Share

Bab 5. Firasat Kemilau.

“Bu, jujur sama aku. Apa pak Jordhy menyimpan rahasia lain yang aku nggak tau?” Setelah yang ada di ruangan itu hanya tinggal mereka berdua, Kemilau kembali mempertanyakan kebenarannya. Dia yakin, anggota keluarga Jordhy yang kaya raya itu, tidak mungkin menyukainya begitu saja. Dibandingkan mereka semua, Mila tak lebih dari seorang upik abu. Mustahil mereka mau menerima Kemilau sebagai menantu.

“Nggak ada rahasia-rahasiaan, Mil. Tuan Jordhy itu sungguhan kagum sama kamu. Katanya kamu pantas menjadi istri untuk Radinka. Ibu juga kurang paham, Mil, tapi Ibu memilih untuk percaya saja sama omongan alamarhum.” Sulis kembali duduk di sofa. Selama lima tahun mengenal Jordhy, Sulis tau pria itu tidak pernah salah dalam menilai sesuatu.

“Atas dasar apa, Bu? Aku masih muda. Bandingin om Radinka, umur aku jauh di bawah dia. Aku juga masih kuliah. Apa yang mereka harapin dari aku, Bu?” Kemilau ikut duduk dan memegang kedua tangan Sulis. Wanita ini sudah dia anggap sebagai ibu sendiri. Dia berharap Sulis berkenan melihat kedua matanya dan mengetahui betapa Mila sangat frustasi dalam situasi ini.

Tapi Sulis menolak untuk melakukan kontak mata dengan Mila. Dia sedang menyembunyikan sesuatu yang besar dan dia takut Kemilau akan bisa membacanya.

“Ibu mohon kamu percaya sama Ibu ya, Nak?” Akhirnya Sulis pun berani melakukannya. Kali ini tatapannya sendu. Gadis kecil yang sedang merasa terpojok itu adalah gadis yang sama, yang pernah menangis sejadi-jadinya karena ditinggalkan ayah dan ibunya. Kalau diingat-ingat lagi, hidup Mila ini memang terlalu memprihatinkan. Satu harapan Sulis, dia akan berbahagia jika menikah dengan Radinka. Begitulah janji Jordhy sebelum dia menghembuskan napas terakhir.

Kemilau sudah tidak bisa membantah. Sulis sudah merendahkan suaranya dan memohon. Itu artinya dia memang tidak punya pilihan. Dia meletakkan kepalanya di atas punggung tangan Sulis dan menangis sejadi-jadinya. Dia masih ingin bebas, menikmati masa mudanya. Ingin kuliah tanpa status menikah, ingin mencari kerja dan mencari uang sendiri. Kemilau cukup tau kalau hidupnya akan terkekang setelah menikah dengan laki-laki bernama Radinka itu.

“Maafin Ibu ya, Mil. Ibu hanya ingin yang terbaik untuk kamu.” Sulis menahan air matanya saat mengusap kepala Kemilau. Dia menyayangi anak ini, sudah seperti anak kandung sendiri. Kemilau tidak terlalu susah diatur. Malahan dia sangat membantu Sulis dalam mengkoordinir anak-anak. Kemilau juga bisa diandalkan dalam mengajari anak-anak panti yang kurang paham akan mata pelajaran di sekolah. Kemilau juga pintar memasak, rajin bebersih dan masih banyak hal yang membuat Sulis akan merindukan anak ini. Semoga saja keluarga Saskara menjaganya baik-baik.

Malam harinya Kemilau menunggu Gisel pulang. Sahabatnya itu sudah mengabari kalau akan pulang sore. Mila sudah ingin menceritakan semuanya. Sudah tidak tahan memendam isi hatinya yang sulit untuk diterima oleh Sulis.

“Hah? Om-om? Serius lo?” Sama seperti Kemilau tadi, Gisel pun terkejut mendengar cerita Mila tentang sosok pria yang dijodohkan dengan dirinya.

“Iya, Sel. Suer! Masak gue dinikahin sama om-om sih?” Kemilau berusaha mempengaruhi Gisel. Barangkali sahabatnya ini bisa membantunya untuk berbicara lagi dengan Sulis.

“Masak sih, Mil? Eh, namanya siapa? Ra … Radinka?” Gisel mengambil ponselnya dari atas kasur dan berniat untuk melakukan pencarian di halaman g****e. Kemilau langsung gigit bibir. Kalau Gisel lihat rupa asli Radinka, bisa-bisa dia akan seperti ibu Sulis, yang mendukungnya untuk menikah. Semoga saja yang bernama Radinka itu tidak pernah masuk internet.

“Om-om pala lo, Mil! Cakep gini!”

Kan?!

Kemilau menghembuskan napas. Sepertinya Gisel pun tidak akan bisa membantunya.

“Cakep loh, Mil! Kenapa bisa lo nggak mau sih? Buat gue aja kalau gitu?!”

