Lukas Layton, salah satu Pastur yang sangat mengenal Jordan dan sering bertemu Mamanya, terkejut melihat Mary Helena dan Siggy didorong hingga terjatuh ke lantai.
“Oh, kalian tidak apa-apa? Ayo berdirilah,” Lukas membantu menarik lengan Mary Helena dan Siggy yang bergegas bangkit membantu Nyonya majikannya.
Mary Helena menatap Pastur yang menolongnya, “Apakah Anda mengenali Jordan, Pastur?” tanyanya pelan dan terlihat sangat sedih pada matanya.
“Tentu saja. Jordan adalah siswa yang sangat jenius. Seharusnya Jordan adalah Pastur muda dengan nilai paling tertinggi lulus hari ini. Kita juga sudah pernah bertemu sebelumnya, Nyonya Mary Watanabe,” sahut Lukas sopan.
“Saya Lukas, Lukas Layton.” tambah sang Pastur memperkenalkan dirinya sendiri pada Mary Helena juga Siggy.
Lukas membawa Mary Helena dan Siggy yang telah selesai memunguti makanan yang tadi dia bawa untuk Jordan, ikut tumpah ke lantai saat anak buah Ben Horik mendorong mereka terjatuh ke lantai.
“Katakan Pastur, Jordanku tidak melakukan seperti tuduhan yang disebutkan dalam aula sana. Jordanku tidak melakukan zina dan pembunuhan 'kan, Pastur?” Mary Helena bertanya dengan wajah sangat sedih menatap mata Pastur di depannya yang tetap tersenyum hangat.“Saya juga terkejut mendengar pemberitaan tersebut. Tetapi saya juga tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi. Maafkan saya, Nyonya!”
Kepala Mary Helena menggeleng dan airmatanya kembali merebak sehingga Siggy segera memberikan sapu tangan ke tangan Nyonya majikannya itu yang selalu anggun dalam bersikap.“A-apakah Jordanku dijebak dan dibunuh, Pastur? Kenapa? Apa salah anakku? Apakah salah menjadi murid yang pintar? Jordan tidak mungkin melakukan zina dan pembunuhan, apalagi bunuh diri! Saya tidak bisa percaya …”
“Bunuh diri? Siapa yang mengatakan hal seperti itu pada kalian?”Lukas memotong ucapan Mary Helena dan bertanya pada kedua wanita yang dia tatap bergantian di depannya tersebut.
“Penjaga yang tadi mendorong kami mengatakan jika Jordan bunuh diri, Pastur.” Siggy memberikan jawaban.Kini kepala Lukas yang menggeleng dengan tatapan rumit.
“Jordan kabur dan tidak seorang pun yang mengetahui kemana perginya saat dia menginap di luar asrama tadi malam. Semua barang-barang dan pakaiannya ada di kamar dalam asramanya.” tutur Lukas yang kini dia mengetahui seperti ada permainan jebakan untuk murid jenius yang sangat patuh pada perintah Tuhan tersebut.
Sejak pembicaraan bertiga tersebut, Siggy pulang sendiri ke rumah Mary Helena di pedesaan. Sedangkan Mary Helena bersama Pastur Lukas tidak pernah terlihat lagi juga tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan mereka.
--
“Aku bukan penjahat! Aku tidak berzina juga tidak membunuh!” protes Jordan saat sampan yang membawa dirinya telah tiba dalam lorong di pulau.
Jordan di dorong oleh pengemudi sampan agar turun ke tanah bebatuan lembab juga sangat licin, dimana tiga orang juga datang menjemputnya turun dari sampan.
“Ya, kamu bebas berkata apa pun di sini, Jordan Smith Watanabe! Tidak akan ada seorangpun yang percaya pada ucapanmu, mungkin dinding-dinding batu ini juga tidak!” cetus salah satu dari tiga orang yang terlihat berpakaian parlente pada Jordan.
“Kenalkan saya adalah Langley tanpa nama belakang, hanya Langley! Well, selamat datang di penjara dimana tempat para penjahat terhebat negri ini berakhir di sini. Mari saya antarkan Anda pada ruangan Anda,” tambah Langley sambil memberi kode pada pengemudi sampan agar segera pergi berlalu.Dua orang yang datang bersama Langley, memegangi lengan Jordan dan membawa pria itu menaiki tangga batu serta lorong demi lorong gelap mengikuti Langley yang berjalan paling depan.
