Setelah kejadian malam itu. Poster Aleta terpampang di seluruh kota dan pelosok bersama keterangan jelas yang tertera.
"Dicari seorang wanita bernama Aleta Louison. Berkulit putih, tinggi 168 cm, berambut hitam dan bermata biru. Jika ada yang menemukan, segera hubungi +7 2373xxx." Baca seorang pria yang menemukan poster tersebut.
Guk
Sekarang sudah memasuki hari ketiga setelah masa penangkapan Aleta.Sejauh tiga hari itu. Aleta hanya diberi makan selama satu kali, yakni diwaktu siang. Sisanya ia harus kelaparan dan kehausan.
Bukan Aleta namanya jika tidak punya trik nakal. Setiap saat otaknya selalu menemukan ide-ide mengerikan yang tidak akan pernah terbesit pada pemikiran siapapun.Seperti detik ini. Gadis itu mengerjapkan mata. Langsung terbangun dan tersenyum sinis kala menyadari kedua tangannya tidak terbelenggu.
Sky berbalik. Ia hendak memilih kembali saja. Meninggalkan jazad Liev di hadapan Romis dan Jhon.Karena tak punya pilihan. Romis juga tak semudah itu membiarkan Sky pergi tanpa pertanggungjawaban.
Aleta tidak sadar. Dari tadi Minni memperhatikannya. Teman, yang selama ini selalu menyebut Aleta mengerikan. Kini, ia merasakan betapa perhatiannya Aleta dibalik kengerian tersebut."Ayo, bawa dia ke kamar favoritnya!" Perintah inspektur.
Aleta menggaruk kepalanya, yang tak gatal. Ia berkata lirih. "Jatuh cinta? Um, aku kurang mengerti.""Ya ampun … rupanya kepiawaian mu hanya membuat onar, yah. Sementara urusan hati kau sangat polos atau bodoh, ha ha."
Biar bagaimanapun. Aleta masih manusia. Ia psikopat tapi ia punya hati. Dimana dalam hatinya bisa jadi ada kebaikan, yang nyaris tidak pernah tampak.Berkat hadiah pemberian Aleta. Kemarahan Lousion meluruh. Ia mencium liontin tersebut berulang kali.
Sky keluar. Begitu pria itu memasuki pintu rahasia, yang tersembunyi di balik gang kecil. Aleta mendorong pintu mobilnya dari dalam."Eh, kenapa bisa dibuka?" Tanya Minni heran.