Share

6. Perhatian ART

Penulis: YL
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-03 19:41:31

Setelah mengaambil benda untuk meredakan panas yang diderita Aya saat ini, Mbok Sumi segera kembali ke kamar sang Nona untuk diobatinya. Tak lupa juga ia bawakan obat penurun panas.

Namun langkahnya dicegah oleh matian, “Buat apa itu? Siapa yang sakit?" tanya wanita itu memandangi mangkuk kecil berisi kain dibawa oleh pembantunya.

“Non Aya, Nyonya. Beliau badannya panas," jelas wanita itu dengan raut khawatir. Kekhawatirannya lebih mencerminkan jika Mbok Sumi yang merupakan seorang ibu disini.

“Oh ... " Marian justru hanya ber oh ria saja. Ia lebih memperdulikan dengan bingkisan di tangannya dan mendahului langkah Mbok Sumi.

Mbok Sumi membuka mulutnya. Ia fikir setelah mengatakan jika Aya sakit maka Marian akan khawatir juga, tetapi ia salah kaprah.

Mbok Sumi hanya bisa berkata di dalam hati, "kasihan non Aya. Sakit saja Nyonya tidak khawatir. Apa karena non Aya bukan anak kandung Nyonya. Tapi setidaknya luangkan lah waktu untuk putrinya. Sedikit saja. Bukan hanya meluangkan waktu untuk pria asing." Mbok Sumi begitu penuh harap.

***

Tanpa terasa, hari sudah gelap di luar sana. Horden yang semula terbuka kini sudah ditutup kembali. Mbok Sumi begitu telaten mengurusnya yang sedang sakit.

Waktu yang berlalu cepat, namun Aya tak memperdulikan hal itu. Yang ada di benaknya saat ini adalah bagaimana ia sembuh dari rasa pusing yang mendera di kepalanya.

Dengan samar Aya bisa mendengar suara Marian bercakap dengan Mbok Sumi di luar pintu kamar yang tidak ditutup dengan rapat. Masih ada celah untuk jalan suara.

“Ngapain dibawa ke rumah sakit? Sekarang keuangan aku sedang kacau. Jadi sebaiknya biarkan saja dia. Lagipula itu hanya panas biasa saja. Besok juga sembuh," ucap Marian acuh.

“Maaf Nyonya. Saya hanya kasian saja ..."

“Kamu cuma pembantu disini. Tugas kamu kerja. Bukan untung mengasihani orang," tandas Marian yang justru ke perasaan Aya.

Perkataan Marian itu membuat ia seketika tidak hanya kepala ayah yang berdenyut, tetapi hatinya juga ikut berdenyut sakit.

Aya hanya menghela nafas saja dengan mata yang berkunang-kunang. Rasanya untuk bangun saja ia sudah tidak sanggup lagi. Mungkin karena efek kurang darah.

Setelah sejenak berkata dengan Marian, Mbok Sumi mendatangi Aya.

Mbok Sumi terkejut ketika memandangi Aya yang tengah mengeluarkan air matanya.

“Nona kenapa?" tanya wanita itu antusias. Diletakkannya sebuah bubur hangat di atas meja dan duduk di pinggir ranjang menatap Nonanya menangis sedih.

“Apa aku ini bukan anak kandungnya Marian dan En ya? Kenapa mereka selalu mengacuhkan aku?" tanya Aya dengan frustasi.

Mbok Sumi langsung saja memeluk Aya yang masih merebahkan diri. Dengan lembut ia menghapus air matanya.

“Percaya sama saya, Non. Suatu saat mereka akan sadar. Suatu saat mereka akan menyadari jika non adalah seorang anak yang istimewa dan tidak sepatutnya diperlakukan seperti ini. Suatu saat mereka kan sayang sama, Non," terang Mbok Sumi memberi semangat kepada Aya.

Aya hanya bisa mengangguk pasrah, ia tahu jika perkataan mboj sumi itu mungkin saja hanya agar ia tidak pesimis.

