Share

Part 11 Surprise 1

(Bukan) Istri Pilihan

- Surprise

Ada telepon masuk saat aku keluar dari kamar mandi. Kujangkau benda pipih yang berpendar di atas tempat tidur.

"Halo, Pa."

"Papa sudah transfer uang ke rekeningmu."

"Iya. Sebenarnya aku masih punya uang, Pa." Sebab Mas Yoshi selalu tepat waktu memberikan uang tiap bulannya.

"Nggak apa-apa. Papa sudah mendapatkan tempat tinggal untukmu. Ada dua pilihan. Di apartemen atau perumahan? Papa lebih setuju kalau kamu tinggal di apartemen. Di sana lebih aman, Sa."

"Aku ikut saja pilihan, Papa."

"Oke. Nanti papa kabari lagi kalau sudah beres dan kamu bisa pindah. Yoshi ada menghubungimu?"

"Mengirimkan pesan, tapi nggak kubuka. Jam segini dia belum pulang dari kantor."

Terdengar papa menghela nafas panjang di seberang.

"Ya sudah. Kalau ada apa-apa kabari papa."

"Iya."

Setelah menutup telepon aku segera Salat Asar. Usai salat aku menyibak gorden jendela.

Dari balik jendela kaca, aku menatap langit barat yang merona keemasan. Tampak matahari terlihat indah, bulat penuh berwarna jingga. Sebentar lagi akan tenggelam, malam pun tiba, dan satu hal akan terungkap seketika itu.

Mas Yoshi akan pulang dan tidak menjumpaiku di rumah, lalu satu per satu keluarga akan tahu. Pasti banyak pertanyaan yang timbul karena selama ini kami terlihat baik-baik saja. Sebab aku selalu diam. Mama akan heboh jika tahu aku pergi dari rumah. Saat bertemu denganku nanti, kupastikan beliau akan mengamuk. Apalagi kalau tahu aku meminta cerai.

Kuhela napas panjang. Keputusan memang harus segera kuambil, setelah selama ini hanya diam. Tidak terlintas sebelum ini, akan menjadi janda di usia muda.

Pesan dari Mas Yoshi tidak satu pun kubalas. Aplikasi pesan kubuka hanya untuk membalas pesan dari Mas Fauzi. Membahas tentang kursus dan untuk menerima telepon dari papa baru saja.

Suasana kian temaram. Matahari perlahan tenggelam di ujung barat. Aku duduk di tempat tidur. Sepi dan sendirian. Hidupku memang seperti ini sejak dulu. Kesepian di tengah keramaian.

Kupikir punya suami akan merubah segalanya. Tapi aku salah. Dia lelaki yang pertama kali membuatku jatuh cinta, tapi dia juga yang menorehkan luka. Aku tersenyum getir pada perjalanan hidup ini.

Di travel bag itu, aku sudah membawa lengkap dokumen yang dibutuhkan untuk mengajukan gugatan perceraian. Hanya keterangan dari pihak kelurahan saja yang belum ada. Setelah pindah, aku bisa mengurusnya. Dan lawanku kali ini adalah seorang pengacara

Azan Maghrib berkumandang. Aku bangkit untuk salat.

***L***

Author's POV

Sudah beberapa kali Yoshi mengecek ponselnya. Namun tidak ada balasan dari Anastasya. Padahal istrinya baru saja online beberapa menit yang lalu.

Dia tidak bisa konsentrasi meeting sejak tadi siang. Anastasya tidak pernah mengabaikan pesannya selama ini. Terkadang istrinya itu yang lebih dulu mengirimkan pesan, untuk mengingatkan waktunya salat dan makan. Diakuinya Anastasya sangat perhatian.

Yoshi tahu, istrinya pasti marah atas peristiwa tadi pagi. Ini kali pertama dia menunjukkan rasa kecewanya. Apalagi mendengar Ayunda menyebutnya 'Tante jahat'.

Hari ini memang di luar dugaan. Ia tidak menyangka kalau mereka berempat bertemu di mall. Biasanya Anastasya pamitan dulu kalau hendak keluar rumah. Apa dia memang sengaja mengikutinya sejak tadi pagi?

"Pak, kasusnya Bumi Agung akan memasuki babak pemeriksaan minggu depan." Asisten yang sejak tadi duduk memeriksa berkas di depannya mengingatkan tentang kasus yang mereka tangani.

"Ingatkan saya lagi dua hari sebelumnya."

