“Apa yang kamu inginkan?” tanya Darius begitu mereka memasuki salah satu mall mewah yang ada di ibu kota.Lakshmi bahkan sedari tadi menganga, sempat dia enggan untuk keluar dari mobil saat melihat bagaimana wallet parkir saja begitu mewah.Lakshmi masih diam saja, membeku sambil menatap kagum dinding kaca yang menampilkan banyak manekin dengan pakaian yang indah.Melihat Lakshmi yang tak bergerak sama sekali, Darius segera mengulurkan tangannya. Menjangkau pergelangan tangan gadis itu dan menariknya pelan.“Ayo masuk,” ucapnya lembut.“Eh?” Lakshmi tak bisa berkata apa pun selain kakinya yang mengikuti langkah Darius memasuki salah satu outlet pakaian dengan brand ternama dan khusus untuk pakaian wanita saja.“Pilih yang kamu mau,” perintah Darius.Pria itu membiarkan Lakshmi melihat-lihat, sementara dirinya malah duduk dan memperhatikan bagaimana Lakshmi akan memilih pakaiannya.Tapi Lakshmi lagi-lagi terbengong-bengong dengan banyaknya pakaian di sana. Matanya melotot saat melihat
Lagi-lagi Lakshmi dibuat ternganga begitu mereka tiba di depan restoran fine dining. Dimulai dengan bagaimana area luar yang nampak mewah dan berkelas, tentu dia tahu kalau tempat itu bukan untuk orang sembarangan.Spontan tangannya mencengkeram lengan Darius, merasa gugup ketika seorang staf restoran yang berdiri di depan mereka tersenyum dan menyambut hangat.“Halo, Mr and Mrs. Do you already have a reservation?” tanya pria dengan pakaian berjas hitam dan mengenakan sarung tangan putih itu.Lakshmi bisa melihat penampilannya yang rapi bak eksekutif dengan jas, dasi dan sepatu serba hitam.Astaga, tempat apa ini sebenarnya?Lidahnya kelu bukan main menyaksikan kemewahan di depan mata. Sementara Darius terlihat begitu biasa saja, memang pria itu sudah terlalu biasa berada di tempat para kalangan elit.“Belum, apa kami bisa memesan tanpa reservasi?” Darius sendiri menjawab jujur, karena ini adalah acara mendadak.Selagi Lakshmita tengah bersikap padanya dan menurut, dia harus menggunak
Wanita muda itu melihat makanan indah sebagai appetizer alias makanan pembuka. Bagaimana susunan potongan makanan yang ditata begitu rapi di piring putih.“Makanlah,” perintah Darius.Pria itu tak sabar untuk melihat reaksi Lakshmi tentu saja.Lakshmi bingung, dia tak pernah mengenakan peralatan makan lengkap seperti garpu dan pisau.“Gunakan tangan saja,” imbuh Darius yang memperhatikan bagaimana Lakshmi kebingungan sendiri.Darius mencontohkannya, dan Lakshmi menirunya.Kres!Sekali gigitan untuk satu potongan kecil makanan pembuka.“Bagaimana?” Rupanya Darius menantikan penilaian sang istri.Lakshmi menikmati paduan rasa yang belum pernah terjamah oleh lidahnya, dia sampai melahap potongan kedua. Kali ini matanya sesekali menutup lama sambil tersenyum. Rasa di mulutnya seakan menjadi sebuah kembang api yang meledak di dalamnya. Bercampur sempurna.Darius terkekeh, dia tak perlu lagi bertanya soal rasa karena Lakshmi sudah menikmatinya dengan begitu baik.Menunggu gadis itu menyeles
“Oke, ayo turun.” Mereka sudah tiba di rumah. Lakshmi segera meraih tangan Darius, mencoba untuk keluar mobil. Namun, lagi-lagi Darius malah tanpa izin telebih dahulu sudah menggendongnya. “Aaa! Apa yang Mas lakukan?!” pekiknya terkejut saat tubuhnya sudah melayang dengan begitu mudahnya. “Menggendongmu tentu saja.” “A aku masih bisa berjalan,” cicit Lakshmi, merasa malu sekaligus gugup karena Darius benar-benar tak keberatan untuk menggendongnya. “Ada masalah jika aku menggendong istriku sendiri?” Lakshmi menggelengkan kepalanya tanpa suara. Ia tak bisa menjawab kalau Darius sudah menggunakna jurus andalannya. Lakshmi hanya pasrah, dia tak bisa kabur dan bersembunyi di kamar yang lain lagi jika begini. Rupanya Si Mbok menyambut kepulangan mereka dengan semringah. “Loh? Kok Non Lakshmi digendong?” tanyanya bingung. “Mbok tolong ambilkan barang-barang di mobil ya? Tadi ada juga makanan untuk Mbok dan Parjo,” seloroh Darius begitu masuk ke dalam rumah. Si Mbok mengangguk saja
