POV Ayana
"Eyang sakit apa katanya Mas?"
"Penyakit tua kata dr. Susilo." Kelakar Mas Elang.
"Sudah baikan 'kan katanya?"
"Sudah."
Hening.
"Huh! Eyang itu memang selalu menuruti apa maunya Aya, Mas. Sayang masalah jodoh otoriter banget," sungutku.
"Tenang. Eyang Adinata udah turun tangan. Bahkan Eyang Rukmini juga."
"Beneran?"
"Iya. Waktu kegagalan pernikahan kamu dan kamu kabur. Eyangku marah-marah tahu. Lucu pokoknya, tahu sendiri kan Eyangku pensiunan TNI lebih galak dari Eyang kamu. Belum lagi Eyang Rukmini yang cerewetnya minta ampun. Hahaha."
"Hahaha. Bisa Aya bayangin kalau Eyang pasti cuma bisa duduk menunduk gak bisa ngomong apa-apa sama kakak dan adiknya."
"Betul sekali. Dua bulan sejak kamu kabur, Eyang Aditya drop. Semua usahanya diserahkan sama Gatot, cucu Eyang Rukmini."
"Gatot udah selesai kuliahnya Mas?"
"Udah. Sekarang dia yang menghandel semua usaha Eyang kamu."
"Syukur
POV AyanaDemi Tuhan aku ingin marah tapi sengaja kutahan. Ingin mengumpat takut dosa. Astaga! Kadang aku mengutuk diri sendiri jika mengingat hampir semua orang mengira aku ini gadis manis nan kalem. Ingin rasanya kubongkar sifat asliku agar dunia tahu kalau Aya itu macam Ratu Seon Deok atau Mishil. Cantik, manis, anggun, kalem namun berbahaya."Ay, jangan cemberut dong. Maafin kita. Kita beneran cuma pengin ngajak kamu happy-happy," celetuk Tamara dan duduk disampingku.Aku sama sekali tak bersuara, bahkan pandang mataku menatap jijik ke arah Michele dan Desty yang tengah meliuk-liukkan badannya kayak uler keket. Mana pada make baju warna ijo semua. Persis deh."Ay, udah dong jangan cemberut, oke.""Aku mau pulang." Aku langsung mengambil tasku dan meninggalkan kerumunan manusia penuh dosa disana.Saat akan sampai ke mobilku seketika aku ngumpet. Aku melihat Arfan dengan seorang wanita cantik. Kayaknya kenal. Owh ... bukannya itu mod
POV RoyyanAku dengan tergesa-gesa menuju ke rumah kedua orang tuaku. Sampai di halaman, aku segera turun pun dengan dua orang dari mobil yang sepertinya baru sampai juga."Aya," ucapku begitu melihat Ayana."Mas Royyan." Aya pun ikut berteriak.Aku segera menghampiri Aya dan memeluknya."Mas kangen banget tahu Ay.""Aya juga Mas, kangen banget.""Kamu kok lama banget sih? Sampai lumutan tau mas nungguin kamu.""Maaf Mas, banyak hal yang terjadi.""Aya ....""Mas Royyan ...."Kami masih saling berpelukan. Bahkan sesekali kucium kepalanya. Pokoknya dunia serasa milik kami berdua yang lain ngontrak."Ekhem."Pelukan kami terlepas karena suara deheman dari Elang. Aku dan Aya tertawa."Sorry Bro, kangen soalnya. Permisi ya. Aku mau culik tuan puteri dulu. Ayo Ay, ikut Mas Royan. Oh iya El, awas ya! Jangan apa-apain Fiqa. Tapi cium boleh," ucapku dengan sering jahil."Kali
POV Author"Kamu kenapa Nau?""Gak papa kok Nai.""Jangan bohong, kamu kelihatan gak baik-baik saja.""Oke aku memang gak baik-baik aja. Aku dari dulu suka sama Mas Royyan sejak dia masih sama kamu. Segala upaya aku lakuin agar kalian pisah. Saat kamu udah pisah dengan Mas Royyan, aku berusaha menarik hatinya tapi selalu gak ditanggepin dan sekarang apa? Dia mau nikah sama gadis itu yang baru dikenalnya."Naira terkejut dengan pengakuan Naura. Bukan karena dia masih menyukai Royyan. Bukan karena hal itu.Royyan sangat tampan dan supel makanya banyak cewek yang jatuh hati padanya termasuk Naira. Hanya saja dia sungguh tak menyangka jika sepupunya menjadi salah satu penyebab retaknya hubungannya dengan Royyan.Meski tadi sempat kaget namun Naira yang sekarang memang sudah tak ada rasa untuk Royyan. Semua cintanya sudah beralih kepada suaminya, Thomas. Sehingga dia biasa saja ketika mendengar Royyan akan menikah. Bahkan sekarang di
Arfan membanting ponsel miliknya. Orang suruhannya mengabarkan jika empat orang suruhannya mati terkena tembakan dari Elang. Sedangkan lima yang lainnya tertangkap."Brengsek! Kenapa aku sampai lupa ada Elang disana? Dia jelas selalu membawa senjata. Agh! Kenapa juga kembaran cowok itu harus menyelamatkan Ayana.""Aggghhhhh!"Arfan tambah stres karena agensi miliknya sedang dalam masalah, salah satu modelnya tertangkap basah sedang melakukan transaksi prostitusi. Bodoh! Kenapa dia bisa kecolongan?Tok! tok! tok!"Masuk.""Permisi Pak, kakek Anda datang dan ingin bertemu dengan Anda.""Baik. Akan saya temui beliau."Arfan segera menemui kakeknya. Wajahnya yang kalut dan marah dia ubah dengan mimik muka tenang dan ramah seperti biasanya."Opa.""Duduk!"Arfan kemudian duduk di sofa di seberang opanya."Kamu lihat ini."Arfan melirik pada berita yang ada di koran yang opanya bawa.
