Share

Buanglah Suami Pada Pelakornya
Buanglah Suami Pada Pelakornya
Penulis: Vanilla

1. Hotel

Ah ..."

Suara desahan seorang wanita yang sedang berada di bawah seorang pria yang tak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya seketika memenuhi ruangan hotel.

Lenguhan yang terus dikeluarkan dari bibir tipis si wanita justru membuat pria itu semakin liar dan terus menghentakkan pinggangnya.

"Hngh, Leon ..."

Semakin malam, permainan antara pria dan wanita itu justru semakin panas. Bahkan, keduanya tak menyadari jika segala perbuatan mereka telah menjadi tontonan di sebuah kamar tak jauh dari kamar mereka.

"Sesil, kenapa kamu santai saja menonton mereka sejak tadi? Kapan kamu akan melabrak mereka?" cecar Nana yang darahnya semakin mendidih sejak ia menemani sahabat sekaligus bosnya ini.

Bagaimana tidak, Sesiliana Arnawan jelas-jelas sedang diselingkuhi oleh suaminya sendiri. Namun, sedari tadi, yang ia lakukan hanya menonton video ranjang para pezina itu sambil menikmati es krim favoritnya.

"Apa kamu tidak marah?" tanya Nana. Walaupun rasanya pertanyaan itu percuma ia tanyakan.

Ia mengenal wanita cantik, dan anggun di depannya sudah 5 tahun. Yang dia tahu, semakin tenang Sesil, semakin besar kemarahannya.

"Kenapa harus marah? Bukankah aku memanggilmu untuk menonton pertunjukan? Kamu lihat aja seperti apa wanita itu, dan bagaimana penampilannya. Apa menurutmu dia lebih baik dariku?" tanyanya dengan santai, tidak ada perubahan apapun dari wajahnya.

"Apa kamu tidak terluka? Suamimu mengkhianatimu, dan kamu malah membuat perbandingan?!" Nana kembali bertanya kepada sahabatnya, tak kuasa dengan ketenangan wanita itu.

"Leon Panetta benar-benar brengsek! Pria itu tebar janji manisnya padamu, dan ternyata pria otak selangkangan! Pernikahan kalian baru berjalan 18 bulan, Sil! Apa kamu tidak berminat melabrak mereka, kasih jotos atau seret mereka keluar sambil telanjang biar malu sekalian, biar orang-orang tahu betapa kelakuan mereka seperti hewan liar!" Cerocos Nana tak berhenti.

Berbeda dengan Nana yang berapi-api, wanita yang merupakan istri sah dari Leon itu masih tak menunjukkan emosinya. "Aku pernah lebih sakit dari ini, Na. Aku sudah belajar, untuk tidak jatuh ke tempat yang sama."

Ucapan sahabatnya itu membuat Nana mematung. Saat itu adalah waktu kelam yang tak ingin dia ingat. Nana menyaksikan betapa hancurnya Sesiliana, momen itu juga merupakan momen ia melihat transformasi wanita yang ada di depannya.

"Jangan menatapku seperti itu. Seperti yang kamu bilang, harus ada balasan yang setimpal untuk sampah." ungkap Sesil sambil menghela nafas.

Tapi, saat itu Nana tidak menangkap kesedihan di wajahnya. Yang ada, ia melihat gambar yang terpampang di layar TV kini mulai terasa aneh. Dan benar saja, firasat buruknya terjadi di depan matanya.

"Argh! Sakit! Tolong!" Leon Panetta, pria yang sebelumnya memadu kasih dengan wanita lain di layar TV, kini berjerit sekencang-kencangnya.

Entah sejak kapan, suami dari Sesil terkapar di lantai kamar sambil memegang barang pribadinya setelah bercinta hebat dengan Denia, sekretaris sekaligus selingkuhannya.

"Ada apa, sayang? Kamu kenapa? Jangan buat aku takut!" ujar Denia panik. Bagaimana tidak, mereka baru saja selesai bercinta, tiba tiba saja kekasihnya menjerit kesakitan sambil memegang selangkangannya.

Leon panik, kesakitan dan takut. Kulit senjatanya memerah bahkan cenderung melepuh, panas, perih seperti terbakar. Ia yakin tidak menyentuh apa apa, bahkan tissue yang ada di atas meja tidak digunakannya. Apa yang terjadi, bagaimana bisa seperti ini!?

