(Bukan) Istri Pilihan
- SurpriseAda telepon masuk saat aku keluar dari kamar mandi. Kujangkau benda pipih yang berpendar di atas tempat tidur."Halo, Pa.""Papa sudah transfer uang ke rekeningmu.""Iya. Sebenarnya aku masih punya uang, Pa." Sebab Mas Yoshi selalu tepat waktu memberikan uang tiap bulannya."Nggak apa-apa. Papa sudah mendapatkan tempat tinggal untukmu. Ada dua pilihan. Di apartemen atau perumahan? Papa lebih setuju kalau kamu tinggal di apartemen. Di sana lebih aman, Sa.""Aku ikut saja pilihan, Papa.""Oke. Nanti papa kabari lagi kalau sudah beres dan kamu bisa pindah. Yoshi ada menghubungimu?""Mengirimkan pesan, tapi nggak kubuka. Jam segini dia belum pulang dari kantor."Terdengar papa menghela nafas panjang di seberang."Ya sudah. Kalau ada apa-apa kabari papa.""Iya."Setelah menutup telepon aku segera Salat Asar. Usai salat aku menyibak gorden jendela.Dari balik jendela kaca, aku menatap langit barat yang merona keemasan. Tampak matahari terlihat indah, bulat penuh berwarna jingga. Sebentar lagi akan tenggelam, malam pun tiba, dan satu hal akan terungkap seketika itu.Mas Yoshi akan pulang dan tidak menjumpaiku di rumah, lalu satu per satu keluarga akan tahu. Pasti banyak pertanyaan yang timbul karena selama ini kami terlihat baik-baik saja. Sebab aku selalu diam. Mama akan heboh jika tahu aku pergi dari rumah. Saat bertemu denganku nanti, kupastikan beliau akan mengamuk. Apalagi kalau tahu aku meminta cerai.Kuhela napas panjang. Keputusan memang harus segera kuambil, setelah selama ini hanya diam. Tidak terlintas sebelum ini, akan menjadi janda di usia muda.Pesan dari Mas Yoshi tidak satu pun kubalas. Aplikasi pesan kubuka hanya untuk membalas pesan dari Mas Fauzi. Membahas tentang kursus dan untuk menerima telepon dari papa baru saja.Suasana kian temaram. Matahari perlahan tenggelam di ujung barat. Aku duduk di tempat tidur. Sepi dan sendirian. Hidupku memang seperti ini sejak dulu. Kesepian di tengah keramaian.Kupikir punya suami akan merubah segalanya. Tapi aku salah. Dia lelaki yang pertama kali membuatku jatuh cinta, tapi dia juga yang menorehkan luka. Aku tersenyum getir pada perjalanan hidup ini.Di travel bag itu, aku sudah membawa lengkap dokumen yang dibutuhkan untuk mengajukan gugatan perceraian. Hanya keterangan dari pihak kelurahan saja yang belum ada. Setelah pindah, aku bisa mengurusnya. Dan lawanku kali ini adalah seorang pengacaraAzan Maghrib berkumandang. Aku bangkit untuk salat.***L***Author's POVSudah beberapa kali Yoshi mengecek ponselnya. Namun tidak ada balasan dari Anastasya. Padahal istrinya baru saja online beberapa menit yang lalu.Dia tidak bisa konsentrasi meeting sejak tadi siang. Anastasya tidak pernah mengabaikan pesannya selama ini. Terkadang istrinya itu yang lebih dulu mengirimkan pesan, untuk mengingatkan waktunya salat dan makan. Diakuinya Anastasya sangat perhatian.Yoshi tahu, istrinya pasti marah atas peristiwa tadi pagi. Ini kali pertama dia menunjukkan rasa kecewanya. Apalagi mendengar Ayunda menyebutnya 'Tante jahat'.Hari ini memang di luar dugaan. Ia tidak menyangka kalau mereka berempat bertemu di mall. Biasanya Anastasya pamitan dulu kalau hendak keluar rumah. Apa dia memang sengaja mengikutinya sejak tadi pagi?"Pak, kasusnya Bumi Agung akan memasuki babak pemeriksaan minggu depan." Asisten yang sejak tadi duduk memeriksa berkas di depannya mengingatkan tentang kasus yang mereka tangani."Ingatkan saya lagi dua hari sebelumnya.""Iya, Pak." Perempuan berambut sebahu itu lantas permisi keluar karena harus segera pulang. Dia sudah terlewat satu jam dari waktu pulang kantor.Yoshi sendiri bangkit dan meraih jas yang ada di standing hanger.Sepanjang perjalanan pulang ia kepikiran