LOGINBUG!
Satu tinju mentah itu mendarat di wajah Damian yang membuat pria dewasa itu bukan main terkejutnya. Dia mendongak dengan wajah yang memar dan bercak darah yang keluar dari sudut bibirnya. “Alpha.” “Semenjak kapan perusahaan ini tak ada etika dan adabnya. Berani melecehkan karyawan wanitanya. Anda ingin masuk jeruji besi!” Kemarahan itu tidak main-main. Aku melihat wajah Alpha Benjamin, sang CEO perusahaan itu tak terkendali. Menakutkan dan sungguh tak terduga seorang pria yang baru saja menginjak dewasa bisa sejantan itu. Jelas aku terpesona dengan penampilannya kali ini. Dia menunjukkan di depan mataku bahwa dirinya memang benar-benar laki-laki sejati. “Ka-mu salah paham, Alpha. Tidak seperti yang kamu bilang.” Damian masih saja mencari pembelaan. Alpha seketika menatapku namun sepersekian detik kembali dengan garang ingin menghantam tubuh Damian. “Jangan!” teriakku yang rupanya mampu membuat pria itu bangkit berdiri. “Masih membela rupanya. Tak rela dia cacat padahal sudah jalas-jelas melecehkan di tempat kerja.” Wajahku memanas seketika mendengar suara ketus itu. “Bu-bukan itu maksud saya, Tuan. Ini di kantor. Kalau Anda terus memukulnya akan terjadi tindakan kriminal. Nantinya Anda bisa masuki ke kantor polisi.” Alpha bergeming sejenak dengan menatapku dalam-dalam. Tapi aku sama sekali tak mengerti dengan arti tatapannya tersebut. “Paman. Akan lebih baik Anda angkat kaki dari perusahaan saya. Perusahaan ANT tidak menerima pegawai seperti Paman yang sewaktu-waktu bisa membahayakan karyawan lain.” Mata Damian membelalak saat mendengar Alpha mengusirnya secara halus. “Kamu mengusir aku, Alpha! Pamanmu sendiri!” Keras dan menggema suara Damian merasa tidak terima atas keputusan Alpha. “Ini keputusan yang tepat Paman. Aku rasa kakek juga akan setuju mengeluarkan Paman dari perusahaan ini. Aku sama sekali tidak menyangka keturunan keluarga Benjamin ada yang sekurangajar Paman apalagi terhadap perempuan.” Damian kini terdiam. Dadanya bergemuruh kuat. Dia bangkit dan menatap ke arahku juga arah Alpha. Aku membalas tatapannya. Tak merasa takut apapun tidak seperti sebelumnya yang selalu tunduk dan patuh terhadap semua ucapannya. “Kamu bisa kembali bekerja.” Aku mengangguk lantas meninggalkan tempat itu. “Masalah ini akan kita lanjutkan nanti di rapat keluarga, Paman. Aku yakin kakek akan banyak bertanya kepadaku soal ini. Apalagi aku sudah memecat Paman.” Damian kembali memasang wajah garangnya. Masih tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Alpha. Namun pria muda itu sudah meninggalkan tangga darurat tersebut. Peristiwa itu terdengar oleh petugas kebersihan yang kebetulan sedang membersihkan tempat tangga darurat. Hingga akhirnya rumor tersebar. “Di. Mereka bertengkar karena kamu?” Aku menoleh dan melihat ke arah Chalondra. Ada gelengan pelan di kepalaku. “Kamu salah dengar, Cha. Jangan percaya dengan rumor tak jelas,” jawabku pelan. “Sekarang coba jelaskan padaku. Ada hubungan apa kamu dengan Tuan Damian. setahuku dia saat ini sedang menjalin hubungan dengan Alexa?” Sekali lagi aku menatap wajah Chalondra yang terlihat penasaran. Entah bagaimana aku menjelaskan pada wanita mahal itu. “Aku tak ada hubungan apapun dengan Tuan Damian, Cha. Hanya salah paham saja.” Chalondra menatapku curiga namun aku menepuk pundak ringkihnya pelan. “Sudahlah. Kita pulang, ya.” Aku mengajaknya untuk turun karena jam pulang kerja sudah tiba. Masih dengan rasa penasaran penuh keraguan Chalondra