“Bagaimana Jordan? Saya memilihkan ruangan paling bagus untukmu. Di sini kamu bisa melihat sinar matahari, sapa tau kamu ingin berdoa sambil melihat sinar!” cetus Langley setelah dia membuka ruangan yang pastinya berdinding batu dan memiliki jendela sangat tinggi yang bisa melihat sinar matahari di bagian langit-langitnya.
Jordan terdiam, matanya memindai sekelilingnya yang tidak terdapat apapun dalam ruangan tersebut.
Tidak ada apapun! Termasuk tempat tidur ataupun kursi duduk kecuali rantai-rantai yang tergantung menjulur dari langit-langit pada salah satu sisi ruangan.“Oh ya, di penjara ini, kami memiliki peraturan memberikan hadiah pada semua tahanan kami di sini. Hadiah pertama adalah saat kedatangan dan hadiah berikutnya diberikan pada hari ulang tahun masing-masing tahanan.” tutur Langley dengan senyum tipis menyeringai pada bibirnya menatap Jordan yang masih muda tetapi terlihat sangat tampan.
Satu telapak tangan Langley menengadah ke samping bahunya dan anak buahnya memberikan cambuk ke tangan kepala penjara di pulau tersebut.
Kedua anak buah Langley menarik tubuh Jordan untuk mengaitkan tangan dan kakinya pada rantai yang membuat tubuh Jordan seperti huruf X dimana kedua pergelangan tangan dan kakinya terikat pada rantai.
“Tidak! Aku sungguh tidak bersalah! Aku di jebak!” teriak Jordan namun dirinya tidak kuasa melawan kedua anak buah Langley yang menyeringaikan senyum masam menanggapi perkataan Jordan.
“Berteriaklah, panggil Tuhanmu agar dia menolongmu dan membawamu keluar dari sini dalam bentuk kematian!” ucap Langley sinis berdesis jijik pada Jordan.Langley mendapat diperintah untuk menghukum Jordan hingga babak belur memohon kematian, sama seperti semua para tahanan yang di penjara pulau ini.
Langley mengayunkan cambuk di tangannya ke punggung Jordan sebanyak dua puluh dua kali sesuai dengan usia pria muda itu.
“Bagaimana? Apakah sudah ada tanda-tanda Tuhanmu akan datang?” ejek Langley sinis melihat wajah Jordan sudah banjir keringat bercampur airmata.
Bibir Jordan sudah tidak bisa lagi berteriak namun dalam hatinya dia memanggil Tuhan dan yakin akan cintaNYA selalu.
“Ach, saya lupa mengatakan …setiap kamu ulang tahun, hadiah cambukanmu akan bertambah sesuai dengan usiamu.”
Selesai berkata pada Jordan, Langley langsung pergi keluar dengan senyum tersungging cerah pada wajahnya dan kedua anak buahnya melepaskan borgol pada kedua tangan dan kaki Jordan yang membuat tubuh pria muda itu jatuh menggelosor pada lantai tanah berbatu.“Tuhan, apa yang Engkau inginkan untuk aku pelajari dari kejadian ini?” gumam Jordan sambil merapalkan doa-doa agar dia bisa mengalihkan rasa perih, ngilu dan sakit pada punggungnya yang sudah berdarah-darah dicambuk Langley.
Mata Jordan melihat ke arah langit-langit ruangannya yang sudah gelap gulita. Tidak ada cahaya apa pun dalam ruangan tempatnya di kurung tersebut yang berarti sudah malam hari.
“Mama …Tuhan, tolong lindungi dan jaga Mamaku. Hanya dia yang aku punya selain Engkau, Tuhan.” monolog Jordan masih tetap kuat dengan keyakinannya jika Tuhan tidak akan pernah meninggalkan siapapun yang menyebut namaNYA.
