Share

Kekesalan Aida

Author: Miss_ Mia_69
last update Huling Na-update: 2021-09-07 18:56:34

"Apa yang terjadi?" tanya Mbok Darmi. 

Sari hanya bisa meringis kesakitan, niatnya untuk membunuh tikus yang ada dikamarnya, justru malah melukai tangan nya sendiri. Mbok Darmi mengambil air putih untuk Sari. Setelah merasa cukup tenang, Sari menceritakan segalanya pada Mbok Darmi. 

"Tadi, ada tikus di kamar Sari, Mbok. Niatnya, tadi mau membunuh tikus itu. Tapi, malah tangan Sari yang terkena pisaunya," papar Sari. 

"Sari, Sari. Lain kali, kalau ada apa-apa panggil Mbok, biar Mbok yang bantu. Kalau seperti ini, kau akan susah bekerja nanti. Kau tau sendiri, Nyonya Aida itu seperti apa? Dia tidak akan pernah suka, jika melihat seorang pembantu lelet dalam bekerja, kan?"

Sari hanya diam, karena apa yang Mbok Darmi katakan itu memang benar adanya. Jika Aida melihatnya bekerja dengan lelet, dia pasti terkena omelan nya. 

"Sari, kan tidak tahu kalau semuanya akan seperti ini." Sari berusaha membela diri. 

"Mbok tau Cah Ayu. Lebih baik, kau istirahat saja. Masalah tikus, besok pagi minta kang Dadang untuk menangkap nya," 

Sari mengangguk, dan kembali ke kamarnya. Sementara, Mbo Darmi kembali melanjutkan aktivitas yang sempat terhemyi karena kedatangan Sari. 

******

Aida telah selesai dengan pemotretan nya, kini ia beranjak ingin pulang. Setelah berpamitan pada Adit, Aida segera kembali dengan menaiki mobil pribadinya. 

Drtt ... 

Aida memilih mengabaikan deringan ponselnya, tak ada sedikitpun niatnya untuk mengangkat telpon itu. Karena, yang menelpon tak lain adalah Ihsan. 

Jam menunjukkan pukul 2 dini hari, tapi Aida masih berada di sebuah hotel. Ya, Aida tak langsung pulang, dia lebih dulu mampir ke hotel. 

"Kau telah berani mengabaikan perintah ku, Ihsan. Sekarang, kau akan lihat apa yang akan aku lakukan," gumamnya. 

Dia mengambil simcard dari ponselnya, dan menyimpan nya kembali ke dalam tas, dengan begitu Ihsan tak akan bisa menghubungi nya lagi. Sebenarnya, dia tak pernah mencintai Ihsan. Pernikahan baginya hanyalah sebuah ajang main-main saja. 

Aida juga sangat membenci Ibu Mertua dan Adik iparnya, karena menurutnya mereka hanyalah benalu, yang numpang makan dari uang Ihsan. Aida tak menyukai Ihsan menginap, atau bahkan memberikan uang tanpa sepengetahuan nya. 

"Ibu, Ibu. Sudah tua, masih aja nyusahin anaknya terus. Heran aku, Mas Ihsan juga, kenapa mau-maunya dibodohin oleh mereka terus." ujar Aida, seraya menyeruput kopi di hadapan nya. 

"Dan, Ara. Gadis itu terlalu ikut campur dalam urusanku, dia belum tau tengah berhadapan dengan siapa?" geram Aida. 

Aida memiliki mata-mata yang akan memantau semua aktivitas Ihsan disana. Dan, dari mata-mata nya itu, dia tau kalau Ihsan tengah membagikan gajinya untuk Ibu dan Adiknya

********

Keesokan paginya ... 

Intan kembali bersiap untuk mencari pekerjaan, dengan setelan pakaian yang sederhana, Intan melangkah keluar rumah. Setelah berpamitan dengan Bundanya, Intan mulai menyusuri jalanan. 

Beberapa perusahaan yang dia masuki, semuanya menolak lamarannya. Tapi, itu tak membuat Intan menyerah. Dia terus berjalan, dan berjalan. 

"Bismillah, semoga perusahaan ini mau menerimaku bekerja," ujar Intan.

