"Maaf Lea, tapi mau bagaimana lagi kalau sudah tugas" jawab Rezo.
"Tapi besok ulang tahunku" Wailea mengingatkan.
"Kita masih bisa rayakan di ulang tahun berikutnya dan berikutnya lagi kan?" kata Rezo mencoba menenangkan istrinya.
Keesokkan harinya, Wailea sudah bangun dan mempercantik dirinya. Ia berharap untuk sempat menghantarkan Rezo ke bandara.
"Aku ikut mengantarmu ya" Wailea meminta dengan penuh senyuman.
"Aku bawa mobil dan akan ku parkir di bandara. Jadi kamu tidak usah mengantarku" jawaban Rezo cukup mematahkan semangat Wailea.
Dengan kehampaan hati, Wailea mengantarkan Rezo memasukki mobilnya. Wailea masih terus menunggu ucapan selamat dari suaminya itu. Namun, hingga sampai Rezo pergi, tak ada satu kalimat apapun yang ia ucapkan. Jangankan mengucapkan selamat ulang tahun, memuji dirinya yang sudah cantik saja tidak. Mungkin dia benar-benar sibuk, pikirnya dalam hati.
***
"Happy birthday cantik" Helix menghampiri meja receptionist. Ditangan kirinya memegang sebuah kotak kecil
"Pejamkan mata dan make a wish" lanjut Helix.
Wailea menutup matanya dan terdiam sejenak. Apakah isi dari doamu itu Lea, tanya Helix dalam hati. Wailea membuka mata dan meniup lilin kecil di hadapannya. Hatinya yang amburadul karena sang suami yang seperti melupakan hari spesialnya itu kini berubah menjadi begitu ceria.
"Thank you, Hel" wajah cantik Wailea begitu bersinar.
Saat Wailea hendak menggigit cupcake ditangannya, Helix menarik cupcake itu dan nyaris saja jarinya tergigit oleh Wailea.
"Kalau sudah namanya cupcake, kamu lupa segalanya" kata Helix menggoda.
Helix menyimpan box kecil ditangan kirinya itu di atas meja dan meminta Wailea untuk membukanya. Wailea terlihat begitu antusias membukanya. Seketika ia seakan lupa dengan komitmennya untuk menjauhi Helix.
Saat box itu terbuka, dilihatlah sebuah kunci berwarna hitam dengan gantungan bunga mawar berwarna merah muda.
"Apa ini ?" tanya Wailea kebingungan.
"Itu kunci, Lea" jawab Helix mengejek.
"Aku tau, tapi ini kunci apa?" Wailea bertanya lagi.
"Motor matic yang terparkir dengan manisnya di parkiran kantor, adalah milikmu" kata Helix menjelaskan.
Wailea terkejut mendengar pernyataan Helix. Kemudian ia mengembalikan kunci itu ke dalam box dan memberikan box itu kembali ke tangan Helix.
"Maaf, tapi aku tidak bisa menerimanya" kata Wailea.
"Kamu hampir ditabrak motor. Kamu hampir dilecehkan sopir taksi. Aku tidak mau sampai ada sesuatu yang bisa membahayakan kamu lagi. Maaf kalau motornya tidak seindah motor milikmu dulu" nada bicara Helix kini sungguh menyentuh hati Wailea.
Helix begitu khawatir akan keselamatan Wailea. Tidak banyak hal yang dapat ia lakukan kecuali memberikan sesuatu yang setidaknya bisa menjaga Wailea dari banyak hal yang mungkin saja dapat terjadi jika Wailea tetap menaiki taksi ataupun berjalan kaki.
