Share

Bukan Mimpi, Aku Kembali
Bukan Mimpi, Aku Kembali
Author: Kak_Anis07

Kenyataan Pahit

Author: Kak_Anis07
last update Last Updated: 2025-05-07 15:16:53

Pintu Unit Gawat Darurat (UGD) terbuka dengan cepat ketika seorang wanita hamil di dorong masuk menggunakan ranjang dorong. Wajahnya pucat pasi, napasnya terengah-engah, rambutnya basah oleh keringat dingin dan celana panjang berwarna putih tampak berlumuran darah. Dia datang diantar sopir taksi yang turut panik melihatnya.

"Sus, dia sepertinya pendarahan. Saya tidak sengaja melihatnya terkapar di pinggir jalan." ujar si sopir, napasnya terengah.

Tampak setengah sadar dan menahan rasa sakit yang datang terus menyerang, wanita itu mencengkram perutnya yang mulai membulat dengan erat. Seolah berusaha menahan dan melindungi apa yang ada di dalamnya.

"Terimakasih, pak, sudah cepat membawa ibu ini kesini. Sekarang biar kami tangani dulu, ya. Kalau tahu kontak keluarganya bisa tolong bantu hubungi, ya pak?" kata seorang perawat dan bergegas menutup pintu UGD.

Sopir taksi itu mengangguk cepat, dengan heran langsung membuka tas yang tadi ia temukan disamping tubuh wanita hamil itu. Berharap menemukan informasi kontak keluarga yang bisa ia hubungi. Terkesan tidak sopan, namun ini urgent.

Didalam ruangan, seorang perawat langsung menghampiri dengan sarung tangan terpasang, memeriksa tekanan darah dan memasang infus. Dokter juga sudah datang, bertanya kondisi pasien dengan tegas namun lembut.

"Berapa usia kehamilannya? Kapan mulai pendarahan?"

Di sekeliling mereka, suara monitor berdetak pelan dan terdengar samar intruksi dokter dan perawat.

"Ibu bisa dengar suara saya?"

Tidak ada respon apapun, ketegangan semakin terasa. Wanita itu memejamkan mata setelah masuk ruangan ini. Suara monitor mulai berbunyi, alat tensi mulai mencatat tekanan darahnya yang merosot.

Tiba-tiba setetes air mata mengalir di pelipis wanita ini. Entah itu karena rasa sakit yang bercampur dengan ketakutan atau rasa kehilangan yang belum pasti tapi sudah begitu menyakitkan.

-°-

Tubuhku lemas. Rasanya dingin sekali. Aku tak tahu seberapa parah kondisi ku saat ini, tapi cairan hangat ini mengalir tak henti sejak tadi. Aku rasa sudah cukup lama. Sakit sekali, aku rasanya tidak tahan. Tapi didalam perutku, yang masih kecil, ada nyawa yang harus ku pertahankan sekuat tenaga.

Ini bermula dari aku yang melihat suamiku sudah menikahi sepupuku sendiri. Aku terkejut, kecewa dan sakit hati. Dua orang yang sudah diberi kepercayaan tinggi, ternyata tega berkhianat.

Entah sejak kapan mereka memulainya?

Hingga hari ini, berani mengundangku dihari pernikahan mereka. Dirumah yang baru ku beli, mereka melangsungkan pernikahan. Dan dirumah ini juga, suami yang sangat ku cintai dengan berani mengatakan perpisahan.

Rumah ini salah satu impianku sejak lama. Baru selesai dibangun bulan lalu dan hari ini aku datang dengan perasaan senang karena suamiku yang mengaturnya. Aku kira akan ada kejutan untukku.

Dan ya memang benar, ada kejutan. Kejutan yang benar-benar membuatku terkejut setengah mati, hingga berujung mendekati kematian.

Sudah cukup curiga ketika pertama kali menginjakkan kaki di halaman rumah ini karena dekorasi bak acara pernikahan. Namun aku selalu berpikir positif, ini dekorasi untuk pemanis saja.

