang mereka sembunyikan. Menurut laporan, mereka akan melakukan penyerangan tepat jam 2 siang. Ia melirik arloji yang melingkar di tangannya. Ia tersenyum tipis melihat jarum detik yang terus berjalan.

"Tiga."

"Dua."

"Satu."

Haeun langsung menekan remot yang ada di tangannya. Seketika alarm pengaman gedung itu langsung berbunyi. Seluruh lampu langsung berubah menjadi merah dan menimbulkan kericuhan. Ia melihat pria berpakaian hitam yang semula sudah siap menembak, langsung berlarian keluar gedung. Haeun terkekeh pelan sambil beranjak dari tempat duduknya. Ia melempar remot yang ada di tangannya ke sembarang arah. Tiba-tiba saat ingin keluar dari gedung itu, lengannya ditarik oleh seseorang.

"Permisi, siapa kau?"

Haeun langsung menoleh dan bingung saat melihat Youngsoo berdiri di belakangnya. Ia menunjuk dirinya sendiri.

"Aku?" tanya Haeun.

Youngsoo menganggukkan kepalanya, lalu menunjukkan remot yang ada digenggamannya. "Kau yang melempar benda ini?"

Haeun langsung membelalakkan matanya. "Bagaimana bisa—"

Youngsoo mencengkram benda itu dengan kuat. "Benda ini mengenai kepalaku!"

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status