Beberapa tahun yang lalu, Wailea memang memiliki sebuah motor matic yang begitu cantik dan mahal harganya. Itu semua diraih bukan hanya sekejap mata. Butuh waktu satu tahun untuk mengumpulkan pundi-pundi sebelum membelinya. Sampai akhirnya, terpaksa motor kesayangan Wailea itu harus dijual untuk membantu biaya masuk kuliah pertama sang adik di Tokyo. Saat itu perasaan sedih karena harus mengorbankan motornya sama sekali tidak ia rasakan, karena begitu besarnya rasa cinta Wailea terhadap Ketty adik tirinya itu.
"Aku tidak bisa menerimanya bukan karena aku tidak suka, melainkan karna aku tidak bisa menerima pemberian orang untuk sesuatu yang mahal" jelas Wailea.
Dengan situasi ini membuat Helix yakin untuk menceritakan semuanya. Helix pun mulai menceritakan awal mula dirinya bertemu dengan Wailea. Melihat Wailea kala itu membuatnya berani untuk jatuh cinta lagi usai tersakiti oleh mantannya itu. Helix pun menceritakan usahanya untuk mencari Wailea bertahun-tahun lamanya, hingga akhirnya bisa bertemu Wailea namun ternyata dia sudah berstatus istri orang. Helix mengatakan jika dia melihat kejanggalan antara Rezo dan Wailea, ditambah beberapa kejadian aneh yang menimpa Wailea, inilah yang membuatnya berkomitmen untuk tetap menjaga Wailea hingga saatnya nanti Rezo bisa menjadi orang yang Wailea paling andalkan, saat itulah Helix akan menjauhi Wailea. Mendengar semua perjuangan dan usaha Helix untuk melindungi Wailea membuat Ruben tak mampu berkata-kata. Dia menyesal telah memukul Helix tanpa tahu ternyata orang yang dia pukul adalah orang yang selama ini menjaga menantunya. Lixy pun sangat terharu mendengar perjuangan anaknya. Begitu tulus dan s
Lea menjelaskan dengan sangat tulus jika awalnya dia berfikir jika Rezo dan dirinya akan sama-sama belajar mencintai, semua ini sebelum Wailea tahu jika ternyata Rezo masih memiliki hubungan dengan masa lalunya yang belum pernah berakhir. Sampai akhirnya disaat dia tahu, dia memutuskan untuk tetap bertahan demi kebahagiaan ibu dan juga ayah mertuanya. Wailea tetap berusaha untuk mempertahankan pernikahannya yang sebenarnya mustahil. Mendengar semua penjelasan Wailea ini seolah menyanyat hati Ruben dan juga Weni yang masih mendengarkan percakapan mereka dari kejauhan. Ruben dan Weni pun lemas dan merasa menjadi orang tua yang sangat buruk."Papa jangan sedih lagi ya. Semua ini hasil dari keputusan Lea yang harus Lea terima. Namun pada akhirnya Lea datang kesini itu memang karena batas kemampuan hati Lea sudah diujung. Ini juga keputusan yang Lea ambil. Papa jangan merasa bersalah, karena semua ini bukan salah papa atau siapapun." Wailea mencoba menenangkan Ruben.------Pagi hari yang
"Aku minta maaf sebesar-besarnya padamu Weni. Aku pun menyesali apa yang telah dilakukan Rezo." kata Ruben memohon maaf kepada Weni. Ruben memang sungguh menyesali untuk itu. Semuanya ini membuatnya merasa gagal menjadi seorang ayah, ayah mertua dan juga seorang sahabat bagi Weni."Bukan hanya dijaman dulu ya, Ben. Bahkan setelah berpuluh-puluh tahun pun kamu masih hebat dalam menyakiti perasaan orang" kata Lixy dengan sangat ketus. Perkataan ini membuat semua terheran dan bingung, apakah maksudnya?"Aku minta maaf untuk apapun yang kulakukan dahulu padamu Lixy dan apapun yang terjadi kini pada kamu Weni. Hanya itu yang bisa kuucapkan, tidak ada yang bisa kukatakan lagi selain maaf" kata Ruben dengan penyesalan yang mendalam.Keheningan terasa begitu mengcekam saat ini. Situasi sulit dan pelik yang bahkan tiada satupun bisa mengubahnya. Kebingungan dan pertanyaan yang semakin banyak terus menghantui masing-masing pribadi. Tetapi Weni sadar jika dia adalah sebagai tuan rumah yang sehar
