Share

06. Pelarian

"Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali," ujar Baekyung.

Youngsoo yang berada di kursi belakang mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Ia berusaha untuk bisa melihat sosok di luar mobil itu melalui kaca mobil yang sedikit terbuka. Baekyung yang sedang menatap Haeun tanpa sengaja melihat kehadiran Youngsoo. Ia tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Haeun.

"Hebat ... kau bahkan dekat dengan bintang yang sedang bersinar," ujar Baekyung setengah berbisik.

Haeun tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menjawab semua ucapan Baekyung melalui tatapan tajamnya. Dengan cepat ia menutup kaca mobil tesla itu, lalu memundurkan mobilnya agar bisa lepas dari mobil yang menghalangi jalannya. Baekyung yang melihat itu pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang mengusik pikirannya selama beberapa hari itu pergi dengan mudah. Namun saat ia baru menghidupkan mesin, mobil tesla itu sudah melesat pergi.

Baekyung terkekeh melihat hal itu. Ia tidak menyangka jika harus mengejar wanita hanya karena dibalut rasa penasaran. Wanita bernama Kim Haeun itu berhasil membuat kepalanya dipenuhi pertanyaan. Baekyung melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Ia memutuskan untuk tak lagi mengejar karena hasilnya bisa saja nihil. Ia tak ingin membuang waktunya untuk sesuatu yang sia-sia. Lebih baik ia menjalankan tugasnya.

~~~

"Kau mengenal orang itu?" tanya Youngsoo.

Haeun menoleh sekilas ke belakang tanpa menjawab, karena hal itu tidak ada hubungannya dengan Youngsoo. Ia kembali fokus pada tujuannya. Jalan yang awalnya sepi sudah kembali meramai. Ia melihat sebuah mobil yang melaju cukup kencang dari arah belakang. Ia sedikit menyingkir agar mobil itu melintas di depannya. Tapi di luar dugaan, saat sudah mendapat celah untuk lewat, mobil itu seakan menghimpit mobil tesla yang dikendarai oleh Haeun.

"Kau sudah memakai sabuk pengaman?" tanya Haeun.

Youngsoo mengangguk kaku. "Aku sudah memakainya sedari tadi."

"Pegang pria itu kuat-kuat, jangan sampai dia terlempar," kata Haeun.

Tanpa menunggu jawaban dari Youngsoo, ia langsung menaikkan kecepatan yang tak terduga hingga mobil avanza yang mengikutinya itu tertinggal cukup jauh. Ia segera menghubungi Eunra dengan panggilan darurat. Cukup lama menunggu asistennya itu mengangkat teleponnya, tapi akhirnya panggilan terhubung.

"Lacak mobil avanza yang mengikutiku saat ini," kata Haeun.

"Haaah? Aku tidak melihat ada mobil avanza yang mengikutimu," kata Eunra dengan bingung.

"Tapi tadi—"

Mata Haeun melebar saat mobil avanza itu sudah berada di depannya. Padahal jelas sekali ia melihat mobil itu di belakangnya, bagaimana bisa ada di depannya dengan cepat?

"Mobil avanza itu ada di depanmu!" kata Eunra dengan panik.

"Aku tahu!" kata Haeun.

Eunra mendeham pelan. "Karena dia ada di depan, kau bisa memutar arah sesuka hati. Aku akan mengirim jalan pintas untuk tiba di agensi dengan cepat."

"Bagaimama dengan mobilku?" tanya Haeun.

"Aku sudah membawanya pulang," teriak Heeyoung dari telepon.

Haeun tersenyum dengan tatapan nyalangnya. Berani sekali adiknya itu membolos sekolah. Jika bukan karena pekerjaan, ia pasti sudah pulang dan menghajar adiknya tersebut. Tak lama setelah suasana panggilan itu hening, sebuah pesan langsung masuk ke ponselnya. Haeun langsung mematikan map yang ada di mobil tesla itu. Ia meletakkan ponsel di dashboard mobil tersebut. Berbekal map yang sudah di atur oleh Eunra, ia mulai mengubah rutenya.

"Hei! Ke mana kau akan membawaku pergi?" kata Youngsoo dengan bingung.

Haeun mendesis pelan, ia memutar setir mobil itu menuju jalan yang tak terlalu lebar. Ia tak lagi mempedulikan racauan Youngsoo yang duduk di kursi belakang. Ia sibuk mengendarai mobil itu melintasi kerumunan orang. Berulang kali ia membunyikan klakson agar orang-orang itu menyingkir. Umpatan demi umpatan terus keluar mengiringi setiap laju mobil itu.

"Kau bisa menghancurkan reputasiku, bodoh!" kata Youngsoo yang sudah mulai kesal.

Cittt!!!

Haeun menghentikan mobil itu secara mendadak saat melihat seorang nenek yang terjatuh. Ia langsung menghambur keluar mobil meninggalkan Youngsoo yang masih terjebak di dalam. Ia membantu nenek itu untuk bangun. Setelah itu ia berlarian mengambil kentang yang menggelinding ke segala arah.

"Ahjumma, aku akan mengurus ini!" teriaknya sambil berlari mengambil kentang-kentang tersebut.

Youngsoo yang ada di dalam mobil hanya bisa mengamati wanita itu belarian mengambil kentang. Awalnya ia menyangka wanita itu menghentikan mobil karena marah mendengar ucapannya. Ternyata wanita itu hendak membantu nenek yang terjatuh. Hatinya sedikit terasa sakit, ia seperti iri dengan wanita itu. Ia sama sekali tidak punya keberanian untuk melakukan itu. Setiap harinya, ia dipaksa untuk menutup matanya demi reputasi. Ia bahkan diminta untuk tidak berteman dengan orang sekitar untuk menjaga reputasi baiknya.

Saat Youngsoo tengah sibuk dengan pikirannya, Haeun membuka pintu mobil. Ia menyodorkan sebuah roti pada Youngsoo.

"Ambilah! Aku tahu kau belum makan apa pun," kata Haeun.

"Aku tidak makan sesuatu yang belum diperiksa managerku," jawab Youngsoo.

"Saat bersamaku, akulah managermu!" kata Haeun.

Haeun menarik sebelah tangan Youngsoo dengan paksa. Lalu ia meletakkan roti itu di telapak tangan Youngsoo, tak peduli bagaimana reaksi pria itu. Haeun kembali melajukan mobilnya karena waktu sudah hampir jam 8 pagi. Ia harus tiba di agensi dalam waktu 1 jam. Jika tidak, Youngsoo bisa terkena masalah.

"Cepat makan," kata Haeun sambil fokus mengendarai mobil tersebut.

"Ternyata kau cukup perhatian ya!"

Haeun mendengus sebal saat mendengar godaan dari Eunra. Ia baru menyadari kalau panggilannya masih terhubung.

"Tutup mulutmu, bodoh!" kata Haeun.

"Kau menyebutku bodoh?!" tanya Youngsoo dengan suara yang sedikit meninggi.

"Aku sedang berbicara dengan temanku!" jawab Haeun yang sudah mulai kesal.

