Share

Aku Takut Mendua

Setibanya di apartmen, aku kembali memikirkan percakapan dengan Adrian di kafenya tadi. Apakah kehadiran Dendra belakangan ini ada campur tangan dari Rani juga? Berkali-kali kutepis perasaan curiga yang mendadak hadir. Tak ingin berlama-lama menyiksa diri dengan segala prasangka, ku ambil ponsel, membuka aplikasi pesan, dan mengetikkan pesan pada Rani.

[Ran, kapan jadinya bisa nemenin nyari apartemen?] Aku hanya ingin membuktikan kecurigaan Adrian terhadap sahabatku itu tidaklah benar.

Tak berapa lama, Rani membalas pesanku. [Terserah, Say. Gue selalu free. Lo yang selalu sibuk.]

[Pagi lusa bisa?] Aku membalas dengan cepat. Kebetulan lusa, jadwalku hanya sore hari.

[Ok, janjian di mana?]

[Enaknya nyari di daerah mana dulu?]

[Daerah Tebet mau? Ada apartemen baru kan di situ. Ke tol juga nggak kejauhan.]

Aku manggut-manggut. Boleh juga usulan Rani. Lokasi yang tidak jauh dari pintu tol, merupakan nilai tambah bagiku untuk menc
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status