Home / Young Adult / Broken / Hari Minggu

Share

Hari Minggu

Author: Aquarius
last update Last Updated: 2021-05-18 15:48:37

Hari telah berganti ditandai dengan terbitnya matahari yang ditemani dengan kicauan burung nan indah. Pagi ini adalah hari libur, baik untuk siswa, mahasiswa, maupun pekerja kantoran. 

Pada hari libur, tak ada kegiatan bersama yang dilakukan oleh keluarga ini, karena semua anggota keluarga ini sibuk dengan urusan mereka. Waktu bersama di hari libur hanyalah saat makan bersama. Selain dari waktu itu, keluarga ini tak akan berkumpul bersama. 

Waktu kumpul bersama keluarga dimulai saat sarapan bersama. Walaupun mereka adalah keluarga yang sedang berkumpul bersama, namun rasanya seperti orang asing yang sedang berkumpul bersama. Tak ada percakapan atau suara apa pun yang keluar dari mulut mereka, selain bunyi yang keluar dari gelas dan piring mereka.

“Haaa...” Asisten rumah tangga keluarga ini menarik panjang nafasnya saat melihat pemandangan itu dari dapur. 

“Sampai kapan ya mereka semua diam-diaman kayak gini? Benar-benar kayak orang yang gak saling kenal. Paling enggak nanya kabar anak-anaknya kek, atau tanyain tentang sekolah mereka. Pasti tuh meja makan bakalan ribut. Ini semuanya pada diam, eh... orang tuanya juga gak mulai ngomong,” gerutu Ami dari kejauhan.

“Yandi, kamu ingat omongan mama baik-baik. Kamu bakalan tahu kalau kamu gak lakuin yang mama minta,” ujar Yena membuka pembicaraan saat semuanya telah selesai dengan sarapan mereka.

“Bodoh amat,” jawab Yandi santai tanpa melihat mamanya.

Ledakan amarah langsung saja dimulai. Yena yang kesal dengan jawaban dari putranya langsung melemparkan gelas padanya. Beruntungnya Yandi berhasil mengelak. 

Prok... prok... prok...

Yandi langsung memberikan tepuk tangan yang meriah sambil tersenyum pada wanita berambut panjang pirang itu. “Wow... tadi hampir loh. Mama hebat banget. Untung aja aku juga jago,” ujar Yandi terus bertepuk tangan.

“Kamu memang anak gak tahu diri!” ucap wanita berambut pirang itu menunjukkan jarinya pada putra keduanya itu.

“Ma, udah. Jangan marah lagi. Biar aku aja yang gantiin kak Yandi, ma. Aku bakalan lakuin apa pun yang mama minta, kok” ucap Yeri dengan mata yang berair. Remaja itu sangat ketakutan hingga tubuhnya bergetar, saat melihat Yena memarahi kakaknya.

“Bagus, kamu punya inisiatif. Tapi kamu gak bisa ngelakuin apa yang harus kakak kamu lakuin!” Sesaat perkataan wanita itu membuat putra bungsunya merasa senang. Namun, secepat kilat, ia langsung melukai hati putranya sendiri.

“Ma, aku pasti bisa kok. Aku bakalan berusaha biar bisa ngelakuin hal itu,” Yeri bersikeras untuk menggantikan Yandi, karena ia merasa bisa melakukan apa yang diinginkan mamanya, asalkan ia berusaha.

“Yeri, kamu gak ngerti omongan mama? Mama kan udah bilang kalau kamu gak bisa, ya gak bisa! Sampai kapan pun kamu gak bakalan bisa nyamain kakak kamu! Jadi kamu itu harus berguna untuk hal lain!” Rasanya hati Yeri seperti teriris mendengar ucapan dari mulut mamanya. Hatinya yang terasa begitu sakit, membuatnya tak mampu bertahan lebih lama di ruangan itu. Yeri segera berlari meninggalkan meja makan karena sakit yang tak dapat ditahannya lagi.

