Beranda / Romansa / Born Again / Keinginan Meita

Share

Keinginan Meita

last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-10 23:13:55

Meita duduk di tepi ranjang sambil menangis tanpa suara. Wanita 27 tahun itu menunduk sedih menatap lantai, menyembunyikan air matanya dari sang suami. Meski memunggungi David, namun lelaki itu tahu jelas istrinya sedang menangis. Pembicaraan mereka yang sejak tadi masih saja berputar tiada henti.

David mengulurkan tangan kanannya, berusaha menyentuh bahu istrinya dengan hati-hati seolah dia adalah sebuah vas yang rapuh.

“Sayang ... Kamu pasti akan baik-baik saja. Lihatlah sendiri nanti, waktu akan menyembuhkan segala lukamu,” ucap David lembut.

Meita tidak merasa terhibur sama sekali. Wanita itu justru mendengus sebal mendengarnya.

“Aku ingin mengembalikan waktu kalau bisa. Aku ingin kembali ke masa-masa zebelum hamil dan menunda kehamilan itu,” balas Meita dengan nada pahit.

“Artinya kamu tidak ingin Keanu lahir?”

“Ya!” jawab Meita jelas.

David menelan ludah dengan susah payah. Lelaki itu tahu bagaimana dirinya tidak akan bisa memenangkan perdebatan ini. Jika Meita sedang sakit hati, maka dia bisa saja mengatakan segala hal yang terlintas di kepalanya tanpa pikir panjang lagi.

Tetap saja, David mengira Meita hanya terbawa emosi sesaat saja. Dia tak mungkin tidak mencintai Keanu, putra kandungnya sendiri. Ibu mana yang tega tak mengakui bayinya hanya karena rasa sakit semata?

“Aku membencimu, Keanu,” gumam Meita seolah tanpa sadar.

Tatapan wanita itu tertuju pada sang bayi yang sedang tertidur dengan pulas di atas ranjang. David melirik Meita dengan kening berkerut dalam, berharap dirinya telah salah dengar.

“Mei—“

Oek ... Oek ...

Ucapan David disela oleh tangis Keanu yang kembali pecah. Meita mendengus sebal mendengar berisiknya tangis sang bayi. Sementara David dengan sigap mengangkat tubuh anaknya dan menggendong Keanu dengan hangat.

Tak seperti sebelumnya, kali ini David tak berhasil menidurkan Keanu dengan menimang-nimangnya. Hingga lengan David terasa kaku, bayi itu tetap saja menggeliat-geliat marah dan terus menangis. Sekarang malah mulutnya terbuka lebar dan kepalanya menoleh kesana-kemari, seakan sedang mencari ASI.

“Mei, sepertinya Keanu lapar,” ujarnya pada Meita.

Meita menatap lelaki itu dengan pandangan tajam. Dadanya terasa panas karena rasa sakit, masih saja David menyuruhnya menyusui Keanu. Dia bangkit berdiri dengan enggan dan mendekati David. Diambilnya Keanu dari tangan lelaki itu, kemudian dia berjalan kembali ke ranjang dengan langkah-langkah lebar karena kesal.

“Awas, Mei!” tegur David seraya memegangi tubuh Meita yang terpeleset.

“Aw, sakit.”

David menatap Meita yang mengeluh kesakitan, berusaha mencari tahu kenapa.

“Kamu baik-baik saja?”

“Menurutmu?” sindir Meita dengan tajam.

Dia berdiri dengan posisi canggung dan tidak enak, sementara juga merasakan rasa perih yang berasal dari jalan lahirnya. Meita mengernyit menahan sakit sambil tetap menggendong Keanu yang sekarang menjerit-jerit tidak sabaran.

“Mana yang sakit, Mei?” tanya David.

“Semuanya sakit,” jawab Meita.

“Yang benar? Yang paling sakit yang mana?”

“Jahitanku,” Meita menjawab serius.

Dia tidak berbohong mengenai rasa sakitnya. Memang sekujur tubuhnya teasa sakit semua, terutama di bagian organ vital, sebab dia melahirkan Keanu secara normal dengan berat bayi empat kilogram. Wajar saja jika kemudian Meita mendapatkan banyak jahitan.