mengikuti langkahku. Pim! Pim! Kami sedikit kaget mendengar suara klakson itu. Sebuah kepala muncul setelah kaca mobil diturunkan. Dan tampak sosok tampan dengan wajah dingin itu terlihat menatapku. “Masuk!” Perintah itu membuat Chalondra bengong. Terpana tak percaya. Sedang aku masih terdiam berdiri di samping sahabatku itu. “Antonia Dior! Apa aku harus mengulang perintahku!” Mendengar suara itu keras bergema di ruang lobi itu aku terhenyak. Terlebih Chalondra yang semakin tak percaya dengan pendengarannya. “Di. Kamu yang disuruh masuk ke mobil, Tuan Alpha. Kok bisa?” Aku sendiri bingung dan seketika itu seperti terhipnotis tak bisa berkata apa-apa. Saking geregetannya laki-laki itu turun dari mobil lantas menarikku pelan membawa ke dalam mobilnya lalu meninggalkan Chalondra yang masih terpana dan tercengang bengong tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Semenjak kapan kamu tidak patuh pada atasan kamu, Nona Dior?” Aku menoleh lantas memberanikan diri menatap wajah tampan itu. Menelan saliva seketika saat terlihat guratan rahang tegas itu terpampang di depan mataku. Adrenalinku naik seketika. “Sudah puas melihatnya?” Seketika aku gugup mendengar teguran itu. Wajah dan suara dingin itu seperti mengiris hatiku. Lantas aku mengalihkan pandangan keluar pintu. “Kita akan lanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi siang.” Kali ini aku benar-benar kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Alpha. “Pekerjaan tadi siang?” Aku mengulang kalimat itu. Alpha menatapku tegas. “Iya. Kenapa? Kamu lupa atau pura-pura lupa?” “Tapi__ “Nggak ada tapi. Aku butuh jawabanmu sekarang. Kalau kamu sudah setuju kita langsung menikah.” Bom! Bukan hanya aku yang terkejut melainkan asisten Alpha yang bernama Lean itupun semoga mendongak menatap kami dari arah cermin spion. “Anda sudah sampai, Tuan.” Alpha menarikku untuk turun. “Lean. Aku butuh bantuanmu. Tolong urus yang berkaitan dengan KUA.” Lagi-lagi aku terkejut namun sepertinya Alpha tidak memberiku kesempatan membela diri. “Tuan Alpha. Saya belum menyetujui kerja sama kita.” Alpha menghentikan langkahnya. Menarik lenganku dan memberikan posisi lebih intim kepadaku dengan dirinya. “Sepertinya aku tak perlu lagi menunggu persetujuan kamu, Nona Dior. Ini bentuk kerja sama kita. Setiap bulannya kamu akan mendapatkan uang 100 juta.” Wajahku memerah dengan mata membelalak tak percaya mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Alpha. “Seratus juta,” gumamku mengulang perkataannya. “Iya. Seratus juta. Kurang? Nanti bisa kita bicarakan. Sebaiknya kita sekarang menandatangani surat perjanjian dulu.” Rupanya pria berusia 26 tahun itu punya misi penting. Dia harus menjadi pemilik dan pewaris dari semua harta kekuasan keluarga Benjamin. Karena dengan syarat sudah mempunyai istri dan anaklah hak itu bisa diberikan kepadanya. Pantas saja Damian tidak mau melepaskan aku. Dan aku yakin sebentar lagi dia juga akan mengumumkan kalau dirinya akan menikahi Alexa, adik tiriku. Padahal sebenarnya Damian masih kukuh mempertahankan hubungan bukan karena itu saja. Ada sayatan luka di dadaku saat menyadari ternyata aku hanya dijadikan alat buat mewujudkan keinginan orang kaya. Bahkan berdalih membantuku membalas dendam. Tapi aku sudah tak peduli akan itu. Toh aku juga untung besar. Kapan lagi aku akan mendapat gaji 100 juta tiap bulan. Lebih baik aku memanfaatkan momen ini untuk mengumpulkan pundi-pundi harta benda agar aku bisa segera keluar