Share

Surat Peringatan

Author: Ana j
last update Last Updated: 2023-05-14 18:39:24

Leana termenung dengan air mata yang sudah mengering. Perempuan itu memejamkan mata ketika merasakan kepalanya berdenyut sakit, setelah ibunya mengutarakan tujuannya. Leana hanya sanggup mengiyakan. Padahal tabungannya sudah habis untuk membayar hutang ibunya dan biaya sekolah Arsen.

"Di mana aku bisa dapat uang sebanyak itu?" bisiknya pelan. Leana mengambil ponselnya di atas nakas. Setelah dua hari lamanya, akhirnya benda pipih itu kembali ke tangannya. "Ya Tuhan!" Leana menutup mulutnya kala melihat puluhan pesan dari rekan kerjanya, dan yang paling mencolok adalah pesan dari, Sagara──kepala divisinya──dikirim lima jam yang lalu.

[ Leana, saya tunggu feedback dari kamu. Jika kamu tidak kunjung masuk kerja, dan menjelaskan semuanya. Maka saya tidak bisa membantu lagi.]

[ Kemungkinan besar kamu akan dipecat.]

Ke esokan harinya, Leana bergegas menuju kantor tempat dia bekerja. Perempuan itu sangat ketakutan sekarang, dia ceroboh dan bodoh. Jika sampai dipecat, mungkin ibunya akan murka kepadanya. Di mana lagi bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan untuk ukuran lulusan sekolah menengah atas seperti dirinya?

"Astaga!"

Leana meringis ketika melihat sang atasan memegang dadanya, Sagara mungkin terkejut karena melihatnya pagi-pagi seperti ini sudah ada di depan pintu ruangannya. "Kamu ini, untung saja saya tidak ada riwayat penyakit jantung!" Leana hanya bisa menunduk sembari meminta maaf." Jadi, bisa kamu jelaskan alasan kamu tidak masuk kerja?"

"Sa−saya ada urusan mendadak, Pak. Mohon maaf karena saya ijin tanpa mem—"

"Itu bukan ijin, tapi meliburkan diri!" potong Sagara cepat, membuat Leana seketika bungkam. "Ya sudah, lanjutkan."

Leana berdehem sejenak. "Siap, Pak. Saya salah, tidak seharusnya saya ij—maksud saya meliburkan diri. Jika boleh, potong gaji saya saja, Pak. Asalkan jangan pecat saya."

"Kamu mengatur saya?"

"Tidak, Pak. Saya tidak mungkin berani mengatur, Bapak."

"Ya sudah, saya ajukan SP 3 saja, ya?"

"Jangan!" teriak Leana tanpa sadar.

"Kamu tidak terima? Memang, ya. Pusing sekali mempunyai tim modelan kamu ini!"

Leana mengatur nafas sembari memejamkan mata pelan, jangan sampai dia terpancing emosi karena kepala divisinya yang bermulut pedas dan tak dapat disaring.

"Pak, saya mohon. Untuk kedepannya saya berjanji tidak akan melakukan hal seperti ini lagi," pinta Leana dengan nada memelas, tak peduli seperti apa tanggapan Sagara terhadapnya. Yang jelas Leana benar-bener membutuhkan pekerjaan ini.

"Susah sekali melihat orang memohon-mohon. Ya sudah, jika begitu saya ajukan SP 1 saja, dan tidak ada bantahan!"

Leana tersenyum lebar, kedua lesung pipinya semakin terlihat jelas. Membuatnya begitu manis dan imut secara bersamaan."Terima kasih banyak, Pak! Terima kasih!"

"Hm, balik ke meja kamu sana. Jangan terlalu lama di sini, nanti ada gosip miring. Saya ini tampan dan mapan, bukan tidak mungkin kamu memanfaatkannya."

Sangat percaya diri, bukan? Leana menahan mual dibalik senyum manisnya. Lantas dia pun bergegas pamit menuju ruangannya.

"Lele! Ya ampun! Aku pikir kamu kenapa-napa, pesan aku sudah dua hari tidak dibalas!"

Leana langsung menoleh ke sumber suara, di ambang pintu ada Cila. Sahabatnya sejak sekolah menengah pertama, dan sekarang menjadi rekan satu divisnya.