Pintu baja ruangan Jordan di gedor dari luar dan pada bagian bawah pintu terbuka sedikit yang petugas mendorong kasar mangkuk berisi soup ke dalam ruangan Jordan.
Sebagian kuah soupnya ikut tumpah karena didorong kasar oleh petugas dan hanya menyisakan sedikit yang tentunya tidak akan mengenyangkan sama sekali.
“Makan, jika Anda masih ingin hidup dan melihat sinar matahari esok hari!” teriak penjaga dari luar pintu dengan suara keras pada Jordan.
Dengan merangkak, menahan perih, ngilu dan sakit pada punggungnya, Jordan mengambil manggok dan meminum isinya yang lebih banyak berisi air tersebut sambil tetap menelungkup.
Jordan tidak bisa bangun berdiri ataupun duduk, tulang-tulang punggungnya sungguh sangat perih akibat dicambuk oleh Langley, seakan tulang belulang pada tubuh Jordan patah dibuatnya.
Jordan kembali tertidur setelah meminum soup yang seperti air kotor dengan rasa sangat tawar tersebut hingga bangun terperanjat ketika pintu ruangannya kembali di gedor dan hari sudah terang terlihat pada jendela kaca di langit-langit ruangannya.
Mister Bough mengamuk murka. membanting semua benda di atas meja kerjanya berantakan jatuh ke lantai, begitu melihat tayangan video yang dikirimkan oleh seseorang ke ponselnya.Dua orang anak buahnya yang menyeret tubuh Kaye ke dalam danau, terlihat beberapa kali mengikuti Ben Horik berpergian. Hal tersebut jelas mengindikasikan jika kedua anak buahnya tersebut selama ini membelot pada pihak Ben Horik. "Beraninya pria terkutuk itu menyusupkan mata-mata di sekitarku!" Mister Bough mendengkus geram memukul meja kerjanya dengan telapak tangan terkepal kuat. "Tiger, bawa semua anggota keluarga kedua orang itu ke hadapanku dan ..." "Permisi, Sir." terdengar suara ketukan pada daun pintu ruang kerja, "Ada Zero ingin bertemu Anda, membawa oleh-oleh." penjaga di depan pintu berteriak nyaring memberitahukan kedatangan Zero sehingga memotong perkataan Mister Bough yang ia tujukan untuk Tiger, asisten pribadinya. "Masuk!" Zero melangkahkan kakiinya memasuki ruangan kerja Mister Bough yang b
Entah sudah berapa jam Zetha merawat tubuh besar Maximus yang ia buat tetap tertidur pulas selama diberikan perawatan dan pengobatan, Luciano Sky selalu sigap luar biasa mendampingi, menyiapkan segala sesuatunya memudahkan pekerjaan Zetha. Dari menyodorkan jepitan sedotan ke sela bibir Zetha ketika mendengar hembusan napas pelan istri cantiknya itu, mengelap keringat, juga menyingsingkan lengan bajunya sampai ke turut serta menggunting benang begitu Zetha selesai membuat simpul dari menjahit bagian-bagian tubuh Maximus yang terbuka. Luciano dan Zetha benar-benar pasangan yang seiring senapas. Luciano selalu tahu apa yang harus dia lakukan dan diinginkan oleh Zetha tanpa istrinya itu berkata mengungkapkannya.Pun sebaliknya, Zetha akan selalu tahu saat Luciano menahan napas ketika tanpa sengaja jemari tangannya menyentuh tangan Marco Ilso yang ia genggam secara refleks. Zetha akan mendekatkan posisi tubuh serta kepala ke depan bibir Luciano agar suaminya itu bisa mengecup atau menciu