dari cengkeraman orang-orang kaya yang berkuasa dan serakah ini. “Tuan. Semua yang diperlukan sudah siap. Apa Anda akan melakukan hari ini juga?” “Lakukan sekarang, Lean!” Aku terkejut. Memandang wajah Alpha untuk meminta penjelasan. Namun rupanya pria dingin itu tak memberiku kesempatan sama sekali. “Tanda tangani sekarang. Setelah kamu menandatangani surat perjanjian ini kamu akan mendapatkan uang itu setiap bulan lain dengan apa yang kamu butuhkan setiap hari seperti uang belanja dan uang lainnya.” Aku tersenyum sumringah. Tak masalah aku jual diriku. Toh dalam perjanjian itu dia tidak membutuhkan tubuhku. Dia hanya membutuhkan status dariku agar kami menjadi sepasang suami istri. Dengan cepat tanpa berpikir lagi aku mulai menggoreskan pena itu. “Tidak dibaca dulu?” Aku mendongak lalu menggeleng untuk menjawab pertanyaan pria itu. Setelah itu kembali melanjutkan untuk menandatangani surat itu. Ada senyum misterius terbit dari bibir sensual Alpha yang tak kusadari.“Sah.” Penghulu itu mengikrarkan janji terakhir kami. Dan mulai terdengar kata sah itu aku dan Alpha resmi menjadi suami istri. Meskipun aku tahu pernikahan ini hanya sebagai syarat. Kupandangi buku nikah yang sudah ada di tanganku itu. Terasa ada sesuatu yang menggemuruh di dadaku. Aku tak menyangka secepat itu aku menikah bahkan dengan pria yang usianya beberapa tahun di bawahku. “Kenapa? Kamu menyesal?” Aku menoleh. Kulihat pria tampan itu memakai jas yang pastinya tidak murah. Bangsawan berdarah biru itu mendekatiku lantas merangkulku. Agak terkejut menyadarinya. “Kamu sudah sah menjadi istriku. Mau aku apakan itu juga sudah menjadi hakku.” Mataku terbelalak lebar. Baru saja bibirku terbuka untuk membantah perkataannya, Alpha sudah menempelkan jari telunjuk kan di tengah bibir tipisku. “Bukankah kemarin aku sudah menyuruhmu untuk membaca kontraknya sebelum kamu menandatanganinya.” “Akh!” Ada rasa kesal menjalar di dalam hatiku. Serasa aku dijebak setelah aku mendeng
BUG! Satu tinju mentah itu mendarat di wajah Damian yang membuat pria dewasa itu bukan main terkejutnya. Dia mendongak dengan wajah yang memar dan bercak darah yang keluar dari sudut bibirnya. “Alpha.” “Semenjak kapan perusahaan ini tak ada etika dan adabnya. Berani melecehkan karyawan wanitanya. Anda ingin masuk jeruji besi!” Kemarahan itu tidak main-main. Aku melihat wajah Alpha Benjamin, sang CEO perusahaan itu tak terkendali. Menakutkan dan sungguh tak terduga seorang pria yang baru saja menginjak dewasa bisa sejantan itu. Jelas aku terpesona dengan penampilannya kali ini. Dia menunjukkan di depan mataku bahwa dirinya memang benar-benar laki-laki sejati. “Ka-mu salah paham, Alpha. Tidak seperti yang kamu bilang.” Damian masih saja mencari pembelaan. Alpha seketika menatapku namun sepersekian detik kembali dengan garang ingin menghantam tubuh Damian. “Jangan!” teriakku yang rupanya mampu membuat pria itu bangkit berdiri. “Masih membela rupanya. Tak rela dia cacat
Entah setan apa yang tiba-tiba merasuki kami. Sepasang bibir kami sudah menyatu. Saling menghisap dan mengecap. Dan sepertinya aku sangat menikmati. Demikian dengan pria berondong yang usianya jauh di bawahku itu. Bersamaan dengan tangannya yang sudah menyusup ke balik pangkal pahaku pintu diketuk seseorang. “Ada orang,” bisikku tersengal. Namun wajahku dan wajah Alpha Benjamin memerah menahan sesuatu. “Kita lanjutkan nanti,” ucapnya sambil menarik tangannya yang berada di kedua pangkal kedua pahaku. Napasku tersengal dengan dada bergemuruh hebat. Aku merapikan baju dan rok dinasku sebelum selanjutnya seseorang itu masuk ke dalam ruangan Alpha. Keterkejutan itu milikku bukan milik Alpha. Pria muda itu tampak dingin dan tenang saat menatap seseorang melangkah ke arahnya. “Aku ke sini mencari Dior. Ada kerjaan yang harus dia selesaikan di ruanganku.” Jantungku berdetak hebat dengan wajah memanas. Rupanya hal itu dapat ditangkap oleh Alpha. “Kerjaan apa yang mengharuskan Nona Dior