Intan melangkah masuk, mungkin kali ini keberuntungan berpihak padanya. Setelah lamaran dibaca, tanpa menunggu waktu lama, dia langsung interview dan diterima bekerja di perusahaan itu. 

"Kau akan berada di bimbingan Bu Yanti, beliau yang akan mengajarkan padamu tentang tugas apa yang harus kau kerjakan," ujar Pak Ibra, selaku direktur utama perusahaan itu. 

Intan mengangguk dan mengikuti Bu Yanti ke ruangannya. 

"Intan, tolong kau buatkan aku laporan keuangan. Semua datanya ada disana. Jika, kau mengalami kesulitan jangan lupa beritahu saya," ujar Bu Yanti, seraya memberikan map berwarna biru. 

Intan mengambil map itu, "Baik, Bu."

Intan kembali kemeja nya, yang berada di ruangan itu juga. Intan mulai membuat laporan keuangan berdasarkan data tersebut. 

Setelah hampir 30 menit, Intan sudah menyelesaikan tugasnya, Ia mengirimkan hasil pekerjaan nya kepala Bu Yanti. Bu Yanti tersenyum puas dengan hasil kerja Intan. 

*******

"Maaf, Ma, Ra. Bulan ini Ihsan hanya bisa memberikan segitu," ujar Ihsan. 

Dia sudah memberikan jatah uang untuk Mama dan Adiknya itu. Tanpa Ihsan sadari, sedari tadi ada sepasang mata yang mengawasinya, dan memfoto setiap gerak-geriknya itu.

"Tidak apa-apa, Nak. Ini lebih dari cukup. Sebenarnya, dengan kamu sering main kemari, itu sudah membuat Mama senang," ujar Mama. 

"Iya, Mas. Terima kasih untuk uangnya," ujar Ara. 

"Sama-sama, Dik."

Orang itu mengirimkan beberapa foto pada Aida, ditambah dengan salah satu foto editannya, yang memperlihatkan Ihsan tengah bersama dengan wanita lain. 

"Semoga saja, foto ini bisa membantuku, mencapai tujuan ku," ujarnya sinis. 

Wanita itu, langsung pergi dari sana. Dia tak ingin keberadaan nya diketahui oleh kakak beradik itu. Apalagi, Ibu mereka. Tujuannya bukanlah menyakiti Ihsan dan keluarga. Tapi, tujuan utamanya ialah menghancurkan Aida. Karena, Aida menjadi penyebab kematian anaknya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Kekecewaan Ara

    Hari ini Intan kembali bekerja, dia berharap hari ini dia tak bertemu dengan Ihsan. Jujur saja, dirinya masih dilanda rasa canggung. Dia berjalan masuk ke ruangannya, ternyata disana sudah ada Ihsan menunggu nya. Rasa canggung ada diantara mereka. Intan mendekati Ihsan dan menanyakan apa yang Ihsan inginkan.Ihsan hanya melihat sekilas pada Intan, lalu beralih pada map berwarna merah itu."Aku ingin kau merevisi lagi surat laporan itu. Sepertinya, Andika membuat kesalahan," titah Ihsan.Andika adalah anak baru, dia mendapatkan tugas dari Pak Ibra untuk membuat laporan. Tapi, sepertinya laporan itu sedikit ada kesalahan. Intan mengangguk dan mengambil map itu. Sementara itu, Ihsan pergi dari ruangan Intan."Surat laporan ini benar dan tidak ada kesalahan. Tapi, mengapa Pak Ihsan memintaku untuk merevisi nya?" tanya Intan dalam hati.Dia beranjak dari kursinya dengan membawa map itu. Dia mengetuk pintu ruangan Ihsan, tap

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Rencana Licik Aida

    "Apa maksudmu? Video apa, Andra?" tanya Ara dengan suara bergetar.Rupanya, rencananya berjalan lebih cepat dari yang aku bayangkan. Ku lihat, wajah-wajah panik memenuhi wajah mereka. Aku meletakkan minuman dan camilan untuk tamu. Aku harus memainkan akting ku sekarang."Sudahlah, Ara! Kau tidak perlu membela diri lagi. Aku sudah tau semua kebusukanmu itu!" Andra menunjuk wajah Ara. Sedangkan, yang ditunjuk menunjukkan ekspresi kebingungan.Bagaimana, Bu? Permainan ini sangat seru 'kan? Ini baru permulaannya saja. Aku akan membuat api ini semakin besar."Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu," ujar Ara.Andra mengeluarkan ponselnya, dan menunjukkan video itu kesemua orang. Ibu menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dia lihat, sedangkan Mas Ihsan hanya terdiam.Andra terlihat sangat marah, dan memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Dia memandang wajah Ara dengan merah padam."