Jordan dengan Lagertha duduk pada kursi penumpang, mengemudikan mobil sport yang Lagertha curi, sangat cepat mengikuti mobil di depan mereka yang dikemudikan oleh anak buah Jasper melaju kencang membawa Maximus, Marco dan Kai ke landasan pacu helikopter. Maximus terluka parah, pun juga Kai mengalami cidera tusukan pisau pada perutnya. Mereka benar-benar seperti berlomba dengan waktu. Marco sudah menghubungi dokter terbaik untuk Maximus dan Kai sebelum diperintahkan oleh Jordan. Marco sangat paham seperti apa peran Maximus bagi Jordan dan Lagertha.Iringan mobil anak buah Jasper dan Jordan yang seolah membelah pekatnya jalanan daerah perbatasan, berpapasan dengan rombongan mobil pasukan keluarga Bough. Mister Bough yang turut serta berada dalam mobil anak buahnya, menolehkan kepalanya sejenak memandangi bagian belakang mobil sport yang dikemudikan Jordan.Alis pria tua tersebut terlihat sedikit bertaut, tetapi belum sempat bibirnya memberikan perintah pada sopirnya untuk berbalik, k
Jordan menyambar jubah dari tubuh mayat yang memiliki ukuran paling besar, melingkupkannya ke Maximus yang menyeringaikan sudut bibir tersenyum getir. "Aku tidak mengijinkanmu mati, Max! Jadi bertahanlah dan akan ku cari dokter terbaik untuk mengobatimu." bisik Jordan lembut tetapi setiap suku katanya penuh penekanan akan perasaan terdalamnya. "Kai, Lagertha ...!" Jordan berseru memanggil Lagertha dan Kai yang berlari meloncat bergegas mendekat. Malang bagi Kai yang sangat terburu-buru, ia justru berhadapan dengan Kaye yang masih menggenggam pisau di tangannya. Atau mungkinkah takdir untuk Kai? "Kai ...!" Maximus berusaha memanggil lirih untuk memperingatkan pemuda itu akan Kaye yang pandai ilmu beladiri. "Aku melihat ada mobil sport di samping rumah, cepatlah bawa Max ke sana. Segera aku akan menyusul." Jordan berbisik pada Lagertha yang tatapan matanya ragu, tetapi ia tetap menganggukkan kepala. "Kaye itu licik. bantu Kai ..." Maximus berkata sangat pelan yang langsung dimenge
Bagian depan pintu masuk gelap. Percikan cahaya terlihat jauh di dalam ruangan yang sepertinya itu adalah cahaya lilin.Jordan memberi kode untuk ia masuk lebih dulu ke dalam rumah, Lagertha di tengah dan bagian belakang Kai yang waspada akan sekelilingnya.Baru saja Jordan masuk ke dalam ruangan, wajahnya langsung terteleng ke samping. sebuah tinju dengan tenaga besar sangat kuat menghantam rahangnya hingga berderak.Perkelahian tidak dapat dielakkan. Jordan menutup pintu di belakangnya agar Lagertha tidak masuk dulu bersama Kai.Sang pria di dalam rumah kembali melayangkan pukulan ke arah Jordan, tetapi pemuda itu telah merunduk dan needle di tangannya dengan cepat menusuk perut sang pria yang ia gerakkan ke samping untuk merobek tanpa ampun.Mereka harus cepat, Jordan tidak memiliki waktu untuk bermain-main. Ia menarik needle dari perut sang pria yang terduduk menekuk lutut di lantai setelah memburai isi dalam perutnya ke
Jordan masih terbaring menengadah, melihat titik-titik air hujan yang jatuh melewati dedaunan lebat di atasnya. Hujan lebat kembali mereda berganti gerimis. Namun Jordan belum ingin bangkit dari posisi tidur telentangnya. Beberapa burung sudah keluar berkicau dan tupai serta monyet bersenda gurau di atas pepohonan. Jordan memperhatikan semuanya. Ia juga merasakan pil yang dijejali Zero masuk ke dalam mulutnya sudah mulai bekerja dari dalam, membuat pernapasan jadi teratur pun peredaran darahnya semakin lancar. "Pejamkan matamu, tebaslah titik-titik air tanpa membasahi tangan!" terngiang dalam kepala Jordan arahan dari Keigo, Papa kandungnya sewaktu ia masih dalam penjara tengah pulau. Jordan juga teringat ketika tadi Zero mengatakan, ""Latih fokusmu menebas titik-titik air hujan! JIka tidak, kau tak pantas mendapatkan istri cantik seperti Lagertha Connor!" Pria bertopeng itu juga menyebut Jordan, lamban, lemah dan tatapan kedua matanya terlihat sangat meremehkan Jordan. Perlahan