Uhuk! “Di. Are you, okey?” Chalondra tampak khawatir saat melihatku pucat dengan batuk yang tersedak. Aku mengangguk-angguk sambil menahan ringisan kesakitan di tenggorokan juga dadaku yang sesak. Sementara sosok yang baru saja masuk dikawal oleh beberapa orang itu terlihat tenang tanpa ekspresi. “Selamat Pagi. Hari ini kita adakan rapat darurat penyambutan CEO kalian yang baru bisa hadir di Perusahaan ANT. Kita sambut CEO kita Alpha Benjamin Atlas dengan sang Ibunda, Thalia Dinandra Atlas. Mereka menjabat sebagai CEO dan Presiden Direktur.” Aku terdiam. Bahkan bergeming dan tertegun mendengar sederetan kalimat yang diucapkan oleh sekertaris kantor itu. Ternyata memang ini perusahaan keluarga. Semua ada di tempat ini. Pantas saja Alexa begitu ngebet dan nempel terus dengan sosok Damian. Ternyata ini tujuannya. “Selamat Pagi Semua___ Dan akhirnya hari itu juga resmi sudah ibu dan anak itu berada di perusahaan ANT menempati posisi tertinggi. Aku melihat Damian sedikit kece
Kegelisahan itu jelas tampak dalam hatiku. Menimbang dan mengingat semua perkataan sosok itu. “Aku Alpha Benjamin. Usiaku 26 tahun. Baru tinggal di sini beberapa waktu lalu. Kebetulan aku adalah keponakan pria berengsek yang sudah menjadi kekasihmu 11 tahun lamanya. Aku memberimu waktu sampai besok jam empat sore untuk mempertimbangkan saran yang aku berikan padamu.” Masih terngiang semua perkataan pria muda bernama Alpha Benjamin itu. Membuat kepalaku berdenyut hebat. “Siapa sebenarnya cowok itu? Kenapa bisa tahu semua tentang aku dan Damian? Apa benar dia keponakan pria berengsek itu?” Berjuta pertanyaan itu menyerang kepalaku dan membuatnya semakin berdenyut sakit. Bahkan pria itu tahu apa yang terjadi antara aku dan Damian. Yang lebih mengherankan lagi dia menawarkan sesuatu yang tidak masuk akal sama sekali. Yang lebih membuat aku tak bisa berkata-kata. Ternyata dia adalah keponakan Damian. Itu artinya__ “Kamu ingin balas dendam bukan?” Kembali ucapan itu terngiang. Bahk
Air mata itu aku usap dengan kasar saat kedua mataku harus menerima kenyataan menyakitkan itu. Beberapa detik yang lalu kupergoki laki-laki yang sudah 11 tahun menjadi kekasihku sedang meniduri perempuan muda yang tak lain adik tiriku sendiri. Aku, Antonia Dior. Wanita yang berusia 30 tahun. Usia yang tidak muda lagi. Yang selama ini aku pertahankan demi satu laki-laki untuk menunggunya menikahiku. Namun apa yang aku dapat. Sebuah kenyataan yang memporak-porandakan mental sehatku. Dia mengkhianati kepercayaanku selama 11 tahun. Berselingkuh di belakangku dengan adik tiriku sendiri. “Argh!” Desahan itu membuat jantungku berhenti berdetak. Merasakan sakit dan nyeri yang tak ada ujungnya. Entah mengapa kakiku terasa kaku seperti lumpuh. Bahkan aku sama sekali tak bisa menggerakkannya hanya sekedar untuk berlari menjauhi tempat laknat itu. Di saat mereka sampai pada puncak kepuasan nafsu jahanam itu aku terisak. Sangat memalukan dan akhirnya waktu itu tiba juga. “Dior,” desis sala