“Kalau mama ngerasa gak ada yang bisa nyamain aku. Mama cari aja anak baru sana. Siapa tahu dia bisa nyamain aku, atau bisa lebih dari aku,” ujar Yandi dan segera meninggalkan meja makan.

“Yandi! Jaga ucapan kamu! Kamu bisa gak ngomong yang sopan sama orang tua kamu?” ucap Yena meneriaki anaknya yang terus berlalu dari pandangannya.

Sejak tadi, Yani hanya menahan dirinya saat melihat mamanya mulai memarahi Yandi. Namun, kini tak dapat menahan dirinya lagi. “Bisa diam gak, sih? Ini meja makan! Kalau mama mau ribut, ribut di tempat lain. Aku gak suka ngelihat orang ribut di depan makanan!”

“Kamu bilang apa? Kamu pikir kamu siapa? Kamu berani ngomong kayak gitu sama mama kamu sendiri!” Ucapan putri sulung keluarga itu semakin membuat Yena memanas.

“Iya, aku berani. Tadi mama marahin Yandi, karena mama bilang dia gak tahu sopan santun. Terus, apa mama ngerasa perbuatan mama ini ada sopan santunnya? Emangnya teriak-teriak di depan makanan itu bagus?” ujar Yani membalikkan perkataan mamanya.

“Dengar ya, ma. Aku tuh gak pernah belajar sopan santun dari kalian, sekalipun kalian orang tuaku. Gak ada yang bisa aku pelajari dari kalian tahu, gak? Jadi, kalian itu gak pantas ngunggkit-ngungkit masalah sopan santun di depan anak-anak kalian.” Yani yang merasa gerah dengan situasi saat itu bergegas menuju kamarnya setelah menyampaikan apa yang ingin disampaikannya.

“Tuh, lihat kelakuan anak kamu. Gak ada sopan santunnya sama orang tua. Makin berani aja mereka,” ucap Yena menatap tajam suaminya yang terfokus pada sebuah ponsel di genggamannya.

“Kenapa kamu nyalahin aku? Dia itu juga anak kamu! Dan yang harusnya ajarin sopan santun ke dia, ya kamu. Kamu kan mamanya dia!” balas Yudi kasar.

“Loh? Kok aku? Aku kan sibuk! Gak ada waktu buat ngurusin mereka! Kenapa gak kamu yang ngurusin?” balas Yena.

“Bukan kamu aja yang sibuk, aku juga sibuk! Salahin bibi, dong. Kenapa dia gak ngurusin anak-anak, padahal udah dibayar mahal-mahal juga!” ujar Yudi kesal segera berjalan keluar dan melajukan sebuah mobil SUV berwarna hitam.

“Bibi...” teriak Yena penuh amarah.

Ami segera berlari menemui nyonyanya begitu namanya dipanggil. “Iya nyonya, ada apa?”

“Kamu tanya ada apa?!” Amarah Yena langsung meledak saat pertanyaan itu keluar dari mulut asisten rumah tangganya.

“Ma... maaf nyonya. Saya benar-benar minta maaf,” ucap Ami terbata-bata. Wanita itu hanya menunduk begitu ia menghadap Yena. Tak ada keberanian dalam dirinya sedikit pun untuk mengangkat kepalanya.

“Sebenarnya kamu digaji buat apa, sih? Kok kamu gak bisa urusin anak-anak? Kerjaan kamu gak benar banget, sih!” ujar wanita berambut pirang itu, melampiaskan semua amarahnya pada Ami.

“Masa urusin tiga anak aja kamu gak becus?! saya kasih kamu gaji besar loh? Kamu harusnya kerja yang benar!”

“Maaf nyonya. Saya benar-benar minta maaf.” wanita bertubuh ramping itu langsung meneteskan air matanya. Ia juga merasa bahwa dirinya patut disalahkan.

“Bibi gak perlu minta maaf dan bibi juga gak perlu ngerasa bersalah. Lagian bibi tuh bukan pengasuh anak, jadi itu bukan tanggung jawab bibi.” Yandi yang sedari tadi menonton pertengkaran kedua orang tuanya tak tahan saat melihat Yena terus-menerus menyalahkan Ami.

