Beranda / Rumah Tangga / Bukan Ibu Susu Palsu / 90 Pertemuan Yang Diharapkan

Share

90 Pertemuan Yang Diharapkan

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-12 21:25:38

"Saya tengah mencari seorang wanita bernama Raya Maulida yang merupakan putri dari bapak Abdul Rozak."

Raya terkejut begitu namanya disebut oleh Rahmat Hidayat.

"Bukankah itu nama lengkap kamu, Raya?" Aditya sampai bertanya kepada Raya untuk kembali memastikan. Sejak pertama bertemu dengan Raya, Aditya sudah tahu nama lengkap Raya yakni Raya Maulida.

"Iya benar. Nama lengkap saya memang Raya Maulida," jawab Raya sedikit gugup.

Namun nyatanya bukan hanya Raya dan Aditya yang terkejut, Rahmat pun terlihat kaget.

"Raya Maulida yang saya cari adalah satu-satunya putri dari Bapak Abdul Rozak. Mereka tinggal di sebuah kampung yang berada di kecamatan nanggung yakni kampung pongkor. Apa kamu tahu sesuatu?" Rahmat hidayah dengan sangat serius.

Mulut Raya sedikit menganga karena terkejut. "Itu adalah nama Bapak saya. Saya tinggal di daerah yang Pak Rahmat sebutkan barusan. Untuk apa Pak Rahmat mencari Bapak saya?" Kali ini tangan Raya terlihat gemetar. Wanita berbulu mata lentik itu khawati
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bukan Ibu Susu Palsu   90 Pertemuan Yang Diharapkan

    "Saya tengah mencari seorang wanita bernama Raya Maulida yang merupakan putri dari bapak Abdul Rozak." Raya terkejut begitu namanya disebut oleh Rahmat Hidayat."Bukankah itu nama lengkap kamu, Raya?" Aditya sampai bertanya kepada Raya untuk kembali memastikan. Sejak pertama bertemu dengan Raya, Aditya sudah tahu nama lengkap Raya yakni Raya Maulida."Iya benar. Nama lengkap saya memang Raya Maulida," jawab Raya sedikit gugup.Namun nyatanya bukan hanya Raya dan Aditya yang terkejut, Rahmat pun terlihat kaget. "Raya Maulida yang saya cari adalah satu-satunya putri dari Bapak Abdul Rozak. Mereka tinggal di sebuah kampung yang berada di kecamatan nanggung yakni kampung pongkor. Apa kamu tahu sesuatu?" Rahmat hidayah dengan sangat serius. Mulut Raya sedikit menganga karena terkejut. "Itu adalah nama Bapak saya. Saya tinggal di daerah yang Pak Rahmat sebutkan barusan. Untuk apa Pak Rahmat mencari Bapak saya?" Kali ini tangan Raya terlihat gemetar. Wanita berbulu mata lentik itu khawati

  • Bukan Ibu Susu Palsu   89 Namanya Disebut

    "Pikirkan baik-baik ucapan papah barusan. Jangan kamu mempermalukan keluarga besar kita. Jangan pernah kamu mempermalukan Fatih di masa dewasanya nanti. Jangan sampai Fatih memiliki seorang ibu pengganti yang berprofesi sebagai pembantu seperti dia!" Jadi telunjuk papahnya Selin terlihat menggaris lurus ke wajah Raya.Raya hanya bisa mematung sambil membendung sendu. Ia menundukan kepala. Sadar dengan dirinya yang tidak punya tahta di hadapan mereka. "Saya permisi." Raya akhirnya beranjak dari tempat duduknya, dia melangkah dengan cepat meninggalkan ruang tamu. Raya masuk ke dalam kamarnya, meluapkan rasa sedih yang tidak bisa lagi ditahan. Dari balik pintu kamar, Raya terduduk di atas lantai sambil memeluk lututnya sendiri. Air matanya seketika menganak sungai di pipi. Keadaan wajahnya yang sempat rusak oleh noda bekas minyak panas memang telah sembuh, tapi kini hatinya yang terasa sangat sakit bagaikan tertusuk belati."Seharusnya dari awal aku sadar, siapa diriku. Bisa-bisanya ak