"Cila!" Leana langsung memeluk perempuan jangkung itu. "Maafin aku, ya. Ada urusan mendadak yang tidak bisa aku ceritakan sekarang."

"Santai, kayak sama siapa saja." Cila terkekeh, lalu melepas pelukannya. "Omong-omong kamu Habis disemprot sama Pak Sagalak, ya?" 

Sagalak, panggilan spesial mereka untuk Sagara. 

Leana terkekeh pelan, lalu berbisik pada Cila."Untung saja Pak Sagara lagi mode baik, coba kalau tidak?" Mereka pun terbahak setelahnya.

Tawa perempuan itu mereda saaat ponselnya bergetar. "Sebentar, ada pesan masuk." Dia merogoh saku celananya. Air muka Leana yang tadinya berseri-seri seketika menjadi muram kala membaca pesan singkat itu.

[ Mama saya akan ke rumah sore ini, saya tidak mau tahu. Kamu harus sampai di rumah sebelum Mama saya datang. ]

[Bersikap baiklah, jangan terlihat norak dan memalukan. ]

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ahyani Ani
hhhhmmm laki2 yg kaku...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Istri Pilihan   Selesai

    Waktu terus berjalan, terhitung sudah dua bulan pencarian Aditya maupun Azura. Dan tidak ada tanda-tanda mereka ditemukan. Semua cara sudah Elvano serta Alvaro lakukan, tapi nihil. Bahkan keluarga besar mereka meminta untuk mengikhlaskan. Sedangkan untuk, Risa. Perempuan itu sudah dinyatakan meninggal, walau jasadnya tak kunjung ditemukan karena kondisi mobil yang sudah rusak parah serta terbakar. Elvano menghembuskan nafas lelah, dia masih mengingat wajah sendu papanya ketika melihat potret sang paman sewaktu masa sekolah. Elvano tahu, semarah-marahnya papanya, tetap saja rasa sayang sebagai saudara sangatlah kuat. Apalagi Aditya adalah adik semata wayang dari seorang Alvaro Mahendra. Akan tetapi, apa mau dikata. Mungkin ini adalah garis takdir yang harus mereka lalui. Dan mereka semua harus menerimanya dengan berlapang dada. “Harusnya malam itu aku tidak memukul, Om Aditya.”Leana menatap sendu Elvano yang sedari tadi menatap kosong ke arah depan. Jika boleh jujur, Leana juga mer

  • Bukan Istri Pilihan   Setelah Tragedi Itu ....

    Andai waktu bisa diputar kembali, Alvaro tetap kukuh ikut bersama Elvano dan Aditya. Namun, semua sudah terjadi. Tak ada yang bisa disalahkan, yang paling membuat dada Alvaro sesak adalah malam itu terakhir kalinya ia bertemu sang adik. Sebelum kejadian tragis itu terjadi. Ya, benar. Kapal tempat Azura disekap itu meledak dan terbakar hebat. Alvaro ingat betul saat Elvano menelponnya dengan nada bergetar, ketika dia sudah sampai di lokasi yang disebutkan oleh sang putra. Masyarakat terlihat berkumpul melihat kobaran api yang begitu besar di tengah lautan. Sementara Elvano terduduk dengan pandangan kosong sambil memangku Leana yang terkulai lemas di depan pintu gudang. “Apa yang terjadi, Vano?” Alvaro bertanya heran, pasalnya Elvano belum juga menyadari kehadirannya, dan mengapa pria itu tak kunjung membawa Leana ke rumah sakit?Alvaro yang tak sabaran menginstruksikan pada Tama, sang sekretaris untuk bertanya pada anak buah Elvano yang terlihat menunduk di belakang pria itu dengan

  • Bukan Istri Pilihan   Berakhir

    “Ck, pergi kalian semua!” Risa berseru dari ambang pintu, mengapa anak buahnya begitu bodoh? Padahal dia hanya menyuruh untuk melihat kondisi Leana yang tak diberi makan sedari kemarin, tapi lihatlah kelakuan mereka semua. Malah menggoda Leana dengan rayuan kotor. Bukan begini rencana, Risa. Tapi anak buahnya yang tak punya otak itu justru melakukan sebaliknya. “Cepat! Apa yang kalian tunggu!” Emosi juga lama-lama, padahal baru saja dia dari lantai atas untuk melihat Azura yang terus menangis, jika tak diancam mungkin gadis kecil itu akan semakin menangis histeris. “Ma-maaf, Bos. Bukankah kamu bilang jika eksekusi saja perempuan ini?” Pria berkepala plontos yang sedari tadi paling mengincar Leana seketika melayangkan protes—walau dalam hati cukup ketar-ketir akan respon, Risa.Risa menggeram kesal, lalu menampar satu-satu pria di hadapannya. “Punya otak dipakai! Cepat keluar, dan segera pindahkan Azura ke tempat yang sudah saya siapkan! Jika Aditya sudah masuk ke dalam kapal itu, lan