“Lagian bi Ami tuh masih baru di sini. Bi Ami tuh belum tahu sifat kita tuh kayak gimana. Harusnya mama nyalahin diri mama sendiri dong, karena mama yang gak becus jadi orang tua!” ucap Yandi lalu menarik wanita berambut pendek itu ikut bersamanya menuju taman belakang rumah.

“Ah... dasar anak gak tahu diri! Bisa-bisanya dia belain pembantu! Teriak Yena kesal. Ia pun bergegas meninggalkan rumah dengan mengendarai mobil SUV berwarna merah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Broken   New Life

    Kehidupan adalah suatu anugerah dari Tuhan. Kehidupan juga merupakan rahasia. Dalam kehidupan ini tentunya banyak hal-hal yang terjadi di luar dugaan, yang terkadang menghasilkan tawa tetapi dapat juga menghasilkan air mata.Setiap detik, setiap menit dan setiap jam dalam kehidupan ini selalu dipenuhi rahasia. Sebagai manusia kita pastinya tak akan tahu apa yang bisa terjadi beberapa waktu ke depan. Terkadang apa yang kita duga memang terjadi, tetapi sering juga terjadi hal yang tak pernah kita duga.Setelah menjalani kehidupan tanpa kedua orang tuanya, kini Yandi bersama dua saudaranya tak pernah kehilangan senyum lagi. Mereka pun selalu menikmati waktu berkumpul di meja makan.Yani, Yandi dan Yeri selalu memiliki waktu untuk satu sama lain, meski mereka pun sibuk dengan pekerjaan atau pun pendidikan mereka. Suasana rumah Yandi yang dulunya terasa suram, kini terasa lebih cerah. Selalu ada tawa dan kebahagiaan. Tak hanya ada tangis melulu, atau tekanan melulu. Ketiga bersaudara itu

  • Broken   Start a New Life (2)

    Kehidupan memang selalu diisi oleh berbagai hal. Kadang yang mengisi kehidupan adalah hal-hal yang sudah kita duga. Tapi terkadang juga diisi dengan hal-hal yang tak pernah diduga. Hari-hari Ami dan Vian kini dijalani dengan penuh air mata. Keduanya kini resmi memilih untuk tak berjalan bersama lagi. Ami dan Vian telah sepakat untuk menjalani kehidupan masing-masing. Namun mereka masih tetap mengurus Reina sebagai anak bersama-sama. Hanya saja, baik Vian maupun Ami saling membatasi diri. Setelah berhenti menjadi asisten rumah tangga Yandi dan keluarganya, kini Ami mulai membuka usaha kecil-kecil dari uang yang kerja kerasnya selama ini. Yani sendiri memberikan uang dalam jumlah yang cukup fantastis kepada Ami. Gasia itu memberikan Ami uang sebagai gaji terakhirnya dan juga sebagai ganti rugi atas perbuatan Yena. Uang yang diberikan Yani pada wanita itu adalah uang milik kedua orang tuanya. Ami kini telah membeli sebuah gerobak yang akan digunakannya untuk berjualan. Ia membeli gerob

  • Broken   Start a New Life

    Keputusan Ami untuk membiarkan Reina tetap berhubungan dengan Ayahnya adalah sebuah keputusan besar. Namun ia sadar, bahwa putrinya tak akan pernah bahagia jika ia terus melarangnya. Ia pun sadar bahwa Reina tak akan tinggal diam saja, jika ia terus melarangnya. Sehingga ia merasa apa pun larangan yang ia beri, itu tak akan membuat putrinya berhenti menemui ayahnya.Keputusan Ami untuk tetap membiarkan Vian berhubungan dengan putrinya lagi, membuat Vian merasa senang. Namun, di sisi lain ia pun merasa sedih. Saat memeluk Reina, Vian menyadari bahwa ia mengharapkan sesuatu yang lebih dari itu. Ia sebenarnya tak hanya ingin membuat Ami menghilangkan larangannya itu. Sebenarnya Vian dan Ami menginginkan hal yang sama. Jauh di dalam lubuk hati mereka, ada suatu keinginan yang tertahan sejak lama dan kini harus dikubur mereka sedalam-dalam.Tak hanya Ami, Vian pun sangat ingin rumah tangga mereka telah hancur dulu, bisa kembali lagi. Namun, itu semua susah tak mungkin lagi. Sejak Vian