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Aida Pov

    04 November 2018Hari ini adalah hari yang berarti untukku. Karena, kandungan ku sudah mencapai usia 7 bulan. Acara 7 bulanan pun dilakukan dengan sangat meriah, banyak tamu yang datang untuk memberikan ucapan selamat padaku dan Mas Ihsan. Semuanya berjalan dengan sangat lancar.Tapi, kebahagiaanku tak bertahan lama. Karena, setelah aku meminum minuman yang diberikan oleh Ibu mertuaku, perutku terasa sangat panas. Aku berteriak karena aku tak bisa menahan rasa sakit ini yang kian menyiksa."Aida!" Mas Ihsan yang tadinya sedang bercengkrama dengan temannya berlari menghampiriku. "Apa yang terjadi? Aida!""Perutku sakit sekali, Mas."Dengan sigap Mas Ihsan mengangkat tubuh mungilku, dan segera membawa kerumah sakit. Mama dan Ara juga ikut. Sesampainya dirumah sakit, aku segera dilarikan keruang IGD, karena mengalami pendarahan yang hebat. Seorang suster menyuntikk

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Dilema Ara

    Ara menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati. Saat ini, suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana bisa sang Mama memintanya untuk memaafkan Aida, seseorang yang sudah dengan teganya menghancurkan masa depannya itu. Sungguh, jika saja yang memintanya bukanlah sang mama, maka Ara pasti akan menolaknya mentah-mentah.Ara kembali teringat dengan permintaan maaf Andra, Ara kembali menangis. Jujur, dia masih mencintai Andra. Tapi, keputusan Andra yang memilih untuk meninggalkan dirinya karena desakan sang mama, membuat hatinya sangat terluka."Jangan mengujiku lagi, Ya Allah. Aku mohon! Biarkan aku bahagia," lirih Ara dalam hati."Maafkan aku, Ma. Untuk pertama kalinya aku menolak permintaan Mama. Bukan maksudku untuk menyakiti Mama, tapi semua ini berat untukku. Sangat berat!" Air mata kembali mengalir di pipinya. "Tuduhan itu! Hinaan itu! Pengkhianatan itu! Tidak bisa Ara lupakan, Ma. Tidak bisa!"Ara menghapus air matanya de

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Nasehat Bu Eni

    Mobil yang dikendarai oleh Ihsan memasuki pekarangan rumah. Tepatnya, rumah yang ia dan Aida tempati selama 3 tahun itu. Ihsan memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Saat sampai dikamar, dia tak menemukan sosok Aida. Ihsan merasa bersalah, karena telah berpikir untuk mengkhianati Aida.Ihsan sadar! Perubahan Aida terjadi sejak kematian anak mereka dalam kandungan saat itu. Dimana, saat itu Aida benar-benar berada di titik terendah dalam hidupnya. Tapi, Ihsan dengan tega malah ikut menyalahkan nya atas kematian anaknya. Sejak saat itu, Aida berubah dingin. Dan, sejak saat itu pula, Aida memilih terjun ke dunia model."Jika Aida tau apa yang terjadi kantor. Maka, apa yang akan dia lakukan?" gumam Ihsan.Tok!Tok!Ihsan menoleh kearah pintu, "Masuk!"Mbok Darmi masuk kedalam untuk mengantarkan kopi. Mbok Darmi meletakkannya dimeja. Saat Mbok Darmi akan pergi, Ihsan mencegahnya. Selama ini dia selalu menceritakan masa