Senja yang indah, dihiasi dengan suara burung yang saling bersahutan. Weni dan Lixy terlihat sibuk sedari tadi setelah mereka sampai di rumah. Wailea yang sudah mendapatkan penanganan dari rumah sakit pun kini sedang beristirahat di dalam kamar Weni.Hari mulai gelap, Wailea pun terbangun dan beranjak dari kasur menuju ruang tamu. Terlihat Weni dan Lixy yang sedang asik menata makanan diatas meja. Wailea berjalan perlahan dan menggapai Weni. Dia memeluknya begitu erat dari belakang. Weni tersenyum dan menghentikan aktifitasnya itu.Setelah puas, Wailea pun melepaskan pelukannya dan Weni berbalik menghadap Wailea. "Apakah tidurmu nyenyak, nak?" tanya Weni sembari mengusap lembut pipi Wailea. Lixy hanya tersenyum melihat keromantisan antara ibu dan anak di depannya itu sambil terus menata piring pada posisi meja masing-masing."Lea pikir Lea hanya bermimpi sedang berada di rumah mama" sahut Wailea melow."Kamu tidak bermimpi nak. Sekarang kamu duduk dan kita makan ya. Kamu tunggu disini
Pertemuan Weni dan Lixy bermula dari ketidaksengajaan. Setelah bertahun-tahun tahun lamanya mereka tidak saling tahu kabar masing-masing, akhirnya takdir mempertemukan mereka berdua.Kira-kira satu bulan yang lalu, ketika itu Weni sedang berbelanja kebutuhan rumah tangga di salah satu toko grosir terbesar di daerah rumahnya itu. Dari kejauhan Weni merasa tidak asing saat melihat wanita yang jaraknya sekitar lima meter di depannya itu, yang tengah memegang botol minuman soda sambil terlihat mencari-cari harga pada rak di depannya. Dengan segera Weni mendorong kereta belanjanya mendekati wanita yang dia curigai adalah Lixy. Saat dia sampai tepat di samping wanita itu, suara gemetar terdengar saat dia memanggil nama sang wanita "Lixyyy!!" Disaat itu juga Lixy terkejut bak mendapat undian kemenangan. Tangisan yang tidak bisa terbendung lagi disaat mereka memeluk satu sama lain. Suasana dipenuhi keharuan dan tangisan bahagia. Pertemanan yang sudah cukup lama dan akrab ini sudah tercipta da
Suasana mencekam terjadi di kantor polisi. Satu demi satu pertanyaan berikan oleh pihak kepolisian dengan tujuan agar setidaknya mendapat titik terang dalam kasus ini. Helix menjelaskan dengan sangat lugas kejadian yang dia tahu berdasarkan info yang dia dapatkan dari Luna. Ditengah ketegangan, ponsel Helix terus bergetar tanpa henti. Dua puluh dua kali panggilan tak terjawab dari sang ibunda yang membuatnya tak nyaman sedari tadi.Setelah akhirnya menyelesaikan proses bersama dengan pihak kepolisian, Ruben dan Helix kembali ke parkiran. Saat memasuki mobil, Helix sambil membuka notif ponselnya dan melihat puluhan panggilan tak terjawab itu lalu disambung dengan membuka pesan suara dari sang ibu."Heelllllllll, kenapa sih gak angkat-angkat, mama mau cerita looh" teriak sang ibu kesal. Dengan tenang Helix langsung menghubungi sang ibu. "Halo ma, ada apa?""Mama sudah kirimkan alamat mama saat ini, kamu harus datang segera ya" kata sang ibu bersemangat."Mama sakit? Mama kenapa?" tany