  • Bukan Ibu Susu Palsu   88 Berdebat Lagi

    Raya terkejut. "Itu daerah saya, Pak."Aditya sampai menaikkan kedua alisnya. "Oh ya! Saya pikir kamu tinggal di daerah dekat rumah mertua kamu," balasnya. "Dulu waktu saya masih kecil banget, saya dan orang tua saya tinggal di daerah kecamatan nanggung yang berada di Bogor Barat. Saya adalah anak tunggal, tapi dulu saya punya kakak angkat." Raya menjelaskan. "Berarti kamu bisa bantu saya untuk mencari orang tua yang tengah dicari oleh Pak Rahmat," ajak Aditya. "Saya sih bersedia untuk membantu, tapi kalau Fatih terlalu sering ditinggal-tinggal kasihan juga. Apalagi besok lusa saya akan melakukan perawatan kembali ke dokter," kata Raya."Oh iya, kasihan juga Fatih kalau terlalu sering ditinggal. Ya sudah tidak apa-apa, kamu tetap di rumah ya. Saya pergi bersama Pak Rahmat hari ini. Jaga diri baik-baik, jaga Fatih juga ya." Aditya terlihat mengangkat sebelah tangan kanannya, diusapnya pucuk rambut Raya dengan lembut. Duda tampan itu juga terlihat mengukir senyum manis kepada Raya.P

  • Bukan Ibu Susu Palsu   87 Seperti Pernah Kenal

    "Maaf saya tidak pernah berniat untuk menghina Anda ataupun siapapun. Saya tidak punya waktu untuk menghina siapapun. Ini hanya belas kasihan untuk Anda. Anda pulang dan beristirahatlah di rumah." Tak mau menunda waktu, Aditya langsung menaruh beberapa lembar uang kertas berwarna merah di atas pangkuan Raihan. Di waktu yang bersamaan, taksi online yang telah dipesan Aditya sudah tiba di depannya. "Permisi, Pak. Atas nama Pak Aditya Fadillah?" Driver taksi online bertanya kepada Aditya. "Ya, benar. Tolong antarkan orang ini ke rumahnya. Bantu dia masuk ke dalam taksi Anda," kata Aditya kepada driver taksi online. "Baik, Pak." Driver taksi online langsung melaksanakan perintah dari Aditya.Raya yang sedari tadi melihat kondisi keadaan Raihan dari dalam mobil, merasa teriris hatinya. Nyatanya saat ini Raihan sudah terlihat kesulitan untuk berjalan sehingga menggunakan kursi roda. Raya juga melihat, driver taksi online terlihat kesulitan saat memasukkan Raihan ke dalam taksinya. 'Ya

  • Bukan Ibu Susu Palsu   86 Pergi Untuk Perawatan

    Tapi begitu Raya membuka pashmina yang menutupi wajahnya, seketika Fatih terkejut.Bola mata Fatih nampak membulat sempurna saat melihat wajah Raya. "Bubu..." Volume suaranya perlahan mengecil. Sementara kedua tangan Fatih terlihat memeluk Anita di sampingnya. Seperti Tengah berlindung dari rasa takut."Sayang, itu Bubu. Wajah Bubu sakit, Terluka, harus diobati sama dokter. Nanti kita ke dokter bareng-bareng ya, obati wajah Bubu yang sakit." Anita berbicara begitu pelan kepada Fatih. Wanita paruh banyak itu berusaha menjelaskan dengan pelan-pelan dengan memakai gaya bahasa anak-anak, agar Fatih bisa memahami."Bubu, sakit?" Perlahan Fatih mulai melepaskan pelukannya dari Anita. Anak laki-laki itu mulai berjalan mendekati Raya. Raya tidak pernah menyangka, Fatih benar-benar mendekatinya kemudian mengelus kedua belah pipinya. "Bubu, sakit?" Anak tunggal Aditya itu bertanya dengan raut wajah penasaran kepada Raya. Raya pun segera menganggukan kepalanya dengan pelan. "Iya, Fatih Sayang