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Tatapan Mata

    Intan dan Ihsan sama menuju kantin kantor dari arah yang berbeda. Intan berjalan sambil meminum cappucino nya tak menyadari Ihsan juga berjalan mendekatinya. Karena keduanya sama-sama tak menyadari, karena sama-sama sibuk. Pada akhirnya tabrakan diantara keduanya tak dapat dihindari. Ihsan dengan sigap menangkap tubuh Intan yang akan terjatuh. Tanpa sengaja, bib*r mereka saling menempel satu sama lain.Mereka saling pandang dalam waktu yang cukup lama, sampai tak menyadari ada begitu banyak pasang mata yang memperhatikan mereka."Ehem!"Derheman dari seseorang berhasil membuat mereka tersadar. Mereka segera memperbaiki posisi mereka. Tanpa mengatakan apapun, Ihsan pergi begitu saja, begitupun dengan Intan.Ihsan berbalik menuju ruangannya. Didalam ruangan itulah Ihsan terdiam, ingatannya kembali berputar tentang kejadian beberapa menit yang lalu. Entah mengapa dia seperti menemukan kedamaian saat menatap mata Intan, kedamaian yang

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Permintaan maaf Andra

    Intan berjalan menuju ruangan Ihsan, dengan membawa berkas untuk meeting. Sebelum masuk dia terlebih dahulu mengetuk pintu. Ihsan yang sedang menandatangani berkas yang lain hanya meminta nya untuk masuk.Setelah dipersilahkan masuk oleh Ihsan, Intan segera memutar handel pintu. Setelah melihat siapa yang datang, Ihsan langsung menghentikan aktivitas nya dan langsung melihat kearah Intan."Bagaimana? Apa berkas yang saya minta sudah siap?" tanya Ihsan."Sudah, Pak." Intan menyerahkan map berwarna merah kepada Ihsan. "Silahkan bapak baca terlebih dahulu! Jika ada kesalahan silahkan beritahu saya!"Ihsan membuka map itu. Dia membaca lembaran demi lembaran, dan tersenyum puas melihat kinerja Intan."Bagus! Kinerja kamu memang tidak diragukan lagi! Terimakasih sudah membantu saya," ujar Ihsan."Sama-sama, Pak."

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Ihsan meminta bantuan pada Intan

    Ara mau tak mau harus membantu Aida membereskan meja makan. Ara masih curiga kepada Aida, karena tiba-tiba saja sikapnya berubah. Terlebih saat dia melihat Aida mencuci semua piring dan yang lainnya. Ara hanya berdiri mengamati disamping Aida. Dia hanya ingin tau sejauh mana kakak iparnya itu bersandiwara."Ara! Kenapa kamu berdiri disana saja? Apa kamu tidak mau membantuku?" tegur Aida pada Ara. Sedangkan, Ara dia berjalan mendekati Aida."Hentikan sandiwaramu, Mbak! Karena itu tidak berlaku bagi saya. Mungkin, Mbak bisa mengelabuhi Mas Ihsan dan Mama. Tapi, tidak dengan saya," ujar Ara, dia kembali memandangi Aida yang saat ini tengah sibuk dengan cuciannya itu. "Katakan apa yang kau inginkan, Mbak?"Aida menghentikan aktivitasnya dan menatap Ara, "Tidak ada!""Lagipula, aku tidak sedang bersandiwara, Ara. Aku ingin memperbaiki semuanya. Apa aku salah?" tanya Aida.

  • Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua   Rasa Canggung

    "Untuk apa kau datang kemari?" tanya Ihsan saat dia baru saja masuk kedalam rumah.Aida hanya diam saja. Hal itu, justru memancing amarah Ihsan. Jika saja, saat ini tidak ada mamanya, sudah pasti Ihsan sudah menyeretnya keluar. Tapi, dia terpaksa mengurungkan niatnya."Aida! Apa kau mendengarkanku?" tanya Ihsan. Dia menjatuhkan bobotnya ke sofa."Dengar. Apa aku perlu ijin untuk bertemu dengan Mama mertuaku?" tanya Aida.Pertanyaan Aida membuat Ihsan bungkam. Ihsan berpikir mengapa tiba-tiba Aida baik kepada mamanya? Bukankah selama ini Aida selalu membenci mamanya? Apakah ini adalah salah satu rencana Aida.Ihsan tak menjawabnya. Dia lebih memilih ke kamarnya, daripada menanggapi Aida. Tak lama Aida menyusul Ihsan kekamar. Aida memberikan dompet itu pada Ihsan. Aida juga menanyakan perihal gadis yang mengantar dompet itu."Bukan siapa-siapa." jawab Ihsan."Tapi ...."Tapi, apa? S

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status