  • Broken   Tak Ingin Hancur (2)

    “Reina! Keluar lo, gue belum selesai ngomong!” teriak Rein gigih. Meski Reina sudah meninggalkan, namun ia tak menyerah. Reina pun kembali menemuinya. “Ada apaan lagi?” tanya Reina.“Gue mau tahu, ya. Lo harus jauh-jauh dati papi gue!” ujar Rein sembari menunjuk Reina.Reina memutar bola matanya dan menggeleng pelan kepalanya. “Lo paham kata-kata gue tadi?!” tanya Reina geram. “Gue rasa udah jelas, ya. Jadi gak perlu ulangin lagi.”“Gak! Gue gak terima, gue gak mau dan gak sudi lo ngerrbut semua milik gue!” balas Reina.“Gue gak pernah rebut milik lo, ya! Mau Yandi atau pun papi, lo gue kan udah bilang, gue udah bilang kalau gue gak ngerebut mereka,” jelas Reina. “Lagian om Vian bukan cuma papi lo, doang! Jadi lo gak bisa ngelarang gue!” tegas Reina.“Gue gak mau hidup gue hancur karena lo!” teriak Rein.“Gue gak pernah ngehancurin hidup lo, ya! Harusnya gue yang marah-marah ke lo dan lo, karena mami itu udah hancurin hidup gue!” balas Reina. “Asal lo tahu, gara-gara mami lo, gue jad

  • Broken   Tak Ingin Hancur

    Hidup Rein sebagai anak tunggal dan satu-satunya anak kesayangan Vian hancur begitu saja dalam waktu singkat. Hidupnya terasa begitu gelap semenjak mengetahui semua kebenaran tentang kedua orang tuanya.Sejak saat itu, Rein hanya mengurung dirinya di kamar. Ia bahkan tak makan maupun minum sama sekali. Kondisi tubuhnya pun semakin melemah.Suasana rumah itu pun menjadi sangat gelap. Semenjak semuanya terbongkar, tak ada lagi percakapan yang terjadi, selain pertengkaran Nia dan Vian.Nia terus saja meminta Vian untuk tak kembali kepada Ami. Sesekali ia juga memaksa Vian untuk tak menemui Reina. Namun Vian tetap menolak semua permintaan sang istri.Semua pertengkaran itu selalu saja didengar oleh Rein. Pertengkaran itu membuatnya tak ingin menginjakkan kakinya di tempat lain, selain kamarnya. Ia yang selalu berada di dalam kamarnya pun membuat Vian khawatir. Vian selalu mendatangi kamarnya, namun gadis itu selalu mengusir Vian. Hal yang sama pun terjadi pada Nia. Rein sangat marah besa

  • Broken   Tempat Bercerita (2)

    Suasana yang canggung kini telah pergi dan diganti dengan suasana sedih. Air mata Reina banjir malam itu. Gadis itu hanya bersandar pada Yandi dan terus meneteskan air matanya.Yandi tak tahan melihat Reina terus-terusan meneteskan air matanya. Ia berusaha memikirkan sebuah cara. Namun, ia pun tak bisa menemukan cara yang tepat.Permasalahan dalam keluarga adalah permasalahan yang sering dialaminya. Namun, ia bukanlah orang yang suka mencari jalan keluar. Ia adalah orang yang sering membantah dan melawan. Sehingga sulit baginya untuk membantu Reina menemukan jalan keluar untuk masalahnya.“Eh... sorry, sorry. Gue malah nangis gak jelas lagi,” ucap Reina segera menghapus air matanya. “Gak papa kali. Gak perlu minta. Gue malah senang kalau lo mau cerita,” ucap Yandi lembut.“Eh... tapi kayaknya lo gak bisa di sini lama-lama, deh. Soalnya ini udah mau jam sepuluh,” ucap Yandi merasa tak enak hati. Tanpa sadar mereka menghabiskan cukup banyak waktu dan kini waktu hampir menunjukkan pukul