~~~

Setelah mengantar Youngsoo dengan selamat ke agensinya, Haeun pergi dengan hati-hati. Ia menurunkan topi baseballnya dan berjalan menuju belakang gedung. Ia akan menunggu kedatangan Eunra sambil beristirahat. Ia berlari kecil menuju kursi yang ada di taman bermain. Lalu ia menyandarkan tubuhnya yang sudah mulai kelelahan. Ia menengadahkan kepalanya menghadap matahari, lalu memejamkan kedua matanya. Rasa hangat mulai menerpa wajahnya. Sekian lama ia tidak merasakan hal seperti ini.

"Aku ingin hidup bebas," gumam Haeun dengan mata tertutup.

Tiba-tiba sebuah benda dingin menyentuh lehernya. Ia bisa mencium bau logam yang menyeruak masuk ke hidungnya. Perlahan ia membuka kedua matanya. Terlihat seorang pria mengenakan pakaian serba hitam dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Haeun menyentuh benda yang ada di lehernya itu. Ia tersenyum tipis saat menyadari bahwa benda itu adalah pisau.

"Mengapa kau berani mengkhianati tuan Kim?"

Haeun menaikkan sebelah alisnya. "Kau tangan kanannya?"

Pria itu mengangguk dengan tatapan tajamnya.

Haeun menghela napasnya pelan. "Jika dia punya tangan kanan sehebat dirimu, untuk apa dia memintaku untuk melakukan pekerjaan itu? Apa dia meragukan kemampuanmu?"

Pria itu mengeratkan genggamannya pada pisau tersebut. Pria itu nampaknya mulai terpancing. Haeun yang menyadari usahanya berhasil pun memundurkan kepalanya untuk menjauhkan pisau tersebut. Setelah itu ia menepis pisau itu hingga terpental cukup jauh. Kini pertandingan seimbang karena tidak ada yang membawa senjata. Haeun berdiri tegak di hadapan pria berpakaian hitam tersebut. Lalu ia tersenyum miring sambil menurunkan topinya.

"Apakah sebaiknya kita mencari tempat yang lebih sepi?" tanya Haeun.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status