Share

Pengaruh Zelina Terhadap Elvano

Setelah jam kerjanya selesai, Leana dengan cepat bergegas pulang ke kediaman Elvano. Leana memesan ojek online, karena tidak mungkin dia menggunakan taxi—yang pastinya akan sangat boros. Leana terengah karena berlari dari pagar rumah menuju pintu utama. "Apa memang rumah orang kaya rata-rata luas seperti ini?" gumamnya dengan nafas memburu.

"Bu Leana, kenapa berlari sampai keringatan? Apakah ada yang berbuat jahat kepada, Ibu?" Mbok Sumi langsung menghampiri Leana dengan tergesa-gesa. Takut jika sang majikan kenapa-napa.

"Tidak, Mbok." Leana berujar kikuk, dia tak tahu harus bereaksi seperti apa. "Apakah Mama mertua saya sudah datang, Mbok?"

Mbok Sumi menggeleng singkat. "Kata Pak Elvano sehabis magrib, sekalian ikut makan malam bersama." Leana seakan ingin menjatuhkan rahangnya, apakah Elvano mengerjainya?

"Kalau Mas Elvano sudah pulang tidak?"

"Pak Elvano baru saja pulang, mungkin lagi di ruang tengah bersama Mbak Zelina."

Leana tertegun, tapi dia dengan cepat mengenyahkan pikiran buruknya. Walaupun menikah tanpa dasar cinta diantara mereka berdua, Leana jelas tahu jika pernikahan adalah hal yang sangat sakral. "Apakah Mbak Zelina ikut makan malam juga, Mbok?" tanya Leana hati-hati.

"Ikut, Bu. Keluarga Pak Elvano memang dekat dengannya. Sudah pasti dia akan diundang dalam acara apapun."Wajah mbok Sumi terlihat santai kala mengatakan semuanya, padahal kemarin wanita paruh baya itu sangat kaku. Dan selalu berucap hati-hati, entah mengapa Leana sedikit merasa aneh melihat perubahannya.

"Ya sudah, kalau begitu saya temui Mas Elvano dulu, ya, Mbok." 

"Ya! Lebih cepat lebih baik!"

Leana sampai tersentak kaget kala mbok Sumi berseru semangat. Namun, tak urung perempuan itu melangkahkan kakinya menuju ruang tengah.

"AhVano ... menyebalkan! Pokoknya kita harus dateng ke acara reuni itu. Ajak saja istri kamu, please?"

Leana terpaku melihat kedekatan kedua lawan jenis di depannya. Apalagi ketika Zelina tak segan menepuk pelan lengan Elvano, dan sepertinya pria itu tidak keberatan.

"Khm, maaf mengganggu waktu Mas Elvano sama Mbak Zelina." Leana berujar gugup, apalagi ketika netra pria itu menyorotnya tajam.

"Eh, Leana. Duduk di sini, yuk!" Zelina berseru riang seraya menepuk sofa disampingnya.

Leana tersenyum singkat pada Zelina, lalu melangkah menuju Elvano "Maaf Mas Elvano, saya pulang telat," ucap perempuan itu sambil mencium punggung tangan Elvano. Sedangkan Elvano dan Zelina hanya tertegun di tempatnya.

"Oh, my gosh! You're so lucky, Vano! Kok bisa kamu dapat istri sebaik ini!" Zelina menepuk punggung Elvano sembari menggelengkan kepala.

Kali ini Leana yang terbengong melihat respon dua orang itu, terlihat jelas jika Elvano sedang mematung menatap ke arahnya. Apakah bagi orang kaya hal ini tidak wajar? Bukankah sudah lumrah jika seorang istri mencium punggung tangan suami? Dan Leana juga melakukan hal yang sama waktu itu. Tapi bedanya saat ini Elvano tak menepis tangannya. 

"Maaf jika Mas Elvano tidak nyaman." Leana langsung memundurkan langkahnya salah tingakah.

Lain halnya dengan Elvano yang langsung berdehem pelan. "Kamu ke dapur saja, bantuin Mbok Sumi. Sehabis Isya baru siap-siap." Elavno berjar dingin, dan kembali mengalihkan atensinya pada Laptop yang ada di hadapannya.

"Dasar kulkas sebelas pintu! Istri kamu baru sampai lho, main nyuruh-nyuruh ke dapur saja!" Zelina mendengkus kesal, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Leana. "Tidak apa-apa, kamu istirahat saja Leana, Elvano memang lagi mode nyebelin!"

"Tapi—"

"Turuti saja perkataan Zelina."

Nada serak dan datar itu membuat Leana mematung, ternyata Zelina begitu berpengaruh besar terhadap Elvano yang dingin.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ana j
Halo kak bintang, trimakasih sudah berkenan mampir
goodnovel comment avatar
Ahyani Ani
aku malah salut ma leana mampu menetralisir keadaan...
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
ceritanya bikin kesel, jd malas baca nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status