  • Broken   Tempat Bercerita

    Kaki Reina terus melangkah menjauhi rumahnya. Semakin lama, semakin jauh ia melangkah. Namun, gadis itu bahkan tak tahu ia harus terus melangkahkan kakinya ke mana. Reina terus berjalan tanpa henti. Tubuh serasa lesu. Tenaganya habis terkuras setelah banyak meneteskan air mata. Pikirannya pun menjadi sangat kacau.Tit.... Tit....“Ha?” Reina terkejut dengan suara klakson mobil yang begitu dekat dengannya. “Reina, lo—lo habis kenapa?” tanya Andi khawatir setelah melihat mata Reina yang sembab. “Gak papa, kok,” jawab Reina dengan suaranya yang serak.“Tuh... tuh... suara lo serak kayak gitu, masih aja bilang gak papa.” Perkataan Reina tak mencerminkan keadaannya yang terlihat jelas tak baik-baik saja. “Lagian lo mau ke mana, sih?” tanya Andi.“Gak tahu,” jawab Reina. Andi pun merasa aneh dengan jawaban gadis itu. Namun satu hal yang biasa ia pastikan, bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja. “Ya udah. Kalau gitu, mendingan lo naik, deh. Entar gue antarin lo ke mana, aja,” ujar And

  • Broken   Cara Ami

    “Reina...” teriak Ami, namun putrinya tak menghiraukannyaHari ini seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Ami, karena hari ini ia bisa segara menjemput putrinya. Ia pun bisa kembali berkumpul bersama putrinya tanpa harus berpisah lagi. Hari ini, Ami sengaja berhenti dari pekerjaannya. Ia memilih berhenti agar ia bisa mengurus putrinya yang sedang sakit. Meski Yani dan Yeri tak setuju, namun mereka tak bisa menahan Ami. Mereka pun harus melepaskan Ami, agar ia bisa merawat putrinya. Selain itu, mereka saat ini mulai mengalami masalah keuangan. Melepaskan Ami di kondisi sekarang adalah salah satu pilihan untuk mengurangi pengeluaran. Semenjak kedua orang tua mereka berada di tahanan, pekerjaan mereka pun tak ada yang mengurusnya. Baik Yani maupun Yandi, keduanya sama-sama tak berminat melanjutkan pekerjaan orang tua mereka. Belum lagi, mereka harus membayar tagihan rumah sakit Yandi.Yani adalah satu-satunya anggota keluarga yang susah bekerja selain kedua orang tuanya. Yand

  • Broken   The Puzzle Has Been Solved (2)

    Semua teka-teki dari beribu pertanyaan di kepala Reina kini telah terpecahkan. Namun, ia tak menyangka jika semuanya sangat menyakitkan. Rasa sakit itu bukan hanya semata-mata karena kebohongan Ami. Semenjak mendengar pertengkaran Vian dan Nia, Reina sudah tahu bahwa selama ini Ami telah membohongi dirinya tentang ayahnya yang susah meninggal.Reina memang merasa kecewa dan sedih. Namun, setelah ia mendengar perdebatan bundanya dan Vian, ia merasa sangat sakit hati dengan sikap bundanya. Reina yang terlanjur sakit hati pun memilih untuk menjauh dari Vian dan Ami. Ia berlari sekuat mungkin menjauhi mereka, tanpa tahu ke mana ia harus terus berlari.Kaki Reina terus melangkah dan melangkah, dan tanpa sadar ia berlari menuju tempat yang tak asing. Ya, tempat itu adalah tempat yang sering dikunjunginya. Tanpa sadar, Reina terus melangkahkan kakinya menuju tempat pemakaman umum. Suatu tempat yang sering ia kunjungi, ketika ia merindukan sosok seorang ayah.“Ayah?” Tubuh Reina terasa lem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status