  • Bukan Ibu Susu Palsu   85 Bersedih

    3 hari setelah insiden penyiraman minyak panas kepada wajah Raya. Hari ini Raya diantar oleh Aditya untuk pergi ke rumah sakit guna mengecek wajahnya."Bagaimana kalau wajah saya menjadi cacat?" desis Raya ketika di dalam mobil menuju rumah sakit. "Jangan bicara seperti itu, Raya. Pasti akan ada obat untuk menyembuhkan setiap luka," bantah Aditya segera. Nampaknya Aditya tidak mau kalau sampai Raya bersedih. Ketika telah sampai di rumah sakit, di sana perban yang melilit wajah Raya mulai dibuka oleh petugas medis.Seketika Raya terkejut ketika melihat wajahnya melalui pantulan cermin. "Ya Tuhan!" Bekas luka bakar di pipi Raya terlihat jelas. Bukan hanya di bagian dua sisi, pada hidung Raya juga terdapat luka bakar. Warna kulit pada wajah Raya menjadi berubah belang, keriput dan banyak totol berwarna putih bagaikan telur. Seketika air mata Raya menetes karena bersedih. Dia menggelengkan kepalanya. Semakin tidak pantas saja dia berdampingan dengan Aditya. Raya semakin merasa tidak p

  • Bukan Ibu Susu Palsu   84 POV Selin

    "Semoga saja wajah si Raya menjadi busuk!" Selin yang kini berada di bandara nampak tertawa puas. Wanita muda itu akan pergi ke luar kota untuk bersembunyi sekaligus liburan. Tak ada rasa bersalah dalam hatinya, padahal sudah melukai wajah Raya. Dia malah terlihat senang karena berhasil melukai wajah Raya. Dia malah berharap semoga wajah Raya rusak dak Aditya tak jadi menikah dengan Raya.Selin masih menunggu jadwal penerbangan. Dia berangkat lebih awal karena mengincar dari pencarian Aditya.Tidak lama ponsel Selin berdering. Panggilan masuk dari mamahnya. Terpaksa Selin menjawab telepon agar mamahnya tidak khawatir."Iya, Mah. Aku akan pergi liburan bersama teman-teman, mamah jangan khawatir." Selin langsung menjelaskan pada mamahnya tanpa jeda begitu benda pipih miliknya ia tempelken pada telinga."Bukan tentang liburan, Selin. Aditya akan melaporkan kamu ke polisi," lapor ibunya Selin dari dalam telepon."Apa!" Bola mata Selin sampai terbelalak. "Mamah jangan bercanda deh," imbuhn

  • Bukan Ibu Susu Palsu   83 Disiram Minyak Panas

    Mendengar suara Raya berteriak dari arah dapur, serentak Aditya dan Anita terkejut. Mereka segera beranjak dari tempat duduk, berlarian menuju sumber suara Raya menjerit meminta tolong."Aww!!!" pekik suara jeritan Raya semakin keras. "Tolong!" teriak Raya kemudian.Ketika Aditya dan Anita telah sampai di ruang dapur, dia melihat Raya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil merintih kesakitan. "Ada apa ini?" Aditya menjadi tegang kemudian bertanya kepada Selin dan pembantunya yang masih berdiri sedikit menjauh dari Raya."Dia kecelakaan," jawab Selin beralasan. Wajahnya menjadi terlihat gugup, dia tidak berniat untuk melakukan itu. Semuanya terjadi begitu saja, cepat dan spontan. Aditya tak bergeming, segera mendekati Raya yang tengah merintih kesakitan. Begitu Aditya membuka telapak tangan Raya yang menutupi wajah, sontak dia terkejut. Wajah Raya sudah memerah, akibat terbakar oleh minyak panas yang mengenai wajahnya. "Ya Tuhan!" "Kenapa bisa terjadi seperti ini?" Ta

  • Bukan Ibu Susu Palsu   82 Jahat

    Dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Sarah, perasaan Aditya sebenarnya merasa tidak enak hati, seperti ada firasat sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia sangat khawatir kalau orang tua Sarah akan menolak niatnya. Tapi Aditya harus berusaha. Apapun hasilnya nanti, dia akan tetap memperjuangkan Raya.Kendaraan roda empat mewah milik Aditya sudah sampai di depan rumah orang tua Sarah dan Selin. Semuanya segera keluar dari mobil.Ketika sudah berada di depan pintu utama, Aditya tidak perlu menekan bell. Seorang pembantu rumah tangga di kediaman mewah milik orang tua Sarah, sudah mengetahui kedatangan Aditya. Wanita berseragam pembantu itu segera membuka pintu utama. "Apakah Ibu dan Bapak ada di rumah?" Aditya bertanya kepada pembantu rumah tangga itu."Ada, Tuan. Mari, silahkan masuk." Dengan ramah pembantu rumah tangga itu mempersilahkan Aditya dan keluarganya untuk masuk. Setelah Aditya, Anita dan juga Raya yang masih menggendong Fatih duduk di sofa yang berada di ruang tamu, or

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status