“Sekarang Nona makan bubur hangatnya ya!" ucap pembantunya itu kemudian.

Aya mengangguk kecil ketika akhirnya Mbok Sumi membantu Aya untuk duduk dengan bersandar di bantal. 

“Terima kasih ya Mbok.." ungkap Aya dengan lirih.

“Terima kasih buat apa, non?" tanya Mbok Sumi kini memegang mangkuk buburnya.

“Terima kasih karena Mbok Sumi selama ini sudah baik sekali sama Aya ... " ucap Aya dengan tulus.

Wanita itu tersenyum dengan manisnya, “Sama-sama Non. Ini kan sudah bagian dari pekerjaan saya."

Aya membuka mulutnya menerima suapan dari Mbok Sumi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Broken Home Or Posesif Man   20. Amplop Tanda Lulus

    “Aw …”ringisnya pada kakinya yang terkilir saat jatuh dengan tak mengenakan.“Rasain tuh. Itu buat si gatal kaya kamu.” Para wanita justru mengejek Aya tanpa menolongnya.Saat itu Suichi berlari ke arah Aya dengan berusaha untuk menolongnya. Namun langkahnya dihalangi oleh para gadis yang menyiapkan spidol warna-warni untuk meminta tanda tangan dari pria tampan idolanya. Lebih tepatnya setelah membaca surat dinyatakan lulus dari masing-masing siswa.Aya berusaha berdiri sendiri ketika semua orang sibuk dengan kesenangan dan kebahagiaan masing-masing. Namun kakinya yang sakit membuat ia harus memijat kakinya sendiri.Saat itu Gerald datang dan membantu Aya memijat kakinya.“Aku bisa sendiri,” tolak Aya ketika Gerald ikut memijat kakinya.Namun pria itu berikeras hingga membuat kaki Aya lebih baik. Gerald pun membantu Aya berdiri hingga mendapatkan sebuah ucapan terimakasi dari Aya.“Aku ingin li

  • Broken Home Or Posesif Man   19. Kelulusan Yang Miris

    “Wanita sialan!” serunya melayangkan balasan.Namun dengan lihainya Aya bisa menghindar. Rupanya hal itu akan menjadi tontonan yang sangat menarik ketika semua orang di sekitaran situ langsung berkumpul.Namun keinginan Brian untuk membalas tak terlaksana dan segera berakhir ketika suara yang keras berasal dari aula pertanda jika seluruh murid kelas 12 harus segera berkumpul.Saat itu Suichi keluar bersama dengan Bapak Wali Kelas dan mengambil posisi berbaris di tempat paling belakang.Sementara Aya sudah berlari mendahului Brian barusan juga nampaknya sudah berbaris di tempat paling belakang. Suichi pun bisa bercakap dengan Aya.Biasanya Aya akan sering penasaran dengan hal yang dilakukan oleh Suichi. Namun kali ini tidak. Bahkan memandang Suichi pun juga tidak. Suichi hanya mengendikan bahunya ketika matanya lebih terfokus kepada Pak Kepala Sekolah yang akan menyampaikan informasinya. Ia meang sempat melihat wajah muram pada Aya. Lebih muram

  • Broken Home Or Posesif Man   18. Terbongkar

    "Hahaha.. aku sekarang tahu! Rupanya kamu seorang anak dari brondong!" ejek pria itu dengan suara keras.Aya langsung saja gelagapan ketika Brian berkata dan seolah ingin membuat orang lain mendengar hal itu."Mulut kamu itu bisa dijaga gak!" Aya seolah berkata dengan sedikit mengancam. Tangannya sudah terkepal saat ini."Memangnya kenapa? Semua orang di sini juga tahu lagi. Bagaimana sosok seorang ibu dari Aya si urid badung. Seseorang yang merokok dan gadis yang nakal. Pantas saja anaknya nakal seperti ini, ibunya saja seorang tante girang. kamu itu tidak cocok untuk sekolah di sini,” tandas pria itu.Rahang Aya mengetat, kemudian tangannya menggenggam roknya dengan erat. Ia sudah sangat marah saat ini. Namun seberusaha mungkin ia mencoba menahan rasa marahnya.Hal yang membuat Aya semakin marah lagi adalah beberapa gerombolan wanita mendekat ke arahnya."Untung saja aku tidak terlalu dekat dengan dia. yang ada nanti kita Jadi ketularan,"