“Nah! Gue juga udah bilang kayak gitu ke bu Sulis. Kenapa nggak lo aja. Tapi katanya pak Jordhy itu mintanya gue. Lo bujuk bu Sulis dong, Sel.” Kemilau merasa harus berusaha ekstra untuk membujuk Gisel karena sepertinya temannya ini menyukai Radinka.

“Enak aja! Seganteng apapun kalau tetap kawin paksa, ya gue nggak mau.” Gisel kembali melemparkan benda pipih itu ke kasur. Kembali duduk bersama Mila di lantai semen.

“Gue nggak tau kenapa hidup gue apes banget. Gue yakin ada sesuatu di balik perjodohan ini, tapi bu Sulis nggak mau kasih tau.”

Gisel mengusap punggung Mila yang duduk membungkuk memeluk lutut di sebelahnya.

“Ucapkan dan pikirkanlah yang baik, maka itu yang akan terjadi, Mila. Gue sih yakin banget ini memang jalan Tuhan buat lo. Lima tahun berada di panti asuhan dengan kesabaran yang lo punya, mungkin sudah saatnya lo bangkit. Raih cita-cita yang pengen lo raih, mumpung suami lo adalah orang kaya.”

“Tapi kenapa gue ngerasa ini nggak sesederhana itu ya, Sel?”

Sekembalinya Gisel ke kamarnya, Kemilau memilih untuk rebahan di kasur. Pikirannya masih kacau mengingat kondisinya sekarang. Lalu dia kembali mengingat ucapan Gisel tentang Radinka yang dia dapati di internet tadi. Bagi temannya itu Radinka adalah sosok yang tampan dan alangkah bodohnya jika Mila menolak perjodohan ini. Ah! Kalau Gisel mau, kenapa bukan dia saja? Ck!

Tiba-tiba sesuatu yang muncul dalam kepala Mila membuat tubuhnya spontan terduduk di atas kasur. Kenapa dia nggak kepikiran dari kemarin? Ya Tuhan!

Kemilau cepat-cepat turun dari sana dan menghampiri meja belajar sederhana miliknya. Ponselnya tergeletak di atas meja dan dia meraihnya dengan semangat. Seharusnya dia mencari tau tentang Radinka ini sejak kemarin. Bukankah dia sudah punya firasat kalau ada yang tidak beres di sini?

Jari-jari Kemilau dengan gesit menari di atas layar ponsel androidnya. Mengetik apa saja yang sedang bercokol dalam kepalanya sekarang. Dan hanya sebentar saja, Mila langsung shock di kursi tempatnya duduk.

"Tuhan." Satu tangannya menutup mulut lantaran tidak percaya. Ratusan hasil penelusuran yang kini muncul di layar HP-nya menunjukkan siapa itu Radinka Kevan Saskara. Apa tadi Gisel tidak menyadarinya? Ahh, Gisel 'kan tidak tau nama perusahan dimana almarhum ayah dan ibu Mila bekerja. Wajar dia tidak relate.

Ya, Radinka Kevan Saskara adalah putera sulung dari seorang pengusaha tekstil bernama Jordhy Saskara, pemilik Saska T&G. Perusahaan yang menjadi tempat kedua orang tuanya mencari nafkah dulu. Dan sampai sekarang, Mila tidak akan pernah lupa bagaimana perusahaan itu melupakan kedua orang tuanya yang jelas-jelas ikut sebagai korban kebakaran lima tahun yang lalu. Setidaknya itulah yang Mila tau.

Tapi ... kalau sebenarnya Jordhy Saskara lah pemilik perusahaan itu, dan pria itu adalah donatur tetap panti asuhan, apakah ... ini ada hubungannya dengan kematian orang tua Mila?

Mila mengusap wajahnya kasar. Kenapa juga dia tidak kepikiran kalau Saska T&G itu adalah milik Jordhy Saskara. Jelas-jelas namanya sama. Ahhh, Kemilau pusing. Apa perjodohan ini pun ada hubungannya dengan kejadian kebakaran itu?

Kemilau lalu tergoda untuk mencari tau tentang peristiwa itu. Dia kembali mengetik sejumlah kata kunci. Tapi tak satupun hasil yang keluar. Sampai berulang kali mengganti kata kunci pun, tidak ada yang Mila dapatkan. Gila. Ini benar-benar gila. Apa keluarga Radinka sengaja menghapus berita itu??

Tidak bisa dipungkiri, kini tumbuh rasa penasaran dalam benak Kemilau. Apakah Jordhy Saskara berperan besar dalam hidupnya selama lima tahun terakhir? Apakah perjodohan ini juga tak jauh-jauh dari kematian kedua orang tuanya? Dan yang terakhir, yang tidak kalah penting, apakah Radinka tau tentang semua ini???

Kenapa Kemilau merasa ingin mencari tau sendiri meski dia sama sekali tidak menginginkan perjodohan ini??

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Teman pencerita
kasihaann kemilauu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status