Hingga langkah kakiku terhenti di depan pintu, disambut oleh ucapan yang membuatku terpaku melihatnya.

"Selamat datang dihari bahagia kami, kak."

Dia Helena, sepupuku dari pihak ibu. Masuk ke daftar orang kepercayaan ku sehingga mengelola perusahaan keluarga. Perusahaan yang diberikan kakek dari pihak ayahku.

Helena menyambut kedatanganku dengan wajah sumringah . Gaun putih membalut tubuh indahnya. Kulihat jari manisnya sudah tersemat cincin pernikahan yang harganya terbilang mahal. Untuk seorang Helena, itu benar-benar mewah.

Tapi bukan itu yang membuatku salah fokus. Sosok pria yang digandeng mesra olehnya, itu yang membuatku berdiri mematung dan berakhir melayangkan tatapan tajam pada mereka.

Gama Yudistira, dia suamiku.

Dia berdiri di samping Helena dan dengan santai mengusap tangan Helena disertai senyum bahagia.

Aku membatin.

"Apa-apaan mereka? Bisa-bisanya bersikap romantis seperti ini di depanku?"

Ku lihat dengan jelas jari manisnya sudah tidak ada lagi cincin pernikahan kami. Sudah berganti cincin lain yang ku pastikan itu sepasang dengan cincin yang dipakai oleh Helena.

"Apa maksudnya?" tanyaku tidak tahan meminta penjelasan dari mereka. "Bukankah harusnya ini acara khusus untuk perayaan rumah baru kita, Gama?"

Aku menatap dingin suamiku namun suara tawa Helena membuat dadaku terasa sesak.

"Ini acara pernikahan ku dan Gama, kak. Dan rumah ini milik kami."

Jawaban Helena membuat jantungku berpacu lebih cepat, badanku mendadak panas dingin.

"Apa maksudmu, Helena?" ujarku penuh penekanan. "Gama adalah suamiku dan rumah ini aku yang membelinya. Jadi mana mungkin bisa menjadi milik kalian?" lanjut ku tidak terima.

Helena melirik Gama. "Jelaskan padanya, agar dia tahu bagaimana posisinya sekarang."

Aku langsung mengalihkan pandangan kepada suamiku yang tetap berdiri tenang disamping Helena. Dia seperti bukan Gama yang ku kenal.

"Apa maksud semua ini, sayang?" tanyaku mencoba berkata lembut. "Kalian tidak berselingkuh kan?" tambah ku to the point. Berharap dia menjawab tidak.

Namun nyatanya Gama menjawab cukup panjang dan aku merasa itu semua bohong.

"Sejak awal yang kucintai itu hanya Helena. Bukan dirimu, Aruna. Menikah dengan mu adalah sebuah keterpaksaan yang harus aku lakukan demi mendapatkan semua ini." Gama merentangkan tangan, menatap kagum dan bangga bangunan rumah ini. "Asal kamu tahu, mulai sekarang semua harta kekayaanmu sudah jatuh ke tanganku. Semua sudah atas namaku dan beberapa juga atas nama Helena. Jadi, ayo kita berpisah karena kamu tidak berguna lagi. Kamu aku ceraikan, semua berakhir sampai disini dan kita tidak ada hubungan lagi."

Jelas aku terkejut mendengarnya, kakiku terasa lemas bak tulangku berubah menjadi jelly. Sembari tersenyum menggelengkan kepala aku berkata...

"Kamu bohong, kalian pasti bohong. Kalian pasti sedang mengerjai ku kan?"

"Aku serius, Aruna. Hanya Helena yang ku cinta. Aku dan Helena sedari awal memanfaatkan mu saja." jawab Gama dengan lantang. "Bahkan saat ini, Helena sudah mengandung anakku." sambung Gama merangkul mesra pinggang Helena.

