Ben tak segera menjawab setelah mendapat pertanyaan dari Rendra.Dan kenapa juga Lolita harus memperdengarkan suaranya di saat yang tidak tepat seperti sekarang?“Ben, gue nggak budeg. Itu suara cewek kan? Bukannya istri lo masih di kantor ya?” Rendra keheranan. Tadi setelah dari kantor Galaxy Group, pria itu melesat dengan cepat menuju apartemen Ben. Ia tidak mampir ke mana-mana. Jadi tidak mungkin Angel mendahaluinya.Merasa tidak mungkin lagi untuk mengelak, pada akhirnya Ben memutuskan untuk berterus terang. Toh ini adalah Rendra, temannya yang sudah sangat mengenal Ben dan sudah sangat hafal sebajingan apa dirinya.“Itu Lolita, Ren.”“What the heck!” Rendra menunjukkan ekspresi terkejut bukan main.“Maksudnya Lolita mantan lo?” sambung lelaki itu lagi.“Gue nggak pernah putus sama dia.”“Apa maksudnya lo nggak pernah putus?”“Gue nikah sama Angel karena terpaksa asal lo tahu. Bukan karena gue yang mau.”“Terpaksa gimana?” Rendra ingin agar Ben memperjelas jawabannya.“Panjang cer
Berhubung seharian ini Ben tidak masuk maka Angellah yang mengambil alih hampir semua tugas laki-laki itu. Apalagi asisten pribadi sekaligus wanita kesayangannya juga absen.Angel hanya mengangkat bahu ketika ada yang bertanya ke mana perginya Lolita. Para pegawai pasti heran lantaran perempuan itu juga ikut-ikutan tidak muncul.“Bu Angel, udah jam sembilan, Ibu nggak pulang?”Suara Luna yang terdengar membuat Angel menjauhkan mata dari laptop yang sejak tadi ditekurinya lalu mengalihkan pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Keasyikan bekerja membuat Angel lupa waktu. Tahu-tahu sudah malam.Termenung sesaat, pikiran Angel melayang membayangkan situasi di apartemen. Apa yang Ben lakukan di sana? Apa masih mengeloni kekasihnya yang manja itu?Tapi pasti Lolita sudah sehat lalu pergi dari apartemen. Dan Ben juga tidak mungkin betah berlama-lama di apartemen seperti hari-hari sebelumnya. Jadi Angel pikir lebih baik ia pulang sekarang. Ia bisa beristirahat dengan tenang. Bukan
Kata demi kata yang dituturkan dengan ringan itu membuat Angel termangu hitungan detik lamanya.Apa dirinya tidak salah dengar?Ben memintanya berbuat baik pada Lolita dan jangan membuat perempuan itu tersinggung. Tapi apa Ben tahu kalau yang dilakukan kekasihnya itu jauh membuat Angel tersinggung?Dan tentang berbuat baik, secara tidak langsung Angel sudah menerima kehadiran Lolita dalam kehidupan Ben dan bahkan membiarkan mereka melanjutkan hubungan kasih. Jadi kurang baik apa lagi Angel?Namun, mendengar Ben mengajak Lolita tinggal di apartemen yang mereka tempati dalam waktu yang lama jujur saja membuat Angel terkejut.“Kenapa Lolita harus tinggal dengan kita?” Angel mempertanyakan hal itu setelah bangun dari ketermanguan.“Karena dia kekasihku.” Lelaki itu memberi jawaban singkat, jelas dan lugas.‘Tapi aku istrimu, Ben. Kedudukanku jauh lebih tinggi dari dia.’Sayangnya rangkaian kalimat tersebut hanya mampu Angel lafalkan di dalam hati. Sebab ia tahu percuma menyatakannya. Ia t
Angel hanya bisa melongo menyaksikan Lolita mengambil burgernya lalu dengan santai memakannya. Perempuan itu melakukannya dengan begitu ringan. Tanpa izin, tanpa bertanya apa makanan itu memang untuknya.“Enak banget, Ngel, beli di mana sih?” Lolita melirik Angel dan bermaksud mengambil french fries di meja setelah burgernya tandas.“Di drive thru,” jawab Angel lesu. Perutnya semakin keroncongan sedangkan tidak satu pun asupan lolos ke lambungnya malam ini.“Aku bawa ke kamar ya? Ayo, Ben.” Lolita menggamit lengan Ben dan kali ini perempuan itu benar-benar mengambil kentang goreng di meja tanpa menanti jawaban dari Angel.Angel hanya bisa menahan napas menyaksikan kelakuan kekasih suaminya. Ia bertanya-tanya di dalam hati. Sejak kapan teman lamanya itu jadi tidak tahu etika dan sopan santun begini?Ben yang akan bermaksud ke kamar menahan langkah saat mendengar suara Angel.“Ben, bisa nggak kamu bilang ke Lolita lain kali bertanya dulu atau minta izin. Yang tadi tuh makanan aku, tapi