tentang ucapan istrinya tadi. Tapi rasanya tidak percaya kalau Mayang mengajari Ayunda membenci Anastasya. Mayang tidak mungkin seperti itu. Dia tak segan bertanya kabar tentang Anastasya jika bertemu dengannya. Bertanya tentang hubungan mereka meski ia tahu Mayang menyimpan luka yang dalam. Kekecewaan karena akhirnya Yoshi setuju menikah lagi padahal baru beberapa bulan saja mereka resmi bercerai.Setelah fitnah keji lima tahun yang lalu memporak-porandakan rumahtangganya dengan Mayang, Yoshi tidak akan gampang percaya lagi semua ucapan buruk tentang mantan istrinya itu. Sekarang tetap berhubungan baik demi putri mereka yang menjadi korban perceraian akhibat dari sebuah fitnah dan keegoisan.Pasti Anastasya kecewa karena ucapannya yang seolah membela Mayang.Yoshi menghela nafas berat sambil memperhatikan kemacetan yang memanjang. Ia pernah melewati hari yang sulit waktu itu. Tidak hanya saat itu, tapi berlarut hingga sekarang ini. Apa ia menyesal mengambil keputusan cepat menyetujui perjodohan dengan Anastasya? Padahal dia gadis yang baik, istri yang sangat mengharganya sebagai suami. Meski tidak sesukses Mayang, karena Anastasya memang tidak berkarir.Setelah menikah, justru perselingkuhan Mayang tidak terbukti. Karena desakan keluarga, Yoshi mengambil keputusan tergesa-gesa. Padahal ia seorang pengacara. Harusnya menyelidiki lebih dulu.Dahi laki-laki itu mengernyit ketika sampai di depan pagar rumahnya, suasana di dalam sana gelap gulita. Ke mana Anastasya, kenapa jam segini tidak menyalakan lampu. Apa listrik rusak seperti beberapa waktu yang lalu? Tapi kenapa sang istri tidak memberitahu dengan mengirimkan pesan.Setelah turun dari kendaraan dan kembali menutup pintu pagar menggunakan remote yang selalu dibawanya dalam mobil, Yoshi memutar handle pintu. Terkunci. Biasanya kalau masih sore begini, Anastasya tidak pernah mengunci pintu utama. Sebab wilayah perumahan mereka sangat terjaga dan aman.Laki-laki itu kembali ke mobilnya untuk mengambil kunci rumah.Masuk ke dalam, gelap gulita. Dirab*nya saklar lampu di ruang tamu."Nastasya. Sayang," panggilnya sambil menyalakan lampu lainnya.Hening. Perasaan Yoshi tak enak. Dengan setengah berlari ia naik ke lantai dua dan langsung membuka pintu kamar.Setelah lampu menyala, ia tidak mendapati istrinya. Tempat tidur rapi. Pintu balkon dan gorden tertutup rapat.Pandangannya terpaku pada meja rias. Ada kotak perhiasan. Saat dibuka, cincin pernikahan milik Anastasya ada di situ. Di sebelah cincin miliknya. Karena dua kali menikah, Yoshi memang tidak pernah memakai cincin pernikahannya.Alangkah kagetnya saat ia membuka lemari pakaian. Bagian tempat baju istrinya telah kosong.Diambilnya ponsel di saku celana. Panggilannya masuk tapi tidak dijawab. Yoshi mengulangnya beberapa kali dan tetap tidak direspon.[Nastasya, kamu di mana? Jawab teleponnya.]Pesan yang dikirim terabaikan begitu saja.Tidak mungkin Anastasya pulang ke rumah orang tuanya. Yoshi tahu betul bagaimana hubungan Anastasya dengan sang mama dan dua saudara perempuannya.Apa mungkin dia ke rumah Bu Eri? Tapi Yoshi tidak memiliki nomer ponsel istri kedua papa mertuanya.Yoshi menelepon Pak Bastian. Namun tidak dijawab juga. Ingin menelpon Ruli, Yoshi juga tidak tahu nomernya. Dia mana peduli dengan teman istrinya. Namun saat masih bersama Mayang, dia kenal beberapa teman sosialita wanita itu. Bahkan mereka sering mengadakan acara kumpul bersama dengan mengajak pasangan masing-masing. Circle pertemanan Mayang dan Anastasya jauh berbeda.Setelah diam beberapa saat, Yoshi melangkah keluar kamar. Mengambil kunci mobil kemudian pergi ke rumah Bu Eri. Wanita yang paling dekat dengan Anastasya.Bu Eri dan Fauzi kaget dengan kedatangan Yoshi yang tengah mencari istrinya. "Anas nggak datang ke sini, Nak Yoshi," kata Bu Eri. Wanita itu tidak bilang kalau tadi siang, Anastasya sempat meneleponnya. Ia juga ingat apa yang diomongkan tadi, kalau Anastasya ingin bercerai. Berarti permasalahan mereka memang sudah fatal sampai Anastasya pergi dari rumah.Fauzi juga tidak mengatakan kalau sore tadi sempat berkomunikasi dengan adik tirinya untuk membahas tentang kursu