“Jangan-jangan jahitanku robek,” ucap Meita cemas.

Raut wajah David berubah pucat. Dia menemani sang istri sewaktu Meita melahirkan putra mereka. Dia tahu bagaimana Meita menangis mendapatkan banyak jahitan waktu itu. David sendiri tak bisa berhenti gemetar membayangkan bagaimana rasa sakitnya dijahit.

“A-Apa yang harus aku lakukan?”

“Gendong dia!” sahut Meita ketus. “Kau tahu aku kesakitan dan masih mau menyuruhku menyusui dia?”

David menurut. Dia menggendong kembali Keanu meski anak itu terus rewel. Meita berbaring di ranjang dan berpura-pura tidak mendengar jerit tangis Keanu.

David menghela napas panjang. Dia terpaksa harus membuatkan Keanu susu formula sambil mengayun-ayun tubuh mungil itu agar diam.

“Mei, maukah kau menyusui Keanu?”

Pertanyaan itu membuat Meita membuka matanya. “Dadaku sakit, Vid.”

“Aku tahu, aku tidak memintamu memberinya ASI. Aku hanya ingin kau duduk dan memberikan susu formula ini kepadanya.”

Meita menatap suaminya heran. “Kenapa begitu?”

“Karena dia tidak mau menyusu. Kupikir, mungkin dia ingin dipangku oleh ibunya.”

Meita diam sejenak. Kemudian dia mengulurkan tangan setelah melihat wajah lelah David. Dia memberikan susu formula itu kepada Keanu.

Mulanya bayi itu masih tetap tidak mau menyusu, namun perlahan-lahan dia menyedot isi botol karena kehausan.

“Nah kan, apa kubilang. Kamu hanya perlu bersabar sedikit,” ucap David memandang putranya yang diam dalam pangkuan Meita.

“Sayangnya aku tak punya kesabaran itu, Vid. Aku tak cukup baik untuk menjadi seorang ibu.”

David diam tak menjawab.

Sementara Keanu mulai terpejam dalam pangkuan ibunya. Tangan-tangan mungil Keanu bergerak-gerak menyentuh tangan Meita. Jemari mungilnya menggenggam erat telunjuk Meita seakan enggan melepasnya. Meita menatap sepasang mata bulat yang terpejam itu, nampak mungil dan menggemaskan. Terutama bibir itu, yang mirip sekali dengan bibir David.

Betapa imutnya makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini, batin Meita menyadari. Andai saja Meita bisa mencintainya dengan lebih baik ....

“Kapan kau akan melunasi hutang ke ibumu? Dia sudah menanyakannya tadi pagi.”

David tersentak sadar. Dia menoleh menatap Meita dengan muram.

“Oh ya? Nanti aku carikan. Untuk sekarang masih belum ada.”

“Hmm, jadi bagaimana kita akan merawat bayi ini jika tak ada uang?”

“Nanti aku cari tahu. Kau tenang saja. Tak usah memikirkan hal ini.”

Bagaimana bisa Meita tidak memikirkan hal itu?

“Vid, pertimbangkanlah usulku itu. Kita bisa menjual eh maksudku memberikan anak ini kepada seseorang yang menginginkannya. Jadi, kita tak perlu memikirkan tambahan beban dalam rumah ini.”

David mendelik menatap istrinya. Keningnya berkerut dalam kemarahan.

“Apa kau sudah gila, Mei? Ini anakmu, darah dagingmu sendiri. Tega sekali kau berniat menjualnya!”

“Tapi aku sudah tak tahan lagi. Aku sudah lelah. Aku ingin kembali ke masa gadisku dulu. Aku ingin pergi jauh dan meninggalkan kalian semua!”

“Astaga, Meita ... Tidak kukira kau punya pikiran seperti ini. Aku memakluki sikapmu karena kau baru saja melahirkan. Kau mungkin mengalami baby blues dan belum terbiasa dengan keadaan ini. Tapi, sampai hatikah kau ingin pergi meninggalkan kami?”

Meita terdiam. Dia memalingkan wajahnya dari David.

“Lihatlah di pangkuanmu itu, Mei. Lihat Keanu yang mungil dan polos itu. Tegakah kau melihat dia harus menjalani kehidupan ini tanpamu?”