"Panas, argh! Sakit sekali!" jerit Leon sembari berusaha mengipasi selangkangannya.

"Leon … ada apa dengan barang milikmu!? Astaga... aku harus bagaimana?" teriak Denia khawatir dan ketakutan, setelah melihat kondisi Leon dan barang miliknya yang terlihat benar-benar …mengenaskan.

"Air! Sepertinya kamu butuh membilasnya dengan air!" saran Denia, berusaha sekuat tenaga untuk membantu pria itu ke kamar mandi.

Melihat Leon yang semakin kesulitan, Denia terpikir untuk mencari orang yang bisa membantu pria itu, setidaknya agar pria itu tak kesakitan lagi. "Aku akan hubungi dokter Ryan sekarang juga."

"Gila kamu ya!? Gak sekalian aja umumkan seluruh dunia terkait hubungan terlarang kita!?"

Titah kasar dari Leon mengejutkan Denia. Hanya dalam waktu beberapa menit, sikap pria itu berubah 180 derajat jika dibandingkan saat mereka bertempur di kasur.

"Jangan lakukan apa yang tidak aku minta. Kau harus tahu tempatmu, Denia." sambung Leon, tak memberikan celah untuk Denia mengelak, dan tak peduli dengan manik selingkuhannya yang menatapnya nanar.

Tubuh Denia bergetar, tangan di sisinya terkepal. Sejak awal menggoda bosnya, dia sadar bahwa dia harus menyiapkan diri untuk hal seperti ini. Namun tetap saja, bagaimana bisa pria itu begitu kasar dengannya?

Tak ingin konfrontasi lebih jauh, Leon lanjut berendam di dalam bathtub. Saat itu, pria itu sedikit lega karena perih di selangkangannya terasa menghilang.

Di sisi lain, Sesil yang sedari tadi mendengarkan percakapan antara suami dan juga selingkuhannya hanya bisa tersenyum puas.

"Nana, siapkan apa yang harus disiapkan, minta yang lain bergerak perlahan dari villa, jangan lupa untuk berhati hati."

"Baik, tapi bagaimana dengan kamar tersembunyi itu?"

"Tidak perlu lakukan apapun pada ruangan itu, biarkan seperti itu."

"Baru saja ada pesan dari villa, Kepala pelayan sepertinya dipanggil oleh Nyonya tua."

"Minta mereka tetap seperti biasa, untuk pihak Nyonya Tua minta Nara untuk mengawasi."

"Baik, Nona. Tapi, Apakah pihak Nyonya Tua tahu keberadaan Denia? Bukankah ia sangat memperhatikan reputasi, bukan tidak mungkin satu atau dua orang dari kalangan kelas atas mengetahui tindakan mereka, belum lagi Denia mantan model, mereka tidak pernah menyukai orang orang dari industri hiburan!?"

"Nyonya tua seharusnya tahu keberadaannya, tapi jika ia diminta untuk memilih ia pasti lebih suka menantu yang bisa mereka kendalikan daripada aku."

"Ya, seharusnya seperti itu."

"Juga, Nyonya Tua tidak akan melarang cucunya jika itu hanya untuk bersenang-senang, Leon tidak pernah menjadikan status Denia jelas. Juga tidak pernah ingin memperjelasnya. Petualang adalah petualang, dari dulu Leon seorang petualang, ia tidak merasa cukup hanya dengan satu wanita."

Mata Nana membulat, meskipun ia adalah asisten pribadi Nonanya, kesibukannya juga luar biasa. Jadi, saat ia membuat keputusan untuk menggantikan kekasihnya yang berkhianat dengan Leon, Nana tidak tahu itu.

Ia hanya muncul sehari sebelum pernikahan mereka, dan ia juga mendengar janji manis Leon pada Nonanya.

Nana tahu Nonanya lembut tetapi juga pemarah dan ia yakin tindakan melanjutkan pernikahan dengan pria lain, alih alih membatalkan semuanya pasti adalah tindakan balasan. Yah, pembalasan dendam pengkhianatan dibalas pengkhianatan.

Jika saja Leon tidak bermain api mungkin tidak akan separah ini, Nonanya benci penghianat, mereka seperti sampah yang harus segera dibuang.

Sesiliana memandang layar lagi lalu tersenyum.

“Siapkan dirimu untuk rasa sakit yang lebih dari itu, Leon Panetta.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status