Darius berusaha untuk menahan diri, dia yang tadinya hanya menginterpretasikan perasaannya. Hanya dalam beberapa detik saat bibirnya menyentuh milik Lakshmi yang hangat menjadikan hasratnya pun bangkit detik itu juga.Darius pun mulai menggerakkan bibirnya perlahan, melumatnya tanpa ampun walau masih dalam tahap biasa.Tapi Lakshmi yang belum pernah tahu bagaimana ciuman intens dirasakannya hanya bisa diam mematung, menikmati detak jantungnya yang menggila dengan rasa gugup dan sikap kakunya.Tangannya meremas baju Darius, membuatnya terus meremas kencang dan membiarkan bibirnya sama sekali tak bergerak.“Breath, Lakshmi,” bisik Darius yang menghentikan pagutannya.“Haa …” Lakshmi spontan menghembuskan napasnya saat itu juga, matanya terbuka dan memandangi wajah Darius yang begitu dekat dengan dahi mereka yang saling menempel.Blush!Deg deg deg!Napas mereka pun bersahutan satu sama lain, bahkan terdengar jelas napas Darius yang begitu kasar.Darius segera bangun, tersenyum kecil sem
“Tidak mau!” Lakshmi terus menggelengkan kepalanya saat Darius berusaha memaksanya keluar dari mobil.Darius frustrasi sendiri melihatnya.“Astaga, kau ini kenapa sih? Kau cuma menemaniku untuk hadir di acara konferensi saja, Lakshmi,” terang Darius kesekian kalinya.Lakshmi masih tetap menggelengkan kepalanya, bagaimana gadis itu takut kalau ada yang melihatnya. Dia masih tak siap jika harus dikenal sebagai istri Darius.“Tidak mau! Nanti banyak fans Mas yang menyerang aku.”Lakshmi masih bersikukukh. Kali ini Darius yang diam, dahinya terlipat seakan tengah bingung.“Fans?” beonya.“Kamu bicara apa sih? Aku bukan idol K-Pop yang punya fans, Lakshmi. Ayo turun atau aku paksa?” ancam Darius.Lakshmi semakin menarik kakinya ke dalam. “Mas ini tidak pernah tahu ya? Fans Mas itu bejibun. Banyak. Much!”“Memang aku seterkenal itu?” Darius malah menahan tawanya, merasa lucu.Lakshmi melotot, “Mas sama sekali tidak sadar atau pura-pura tidak tahu sih?”“Ya … tidak tahu dong. Kalau tahu, aku
“Ehem.”Lakshmi dan Andre sama-sama menoleh ke belakang begitu mendengar suara dehaman berat khas suara pria.Lakshmi agak bingung dengan kehadiran Darius, sementara Andre pun tak kalah terkejutnya.“Eh, Pak Darius,” sapa Andre sambil tersenyum sopan.Namun, Darius tak menanggapi ucapan pemuda itu. Wajahnya masih datar dan dingin, tetapi matanya terus menatap Lakshmi. Lakshmi menjadi gugup saat menyadarinya. Dia tak mau dikenali sebagai mahasiswi yang dekat dengan Darius.“Bukankah kamu panitia? Tadi ada rapat tuh,” ketus Darius.Srek!“Astaga, lupa! Sudah dulu ya, Lakshmi. Dah!”Andre segera bangun dengan wajah panik dan terburu-buru berlari mencari ruangan panitia.Sementara Lakshmi merasa tak nyaman dengan tatapan intens yang terus diberikan oleh Darius. Dia buru-buru bangun dan membawa brosur untuk menghindar.“Mau ke mana kamu?”Deg.Lakshmi melirik sekelilingnya dan berharap tak ada yang memperhatikan mereka. Dia menggigit bibirnya, panik dan gugup yang menjadi satu.“Saya …” La
“Ck, kamu kenapa tidak duduk di depan sih?” Darius masih saja bersungut-sungut sebal saat dia kembali ke mobil seperti yang dijanjikan dengan istrinya. Bertemu di mobil, setelah sang istri tak memiliki ponsel! Yang benar saja. Di masa ini, ponsel sudah seperti kebutuhan primer. Bodohnya dia karena tak menyadari kebutuhan istrinya sendiri. Lakshmi hanya menatap arah depan saja, dia masih kesal dan memilih diam saja karenanya. “Lakshmi, aku dari tadi bicara denganmu,” tukas Darius lagi, yang merasa kalau Lakshmi tengah abai padanya. Benar saja. Lakshmi menoleh, wajahnya tengah memberengut kesal. “Ada apa dengan wajahmu?” “Tidak ada,” sambar Lakshmi cepat. “Tapi wajahmu ada apa-apanya,” kilah Darius cepat, bersikeras dengan pendapatnya. “Ya, lalu harus bagaimana? Wajahku biasa saja.” Bahkan nada bicaranya terdengar ketus. Darius menghela napasnya pelan, dia mencoba untuk mengontrol rasa gemasnya sendiri karena Lakshmi tengah merajuk. Bahkan dia sama sekali tak tahu apa salahnya