"Iya, Pak." Perempuan berambut sebahu itu lantas permisi keluar karena harus segera pulang. Dia sudah terlewat satu jam dari waktu pulang kantor.

Yoshi sendiri bangkit dan meraih jas yang ada di standing hanger.

Sepanjang perjalanan pulang ia kepikiran tentang ucapan istrinya tadi. Tapi rasanya tidak percaya kalau Mayang mengajari Ayunda membenci Anastasya. Mayang tidak mungkin seperti itu. Dia tak segan bertanya kabar tentang Anastasya jika bertemu dengannya. Bertanya tentang hubungan mereka meski ia tahu Mayang menyimpan luka yang dalam. Kekecewaan karena akhirnya Yoshi setuju menikah lagi padahal baru beberapa bulan saja mereka resmi bercerai.

Setelah fitnah keji lima tahun yang lalu memporak-porandakan rumahtangganya dengan Mayang, Yoshi tidak akan gampang percaya lagi semua ucapan buruk tentang mantan istrinya itu. Sekarang tetap berhubungan baik demi putri mereka yang menjadi korban perceraian akhibat dari sebuah fitnah dan keegoisan.

Pasti Anastasya kecewa karena ucapannya yang seolah membela Mayang.

Yoshi menghela nafas berat sambil memperhatikan kemacetan yang memanjang. Ia pernah melewati hari yang sulit waktu itu. Tidak hanya saat itu, tapi berlarut hingga sekarang ini. Apa ia menyesal mengambil keputusan cepat menyetujui perjodohan dengan Anastasya? Padahal dia gadis yang baik, istri yang sangat mengharganya sebagai suami. Meski tidak sesukses Mayang, karena Anastasya memang tidak berkarir.

Setelah menikah, justru perselingkuhan Mayang tidak terbukti. Karena desakan keluarga, Yoshi mengambil keputusan tergesa-gesa. Padahal ia seorang pengacara. Harusnya menyelidiki lebih dulu.

Dahi laki-laki itu mengernyit ketika sampai di depan pagar rumahnya, suasana di dalam sana gelap gulita. Ke mana Anastasya, kenapa jam segini tidak menyalakan lampu. Apa listrik rusak seperti beberapa waktu yang lalu? Tapi kenapa sang istri tidak memberitahu dengan mengirimkan pesan.

Setelah turun dari kendaraan dan kembali menutup pintu pagar menggunakan remote yang selalu dibawanya dalam mobil, Yoshi memutar handle pintu. Terkunci. Biasanya kalau masih sore begini, Anastasya tidak pernah mengunci pintu utama. Sebab wilayah perumahan mereka sangat terjaga dan aman.

Laki-laki itu kembali ke mobilnya untuk mengambil kunci rumah.

Masuk ke dalam, gelap gulita. Dirab*nya saklar lampu di ruang tamu.

"Nastasya. Sayang," panggilnya sambil menyalakan lampu lainnya.

Hening. Perasaan Yoshi tak enak. Dengan setengah berlari ia naik ke lantai dua dan langsung membuka pintu kamar.

Setelah lampu menyala, ia tidak mendapati istrinya. Tempat tidur rapi. Pintu balkon dan gorden tertutup rapat.

Pandangannya terpaku pada meja rias. Ada kotak perhiasan. Saat dibuka, cincin pernikahan milik Anastasya ada di situ. Di sebelah cincin miliknya. Karena dua kali menikah, Yoshi memang tidak pernah memakai cincin pernikahannya.

Alangkah kagetnya saat ia membuka lemari pakaian. Bagian tempat baju istrinya telah kosong.

Diambilnya ponsel di saku celana. Panggilannya masuk tapi tidak dijawab. Yoshi mengulangnya beberapa kali dan tetap tidak direspon.

[Nastasya, kamu di mana? Jawab teleponnya.]

Pesan yang dikirim terabaikan begitu saja.

Tidak mungkin Anastasya pulang ke rumah orang tuanya. Yoshi tahu betul bagaimana hubungan Anastasya dengan sang mama dan dua saudara perempuannya.

Apa mungkin dia ke rumah Bu Eri? Tapi Yoshi tidak memiliki nomer ponsel istri kedua papa mertuanya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
knp Yoshi. menyesal menikahi Natasya? harusnya kamu bangga bisa punya istri sebaik dan pengertian seperti dia. bukannya malah terlena dan bebas semaunya..
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
ga teruma mantan istri dijelekka tapi ga peduli perasaan istri sendiri... luar biasa sekali kamu Yoshi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status