Meski semalam kurang tidur tapi hari ini Angel bangun pagi-pagi sekali. Ia ingin meninggalkan apaartemen secepatnya demi menghindari pertemuan dengan Ben dan Lolita.Angel memutuskan untuk sarapan di kantor saja. Namun, lantaran perutnya terasa begitu perih dan melilit akibat tidak makan semalam, ia putuskan untuk membuat segelas susu.Angel melakukannya dengan terburu-buru. Ia tidak ingin Ben dan Lolita terbangun dan membuat mereka berhadapan muka. Angel benar-benar tidak ingin merusak mood-nya. Masih terlalu pagi untuk mengacaukan suasana hatinya.Perempuan itu baru saja menuangkan air panas ke dalam gelas ketika mendengar suara seseorang.“Jangan lupa buatin untuk Lolita sekalian.”Sontak Angel menoleh dan mendapati Ben sedang berdiri di sana. Perempuan itu menghela napas. Rencananya untuk menghindar dari Ben gagal total. Mau tak mau ia harus berhadapan dengan lelaki itu.“Buatin apa?” tanya Angel merespon.“Susu.”“Memangnya dia nggak bisa buat sendiri?” Lama-lama Angel muak karen
Perempuan cantik bernama Angelica Daniel itu menatap nanar pada pemandangan di hadapannya. Lolita memang cantik menggunakan dress tersebut. Namun Angel merasa tidak rela jika baju kesayangannya digunakan perempuan itu.“Cantik banget, Ta, tapi bisa nggak pakai baju yang lain aja?” pinta Angel keberatan. Angel tidak tahu di antara sekian banyak pakaiannya entah mengapa pilihan Lolita jatuh pada dress berwarna coklat muda itu.“Memangnya kenapa kalau baju yang ini?” Lolita membalas tatapan Angel dengan penasaran.“Masalahnya itu baju kesayangan aku, Ta. Bukannya aku nggak mau minjemin kamu, tapi please baju yang lain aja ya?”Angel mengambil dress lain dengan warna yang hampir serupa tapi modelnya berbeda dan berharap Lolita mau menukarnya.“Yang ini juga bagus, Ta. Baju ini jarang aku pakai. Kalau aku nggak salah ingat paling hanya dua atau tiga kali, itu pun nggak lama, jadi bisa dibilang kalau baju ini baru,” ujar Angel sembari memberikannya pada Lolita.Alih-alih akan menerima, Loli
Seluruh cadangan kata-kata yang Angel miliki seakan tersedot kembali ke dalam tenggorokan setelah mendengar kalimat tajam yang Ben ucapkan. Setiap berhadapan dengan suaminya ini entah mengapa membuat Angel seakan membeku. Entah karena auranya yang begitu kuat sehingga terasa sangat mengintimidasi atau karena pada dasarnya Angel memang tidak akan bisa melawan meski sekuat apa pun ia mencoba karena pada akhirnya Benlah yang akan menang. Ben akan melumpuhkan Angel dengan senjata pamungkasnya yang terus diulang-ulang seperti mantra itu.Menghela napas, Angel menyambar tas di atas tempat tidur lalu bergerak pergi meninggalkan keduanya.Angel meninggalkan apartemen Ben setelah mengambil mobil di basement. Ia mencoba menguatkan hati sekaligus memberi kesadaran pada dirinya sendiri bahwa ia harus merelakan apa pun yang dimilikinya sebagai penebus ‘dosanya’ pada Lolita.Semestinya sejak pertama tadi Angel merelakan baju kesayangannya dipakai Lolita dan mereka tidak perlu perang urat leher. Toh
Menyaksikan Ben sedang berpagut bibir dengan Lolita membuat Angel berpikir untuk balik kanan memutar tubuhnya ke belakang. Namun ketika ingat tujuan awalnya menemui laki-laki itu, Angel meneruskan niatnya.Ia membuka pintu lebih lebar sembari berdeham agar sepasang sejoli yang sedang asyik bermesraan itu mengetahui kedatangannya.Usaha Angel membuahkan hasil. Keduanya sontak memisahkan diri lantas memandang ke arah pintu. Ben terlihat kesal, sedangkan Lolita tampak salah tingkah atau mungkin bersikap seperti salah tingkah. Lalu perempuan itu menyibukkan diri merapikan buku-buku dan dokumen di dalam lemari kaca yang berada di belakang Ben.“Nggak bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk?” tegur Ben jengkel lalu melonggarkan dasinya.“Tadi aku udah ketuk pintu sebelumnya tapi nggak ada sahutan apa-apa makanya aku langsung masuk,” jawab Angel sembari menarik langkah mendekat.“Tahu begitu seharusnya jangan langsung masuk. Siapa tahu nggak ada orang di dalam. Lain kali belajarlah sopan santun.