“Tapi aku—“

“Dengarkan aku, Meita. Jika ada yang salah di sini, maka akulah yang bersalah. Kau bisa mengumpati aku sepuas hatimu, tapi jangan membenci Keanu. Dia tidak berdosa.”

Memdengarkan ucapan David membuat Meita mempertanyakan kewarasannya sendiri. Apakah dirinya memang sudah gila?

“Aku tetap ingin membalikkan waktu andai aku bisa,” gumamnya lirih.

David menghela napas panjang dan berat. “Terserah kau sajalah!”

Siapa sangka doanya itu akan terkabul lebih cepat dari yang dia duga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Born Again   Menjadi Rhea

    Meita terbangun pukul empat pagi. Kedua matajya terbuka nyalang walau sebenarnya dia masih lelah. Secara otomatis, tangannya meraih ke sisinya, tempat biasanya si bayi tertidur pulas. Lalu dia bangun dan mencari-cari panik ketika tidak menemukan David maupun Keanu di tempat tidur. Lalu dia ingat. Oh benar, dia bukan sedang di rumah kontrakan dua petak yang disewa bersama David. Dia bahkan bukan Meita lagi. Dia adalah Rhea. Gadis tujuh belas tahun yang kaya raya. Meita tersenyum miris. Bukankah ini yang dia inginkan selama ini? Me-reset hidupnya, mulai dari awal lagi? Dia sudah mendapatkannya. Entah dengan cara bagaimana dia bisa bertukar tubuh dengan Rhea. Dia bisa merasakan kembali muda lagi, menjadi gadis tujuh belas tahun yang bebas. Tubuh muda yang tak sakit-sakitan, wajah cantik dan plus bonus kaya raya! Tapi entah mengapa ada sudut hatinya yang terasa hampa. Mungkin karena dia belum terbiasa dengan kesunyian ini. Dia merasa ada sesuatu yang hilang. Tangisan bayi dan ...

  • Born Again   Keluarga Askara

    Kembali ke kamar, Meita merasakan kepalanya berdenyut-denyut nyeri. Ada sesuatu yang salah. Dia merasa sesuatu seolah sedang memperhatikan dirinya. Seolah dia sedang bersama seseorang meski kenyataannya dia sendirian. AC kamar itu membuatnya menggigil, walau tadinya tidak. Tapi dia tidak mematikan atau menaikkan suhunya. Dia hanya duduk di meja belajar. Menatap ponsel. Dia tidak tahu harus mulai dari mana. Dia membuka laci-laci meja, berharap menemukan sesuatu. Dia membongkar buku-buku di rak, menurunkannya satu per satu. Tak ada apapun. Mengembalikannya lagi ke tempat semula. Membuka-tutup laci-laci, lagi. Hanya ada buku-buku catatan, pulpen, kotak pensil, aksesoris, gantungan kunci dan macam-macam benda perintilan yang tidak penting. Ayolah, Rhe. Pasti ada sesuatu. Semacam ... buku diary? Apa Rhea tipe anak yang tidak suka menulis diary? Meita dulu selalu menulis di buku diary tentang perasaannya. Buku yang kemudian berakhir di tong sampah. Meita mulai membuka-buka buku-buk

  • Born Again   Bayangan Misterius

    Kamar itu dipenuhi aroma surga. Itulah yang dipikirkan Meita. Hidungnya membaui kuat-kuat. Aroma parfum yang enak, tidak memualkan. Entah mengapa memberikan perasaan nyaman. Dia coba berbaring di tempat tidur, yang terasa seperti tumpukan selimut tebal. Empuk, seperti di atas awan. Tanpa sadar dia tersenyum. Apakah ini semua anugerah untuknya? Setelah semua kesulitan yang dia hadapi selama ini? Mungkin Tuhan akhirnya merasa kasihan, sehingga memberinya kesempatan kedua ini. Apapun itu, untuk saat ini dia akan menikmatinya saja. Oh, betapa enaknya hidupmu, Rhea! Kau pasti gadis paling beruntung di muka bumi ini. Bagaimana rasanya hidup dalam kenyamanan ini setiap hari? Trims, sudah membagi sedikit hidupmu denganku, batin Meita. Tuk! Tuk! Senyumnya terhenti. Saat itu dia yakin telah mendengar sesuatu. Sebuah suara samar. Dia menajamkan telinga. Tuk. Tuk. Tuk. Dia bangkit berdiri, agak kesusahan. Berjalan ke arah sumber suara sambil terus mendengarkan. Suara itu hilang-timbu

  • Born Again   Wajah Siapa?