  • Bukan Istri Pilihan   Permohonan Leana

    Aditya meremas ponselnya, pria itu terlihat meragu untuk sesaat. Memejamkan mata pelan sembari melafalkan dalam hati jika semuanya baik-baik saja. Aditya kembali melihat kontak yang tertera pada layar benda pipih berbentuk persegi panjang itu.Tangan pria itu tanpa sadar bergetar ketika menekan nomor telepon yang akan dituju. Dan pada akhirnya tersambung, masih belum ada tanda-tanda jika objek yang dituju akan mengangkatnya. Pada deringan kelima, barulah terdengar suara serak yang memenuhi gendang telinga. Aditya berdebar dengan bibir kelu, sudah lama dia tak berbicara dengan saudara satu-satunya itu. “Halo, jika tidak berbicara juga, saya tutup, sepertinya Anda salah sambung.” Aditya menggigit bibir gugup, lidahnya terasa kelu saat akan membuka suara. “Baiklah, saya matikan jika—”“Mas … Al-alva …,” potong pria itu susah payah, dia mengepalkan tangan dengan jantung bergemuruh hebat ketika tak mendapatkan respon apapun dari seberang sana. Selama beberapa saat terjadi keheningan,

  • Bukan Istri Pilihan   Amarah

    “LEANA!!” Elvano terbangun dengan napas memburu, keringat dingin membasahi pelipisnya.“Syukurlah, Papa sangat khawatir sama kamu.”Elvano yang belum tersadar apa yang terjadi hanya menatap bingung Alvaro serta Tama, wajah mereka terlihat begitu khawatir ketika menatap ke arahnya. Elvano meringis, memegang pelipisnya yang terasa berdenyut hebat. Setelah mengingat apa yang terjadi, dia semakin panik dan langsung melompat turun dari atas Kasur.Namun, dikarenakan kondisi tubuhnya yang masih lemah, pria itu terjatuh. Dengan kepala yang semakin berdentum hebat.“Apa yang kamu lakukan!” seru Alvaro ketika melihat tingkah sang putra. “Kamu ini baru saja siuman dari pingsan. Jangan berbuat ulah!” Alvaro membantu Elvano untuk kembali berbaring. Tidakkah Elvano tahu jika Alvaro begitu khawatir? Apalagi saat anak buah Elvano memberitahukan bahwa sang putra jatuh pingsan ketika mencari keberadaaan Leana serta Azura.Elvano terkena panic attack, yang terjadi akibat kecemasan secara berlebihan. A

  • Bukan Istri Pilihan   Usai

    Risa tersenyum keji, dia sangat menikmati wajah pucat pasi dari perempuan di hadapannya saat ini. “Jika aku menyedihkan, maka kamu jauh lebih menyedihkan,” ucapnya seraya bersiap-siap menekan dalam pisau yang ada di tangannya.Leana melonglong kesakitan ketika benda tajam itu menekan perutnya begitu dalam, dia tak pernah merasakan kesakitan yang begitu nyata seperti ini. Semua ini terlalu sakit, dan Leana tahu jika dia tak akan bisa selamat kali ini. Di tengah rasa sakit yang mulai mengambil alih kesadarannya, Leana mengingat wajah kedua putra putrinya. Semua kenangan mereka bak film yang sedang diputar, canda dan tawa Nathan serta Nala terus berputar dalam ingatannya. Apakah jika dia sudah tiada anak-anaknya akan terus bahagia? Dan jika nanti ada yang menggantikan perannya─apa perempuan itu akan memperlakukan putra putrinya sama seperti dirinya? Leana mulai terisak hebat, ternyata rasa sakit akibat tikaman Risa gak ada apa-apanya dibandingkan berpisah dengan anak-anaknya. “Akh! S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status