  • Broken Home Or Posesif Man   17. Kelulusan

    "Mana mungkin tentunya aku sehat seperti biasanya." Gadis itu nampaknya mengelak dengan enteng. ia langsung saja menandaskan minuman coklat hangat di tangannya.Suichi memandangi Aya yang nampak seperti biasa. Seperti orang sehat, namun bibir pucatnya membuat Suichi tidak terlalu yakin. Pandangan Pria itu kini beralih pada ponselnya yang tergeletak di meja, Lebih tepatnya di antara keduanya duduk."Sebaiknya kita segera bersiap menuju ke sekolah!" ucap pria itu sembari beranjak dari tempat duduknya."Tapi aku belum ada seragam.Sseragamku di mana?" tanya gadis itu mengingat seragamnya yang mungkin saja sudah tak terbentuk lagi."Seragammu sudah aku buang!"celetuk pria itu dengan santainya. Setelah itu ia langsung saja berjalan meninggalkan Aya.Aya langsung berteriak, "apa!"Suara yang keras itu membuat telinga Suichi serasa sakit. Namun setelahnya, Suichi langsung saja tertawa dengan lebar."Hahaha ... begitu saja pakai acar

  • Broken Home Or Posesif Man   16. Tuduhan Geli

    “. Akhh … “Tiba-tiba saja Aya langsung berteriak membangunkan Suichi yang masih bermimpi indah. Ia menyadari pakaian yang sudah berganti itu dan membayangkan hal yang memalukan bagi Aya.Jantungnya berdebar debar dan langsung saja mendudukan diri di samping Aya. Dia itu memandang Aya dengan wajah pucat pasi efek terkejut. Untuk tidak punya riwayat penyakit jantung."Eh! Nggak tahu orang masih tidur apa?" kesal pria itu menatap Aya dengan tajam.Aya memajukan bibirnya, "Siapa yang sudah mengganti pakaian ku? Kamu ya? Dasar ya kurang ajar! Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!" tuduh wanita itu berteriak kalap kepada Suichi.Bantal yang baru saja ia gunakan untuk menyanggah keplanya ketika tidur langsung saja dilayangkan ke tubuh Suichi. Aya langsung memukul Suichi dengan brutal.Sementara Suichi hanya terkekeh kali ini sembari mengelak pukulan-pukulan dari Aya. Pria itu pun akhirnya turun ranjang dan menjauhi Aya yang sangat murka

  • Broken Home Or Posesif Man   15. Pelukan Sang Sahabat

    Suichi mengerang kesakitan ketika bumbunya tertabrak benda keras. Terlebih lagi ia harus menahan tubuh Aya dipelukannya. Tetapi pria itu berusaha untuk menahan rasa sakitnya dan langsung saja duduk. Dipandanginya Aya yang menangis dengan keras di hadapannya. Jadi itu kali ini nampak sangat rapuh sekali.Sementara kedua pasangan kekasih di dalam sana sepertinya tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Mereka sama sekali tidak penasaran dan mungkin saja melanjutkan aktivitas mereka.Gadis yang ada di hadapannya ini masih saja menangis sehingga Suichi langsung saja menarik tubuh gadis yang ukurannya lebih kecil. Gadis itu nampak sangat rapuh berbeda dengan seperti biasanya. Ia selalu terlihat baik-baik saja di depan teman-temannya, bahkan selalu menyelesaikan masalah teman-temannya yang memiliki latar belakang keluarga yang sama. Tetapi mereka tidak ada yang tahu bagaimana kesedihan Aya sebenarnya, dan bagaimana hubungan keluarga Aya."Tenanglah!" lirih Suichi mem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status