    "Kamu mau dibantu ganti baju?" Pertanyaan itu menyentak Meita dari lamunan. Dia baru sadar bahwa mereka sedang mengamati dirinya. Meski bingung, dia menggeleng. Tangannya mengambil pakaian dari tangan Wina dan segera masuk ke dalam kamar mandi dengan memakai kruk. Kamar mandi itu cukup luas. Dengan keramik putih mengkilat. Kesannya mewah. Bahkan ada sebuah cermin besar panjang yang memantulkan bayangan seorang gadis kurus pucat dengan rambut riap-riapan yang sedang membelalak padanya! "Aaaargh!" Meita terlompat mundur dan menabrak pintu. "Rhea, kau baik-baik saja?" Suara Wina dari balik pintu terdengar cemas. "Ada apa disana?" Untuk sesaat jantungnya berlompatan. Dia terus menatap bayangan di cermin itu, yang jelas-jelas bukan dirinya. Siapa itu? Perlahan dia mengangkat tangannya, menatapnya gemetar. kedua tangan itu bukan tangannya. Dia menyentuh wajah, terasa halus dan berbeda. Hidungnya mancung dan mungil, rambutnya hitam lebat lurus sepinggang. Terasa halus walaupun ac

  • Born Again   Hilang Ingatan?

    “Dokter, apa dia mengalami amnesia?” Hendra Askara bertanya dengan nada heran. Pria paruh baya itu menatap dokter meminta penjelasan. Sikap Rhea sungguh di luar dugaan. Hendra bisa memahami jika putrinya akan berontak dan marah-marah jika dia tidak mau menuruti perintah papanya. Dia bahkan mengira Rhea akan berusaha kabur darinya. Tapi, kenapa dia justru bersikap seolah tak mengenalinya? Apakah ini salah satu tipu daya sebagai usaha untuk lolos dari masalah ini? Ataukah ini akibat kecelakaan yang meninggalkan cedera di kepala anaknya? “Saya rasa tidak, Pak.” Dokter yang berdiri tak jauh dari Rhea menjawab. “Lalu kenapa dia tidak dapat mengenali kami?” Dokter Rima, yang baru saja merasa yakin bahwa pasiennya cukup baik untuk dibawa pulang mendadak merasa heran. “Berdasarkan pemeriksaan CT, kami dapat menyimpulkan bahwa tidak ada trauma dalam. Dia hanya mengalami benturan kecil saja, berkat Airbag yang berfungsi dengan baik. Jadi kecil kemungkinan Rhea bisa mengalami amnesia,

  • Born Again   Hidup Kembali

    Meita membuka kedua matanya dengan berat. Kepalanya terasa pusing dan sakit sekali. Dia merasa seperti sudah dipukuli dengan palu godam. “Argh ....” Meita mengerang pelan seraya memegang kepalanya. Di area sekitar pelipis terbalut perban sampai memutar mengitari seluruh kepalanya. Dia terus meraba-raba, sampai merasakan sebuah cairan merembes keluar mengenai jari-jarinya. Meita mengernyit, berharap cairan itu bukanlah darah. Ditatapnya jari-jarinya yang berlumur sesuatu berwarna kemerahan. Dia berpikir mungkin itu adalah betadine. Tapi, ada sesuatu yang membuatnya merasa aneh. Dia mencoba memikirkan apa yang berbeda. Sejak kapan jariku menjadi lentik dan terawat? pikir Meita heran. Dia membolak-balik jemari tangannya dan mengamati. Jari-jarinya sungguh indah, mirip jari tangan para model yang mulus dan tak bercela. Seingatnya dia memiliki jari tangan yang pendek dan bulat, bukan tipe yang panjang dan lentik seperti ini. Lagipula, sejak kapan dia mengenakan cat kuku berwarna m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status