Share

The beginning

5 years ago

“Bridgette, honey. Turunlah. Ada seseorang yang ingin mom kenalkan padamu."

Aku yang saat itu sibuk mempelajari materi ujian akhir, akhirnya memilih menutup laptop. Dengan cepat aku menuruni anak tangga.

Dari jauh kulihat mom sedang bersama seseorang. Tampak binar bahagia di mata mom saat menatap pria muda di depannya. Aku tidak tahu dia siapa, dia begitu asing bagiku. Pria itu menunduk dalam, seperti tak ingin siapapun melihat wajahnya. Dan biar kutebak, mom juga sepertinya baru bertemu dengannya.

“Hai, Mom. Ada apa?”

“Oh. Hai, Honey. Kau lama sekali.”

“Sorry, Mom. Tadi aku sedikit sibuk,” kataku agak menyesal. Mom meraih tanganku dan tersenyum memakluminya. Aku pun ikut tersenyum. Jujur saja, senyum mom dan dad selalu menular padaku. Ntahlah, melihat mereka bahagia, rasanya begitu menyenangkan.

“Mom punya kejutan,” ujar Mom. Matanya berbinar penuh kebahagiaan.

“Kejutan? What is that?” tanyaku penasaran.

Mom mengalihkan matanya. Menatap pria yang masih menunduk di depannya dan lagi-lagi mom tersenyum senang

“Him.”

“Him?” tanyaku mengulang kata mom.

Ada apa dengan pria itu. Aku tidak melihat keistimewaan di dalam dirinya. Tubuhnya begitu kurus. Pakaiannya juga terlihat lusuh.

Aku belum bisa melihat wajahnya. Tapi, ada satu dari dirinya yang menarik perhatianku. Rambutnya. Ya, tekstur rambutnya terlihat halus. Warnanya begitu indah. Sedari dulu aku menginginkan warna seperti itu, light brown. Warna rambut yang juga dimiliki dad.

“He’s your brother.”

Aku sedikit terperangah. Is that true? Mom tidak bercanda bukan? Oh my. Finally, aku bertemu dengannya. Seminggu lalu mom mengatakan bahwa aku memiliki saudara laki-laki. Kaget? Tentu saja. Selama ini yang kutahu adalah aku anak tunggal di keluarga ini. Begitu mom mengatakan akan membawanya, aku sudah tidak sabar. Dan sekarang akhirnya kami dipertemukan.

“Hai, kak. Aku Bridgette. Nice to see you.” Aku mengulurkan tangan padanya.

Lumayan lama menunggu. Akhirnya aku melihatnya mengulurkan tangan, meski dengan gemetar.

“Axe. Panggil aku Axe. Aku tidak terbiasa dengan panggilan itu,” ujarnya dengan cepat melepaskan kaitan tangan kami.

“Boleh aku memelukmu?” tanyaku.

Aku tidak tahu apa yang salah akan pertanyaanku  yang pasti dia tiba-tiba mendongak. Hal yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya, dia begitu tampan. Sangat tampan. Matanya berwana berbeda.

Oh, biar kujelaskan. Salah satu matanya berwarna abu cermelang dan sisanya berwarna hazel terang. Benar-benar menarikku untuk tenggelam di dalamnya atau aku bisa menyebutnya heterochromia.

Alisnya begitu tebal dan bibirnya sangat sempurna. Bagaimana mungkin perpaduan luar biasa itu terpatri hanya pada wajahnya? Apa Tuhan sangat mencintainya? Aku jadi cemburu.

“Bridgette, kau ini agresif sekali. Kau membuatnya takut,” seru mom tidak percaya.

Sementara aku hanya menyengir tidak bersalah. Aku ingin memeluk kakak laki-lakiku yang bahkan baru pertama kali aku melihatnya.

“Biarkan kakakmu terbiasa, Honey. Nanti kau bisa memelukmya sesuka hati.”

Aku mendengus tidak percaya, tapi tetap menuruti ucapan mom. Benar. Mungkin Axe butuh penyesuaian.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
petualang yang terperangkap di jaman pendidikan masa lalu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status