(Bukan) Istri Pilihan - Harga Diri "Apa maksudnya?" Mas Yoshi menegakkan duduknya dan wajahnya mulai tegang."Saya ingin bercerai, Pak. Karena suami saya sepertinya ingin balikan dengan mantannya. Mungkin dia menyesal telah menikahi saya. Karena mantan istrinya jauh lebih sempurna. Dia kelihatan lebih nyaman dengan mantan. Mereka juga punya anak, sedangkan dengan saya tidak ada anak. Pernahlah. Lagian saya ini bukan ibu tiri yang baik."Aku berhenti sebentar. Menarik napas panjang untuk melonggarkan tenggorokan. Semalaman aku tak bisa tidur demi memikirkan apa yang ingin kukatakan hari ini."Apa-apaan, Nastasya.""Bapak, jangan menyela dulu. Biar bapak tahu alasan apa yang membuat saya menggugat cerai. Saya sudah cukup lama hanya diam dan mengalah. Lama-lama saya hanya sebagai tempat persinggahan saja. Tempat pelarian disaat dia sedang patah hati. Sekarang hubungan mantan itu membaik, mantan istrinya juga perempuan baik-baik tentunya. Mereka juga memiliki putri yang cantik dan shole
"Aku tahu kok, Mas menyesal bercerai dengan Mbak Mayang. Ternyata dia nggak berselingkuh. Kalau kalian masih saling mencintai, aku ikhlas kok, Mas. Urus saja perceraian kita dengan cepat. Mas, bisa balikan lagi dan menebus rasa bersalah."Kenapa aku nggak cari pengacara lain? Karena aku ingin Mas sendiri yang menyelesaikan urusan kita. Biar nggak diketahui orang lain. Biar mereka tahunya setelah kita sah bercerai. Jangan bawa aku pulang. Aku nggak ingin pulang. Aku sudah pergi dari sana, aku nggak akan kembali."Pada saat itu ponsel Mas Yoshi yang ada di cup holder berdering. Jelas kulihat kalau nama Mbak Mayang tertera di sana. Untuk apa jam kerja begini dia menelepon. Apa urusan anak lagi? Memang perlu bertanggungjawab pada anak-anak meski sudah bercerai. Tapi apa harus sejauh ini. Apa perempuan itu tidak tahu bagaimana menjaga perasaan pasangan mantannya. Dia perempuan terpelajar, loh."Mas, turunkan aku di depan saja."Mas Yoshi tidak menanggapi. Mobil terus melaju di kepadatan l
(Bukan) Istri Pilihan- Bangkit, Nastasya Author's POV"Papa, sembunyikan di mana Nastasya? Bisa-bisanya Papa mendukung dia untuk cerai?" Bu Mega sewot malam itu. Sepulangnya sang suami dari mengantarkan Anastasya."Papa nggak nyembunyiin Sasa. Dia nggak melakukan salah apa-apa kenapa harus disembunyikan. Kayak residivis saja. Sasa hanya butuh tempat untuk berlindung dan menenangkan diri.""Pantesan dia besar kepala karena Papa mendukungnya. Papa, memfasilitasi Nastasya menggugat cerai Yoshi, kan?"Pak Bastian menarik napas dalam-dalam. Tiga puluh dua tahun ia menikahi Bu Mega. Luar dalam semuanya dia sangat paham. Kalau ada reward untuk suami paling sabar. Dia lah yang akan memegang pialanya sepanjang zaman.Siapapun yang paham bagaimana rumah tangga mereka, mengatakan Pak Bastian lelaki paling nerimo dan sabar. Kalau lelaki lain, Bu Mega pasti sudah ditinggalkan sejak dulu. Kurang sabar apa dia sebagai suami. Malah ada yang bilang, Pak Bastian ini type suami yang berada di bawah ke