POV RoyyanWajah kusut, rambut awut-awutan, mata kayak panda. Menyedihkan.Aku menoleh menatap istriku yang masih tertidur nyenyak. Kulirik jam di dinding kamar pukul empat pagi. Sungguh tragis semalaman aku gak bisa tidur. Karena sibuk nenangin si Royyan kecil. Huhuhu. Ngenesnya."Mas.""Eh Aya, kok udah bangun."Ayana bangun dan ikut duduk di kursi sofa yang ada di kamarku. Dia membelai rambutku kemudian mencium pipiku."Maaf ya." Kemudian menyandarkan kepalanya pada bahuku. Aku pun memeluknya penuh cinta."Mas.""Hem.""Beberapa bulan lagi puasa kayaknya.""Empat bulan lagi.""Masih cukup lama berarti.""Iya.""Mas.""Hem.""Tahu gak kenikmatan pas orang lagi puasa itu pas kapan?""Nikmatnya itu pas waktu buka, air minum aja serasa kurma," jawabku. Eh. Aku melonggarkan pelukanku dan menatap Ayana. Dia tersenyum manis sekali, duh aku merasa tersindir ini.
POV AyanaAku terkapar, aku gak bisa bergerak sama sekali. Sakit. Bahkan aku kayak bayi yang harus dimandiin. Sholat aja sambil tiduran. Setelah pertempuran semalam yang begitu menggairahkan, mendebarkan dan membuat kami ketagihan kami terkapar tak berdaya lebih tepatnya aku sih. Huhuhu. Sakit guys. Hampir semalaman Royyan kecil kesenangan buka puasanya sampe gak mau berhenti, lupa dianya kalau aku kan baru pertama kali gitu-gituan."Dek."Aku menoleh ke arah Mas Royyan yang datang dengan membawa sarapan."Makan dulu ya?""Iya.""Sini mas bantu kamu duduk. Sandaran kek gini aja ya." Ucapnya sambil memposisikan diriku agar bisa duduk bersandar pada tumpukan bantal yang telah dibuatnya.Dia memperlakukanku dengan lembut sekali. Duh pengin cium jadinya. Tapi jangan ah, ntar Royyan kecil ngajak perang lagi, akunya yang kerepotan. Kerepotan nolak maksudnya hihihi.Eh. Udah ah jangan bahas Mas Royyan apalagi adik kecilnya
POV Ayana"Kamu jangan kemana-mana pokoknya?""Iya Mas.""Harus ada yang nemenin kalau mau pergi-pergi.""Iya Mas.""Kalau ada apa-apa telepon mas.""Oke.""Jangan lupa makan.""Iya.""Jangan lupa mimpiin mas.""Siap.""Love you.""Love you too.""Muah.""Hahaha. Kapan Mas sampainya kalau nelfon terus?""Hahaha. Oke mas tutup ya, Cinta.""Iya, Mas.""Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumslam."Aku menutup telepon, dasar Mas Roy. Selalu perhatian, makin cintakan akunya. Hihihi."Aya.""Iya Eyang. Eyang mau makan?""Enggak, eyang masih belum lapar. Nanti saja. Royyan yang tadi telepon?""Iya.""Hehehe. Baru juga pergi beberapa jam sudah telepon terus.""Mas Royyan memang gitu Eyang."Dua bulan lima belas hari usia pernikahan kami. Dan ini kali pertama aku ditinggal dinas keluar kota sama Mas Royyan. Dia ada
POV 3"Aya ... Roy ...," lirih Aditya. Dia merasa bersalah karena dirinya, kedua cucunya sedang dalam bahaya.Aditya ingat, saat Aya sedang ke toilet wanita itu menghampiri Aditya sambil menekankan pistol ke perutnya. Memintanya untuk ikut atau Ayana akan terluka. Sehingga mau tak mau Aditya mengikuti wanita itu menuju sebuah mobil. Sampai disana ia disekap dan dibawa jauh entah kemana."Jangan lakukan apapun atau eyang kamu akan aku tembak. Hahaha.""Mau kamu apa Arfan. Lepaskan eyangku. Kalau kamu ada masalah denganku, jangan bawa-bawa Eyang," ucap Ayana penuh kemarahan."Kamu. Masalahku adalah kamu. Aku mencintai kamu dari dulu tapi kamu malah mau dinikahkan sama Amir. Aku meminta opaku agar aku yang menikah denganmu. Tapi Amir yang manja itu merengek menyebalkan sekali. Aku kalah hanya karena aku bukan berasal dari menantu yang berdarah konglomerat. Namun perkataanmu tentang Amir bahwa Amir buaya darat membuatku melakukan tindakan untuk memperm