Iseng aku membuka akun media sosial yang kubuat dengan nama samaran. Dan ... wow, ini membuatku terkejut. Ternyata postingan cup cake waktu itu mendapatkan respon yang luar biasa. Bahkan follower-ku naik drastis. MasyaAllah. Berbagai komentar positif memenuhi postingan. Banyak yang memuji karena sebagai orang yang belajar secara otodidak, aku bisa membuat karya yang lumayan.Begini saja sudah sangat membahagiakan. Aku kembali bangkit dan menuju pantry. Menyiapkan masakanku tadi untuk kufoto. Setelah mengganti wadah yang lebih bagus, aku mengambil gambar dari segala sisi sampai aku merasa puas dan sempurna. Kembali ku-upload foto masakan itu. Sekarang aku tahu caranya untuk bahagia. Aku tersenyum, lantas masuk kamar. Persiapan untuk mandi, agar aku tidak terlewat untuk melihat sunset di balkon apartemen sore ini. Sesuatu yang sekarang menjadi kebiasaanku sehari-hari.Ketika tengah wudhu setelah selesai mandi, aku baru ingat. Sejauh ini aku belum absen salat. Kenapa aku tidak menstrua
(Bukan) Istri Pilihan - Morning Sickness Anastasya's POV Kenapa dia mau menundanya. Bukankah lebih cepat selesai, lebih baik. Apa yang Mas Yoshi inginkan sebenarnya?Apa dia mendapatkan tekanan dari orang tuanya yang merupakan teman terbaiknya mama, agar tidak bercerai. Ah, mereka tahu apa tentang pernikahan ini. Dari luar tampak baik-baik saja, tapi mereka tidak tahu bagaimana aku menahan ini sekian lama.Kadang lihat pasangan tersenyum pada teman perempuannya saja sudah membuat hati terasa tercubit. Lalu bagaimana denganku. Meski semuanya karena alasan anak. Apa yang mereka lakukan bukan kategori perselingkuhan? Apa aku kurang sabar, kurang pengertian? Okelah, mungkin mereka menganggapku memang seperti itu. Tapi aku tahu sampai mana kekuatanku. Lihatlah tanpa batasan waktu, mereka dengan leluasa saling berkomunikasi. Terus apa aku harus tetap diam, seolah tidak punya harga diri."Hei, kok melamun?" tegur ibu yang membuatku kaget."Apa alasannya dia menunda sidang, Bu?""Mungkin
Tak terasa air mataku menetes. Rumitnya hidupku. Aku tidak bisa membenci papa yang telah menduakan mama, tapi aku juga tidak bisa membenci ibu yang telah menjadi wanita kedua. Bu Eri yang selalu ada untukku selama ini. Beliau sangat tulus.Di duakan. Empat tahun ini aku merasakan itu semua. Aku diberi nafkah lahir batin, tapi hanya sekedar pemenuhan tanggungjawab Mas Yoshi pada seorang istri. Sakit bukan? Apa ini yang juga dilakukan papa pada mama?"Kamu baikin simpanan papamu, apa kamu nggak tahu bagaimana sakitnya hati mama kandungmu sendiri?" teriak mama suatu hari.Ingin rasanya kujawab. "Kenapa Mama bertanya seperti itu? Apa Mama juga tahu bagaimana rasanya menjadi anak yang selalu disisihkan." Namun kalimat itu hanya menyekat di tenggorokan. Meski separah apapun dia memakiku, aku tidak pernah balik menjawab. Disaat seorang laki-laki tidak mampu menunjukkan jati dirinya dihadapan istri sendiri, tidak punya kuasa membuat keputusan, lalu apa bisa disebut masih memiliki harga diri?
(Bukan) Istri Pilihan - Patah Hati Author's POV"Apa maumu, Yosh?""Pa, izinkan saya bertemu dan bicara dengan Nastasya.""Apa yang ingin kamu bicarakan. Sudah cukup kamu tidak peka dengan perasaannya selama ini. Lepaskan dia, biar Sasa melanjutkan hidupnya tanpa kamu. Saya memang bukan lelaki yang baik, Yoshi. Saya bukan suami yang bisa dibanggakan. Tapi sebagai seorang ayah, saya tidak ingin anak saya dikhianati. Kehidupan kamu berbeda dengan kisah rumah tangga saya. Dan Sasa terlalu baik untuk kamu duakan."Saya tidak berkhianat, Pa," sangkal Yoshi."Yang saya lihat baru saja, itu bukan kebohongan, kan? Mantanmu datang bersama anakmu. Dan saya yakin, ini bukan yang pertama kalinya. Saya paham mengenai tanggungjawab kamu pada anak. Tapi cerita kalian memang berbeda dan sudah tidak sewajarnya. Kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan anak saya. Anak saya yang sekarang menjadi istri sah kamu. Oke, kamu tidak berkhianat. Tapi ini apa namanya?" Pak Bastian murka. Kala itu Mayang dan A