Aku masih tidak percaya. "Tidak mungkin, kamu hanya mencintai aku. Dan aku juga sedang mengandung anak kita, sayang. Bukankah kamu juga sangat bahagia saat tahu kabar kehamilan ku?" ku usap lembut perut ini, ada bayi buah cinta kami, aku dan Gama.

"Aku kemarin hanya berpura-pura saja, Aruna. Aku tidak benar bahagia atas kehamilan mu itu. Bahkan jika anak itu mati sekalipun tidak ada rasa menyesal sama sekali. Karena anakku hanya yang lahir dari rahim Helena saja."

JLEBB

Perkataan Gama bak pisau yang menusuk dada. Itu terdengar sangat menyakitkan dan membuat perutku mendadak keram. Mungkin ini pertanda bayi dalam perutku turut sedih mendengarnya.

"Tega kamu mengatakan itu?" ucap ku benar-benar kecewa. "Kamu memanfaatkan ku, mengambil semua kekayaanku, mengkhianati ku dan kini tidak memperdulikan darah daging mu sendiri. Kamu lebih hina dari seekor binatang, Gama."

Pernikahan yang sudah berjalan dua tahun ternyata dipenuhi kebohongan. Semua perhatian dan kasih sayang dari Gama hanya untuk mengecoh diriku saja.

Ini sebuah pengkhianatan yang tidak akan bisa dimaafkan, bahkan bayi yang belum dilahirkan turut menjadi korban keegoisan dua manusia ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Kecemburuan Jeff

    Meski terlihat janggal dengan jawaban yang Aruna berikan, Jeff mengangguk saja. Ia tak mau terlalu memaksa gadis ini, takut Aruna malah menjauhinya. Bagi Jeff, rencana Aruna terkesan sempurna. Semua alur kejadian sesuai dengan prediksinya. Namun perihal semua diketahui oleh Aruna karena pemberitahuan Charlotte jelas menyisakan tanda tanya besar bagi Jeff. Secara logika, tidak mungkin Charlotte mau membuka rahasianya sendiri terlebih pada Aruna yang dianggap musuh. Lama mengenal Charlotte, membuat Jeff paham bagaimanapun sifat Charlotte sebenarnya. Tapi baiklah, lagi dan lagi Jeff memilih tidak bertanya lebih jauh. Dia hanya berharap, apapun yang dipikirkan Aruna atau yang dikahwatirkan gadis ini, dia bisa selalu dilibatkan. Cukup jelas bukan keinginan Jeff? Dari sini saja bisa ditebak jika sedari awal Jeff memiliki ketertarikan pada Aruna. Gadis yang selama ini dia cinta adalah Aruna. Namun untuk sekarang bukan waktu yang tepat bagi Jeff mengungkapkan perasaannya. Terlebih setelah

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Rencana Aruna

    "Aku tidak mengira kamu bisa membuat rencana sedetail ini. Bisa menebak apa yang Charlotte rencanakan, menyiapkan salinan rekaman CCTV, bahkan menghubungi Carl. Sejujurnya aku penasaran, bagaimana kamu bisa terpikir seperti ini, Ru?" Bukan tanpa alasan Jeff bertanya seperti ini, tingkah laku Aruna mendadak berubah h-3 jam sebelum acara ulang tahun mamanya dimulai. Aruna yang sebelumnya tampak ceria, menyapa papa, mama dan beberapa kerabat lainnya, setelah itu menarik Jeff ke tempat sepi. Ia pikir, Aruna ingin menghirup udara segar setelah menyapa orang-orang di dalam. Namun siapa sangka gadis ini malah mengatakan sesuatu yang cukup membuat Jeff terkejut. "Charlotte pasti akan datang." ujar Aruna dengan wajah sedikit tegang. Jeff mengerutkan keningnya. "Tidak mungkin, mama hanya mengundang Om Saddam dan Daisy, adik Charlotte, yang memang memiliki hubungan baik dengan mama." jawabnya cukup yakin, mengingat ia sudah memeriksa daftar undangan yang akan hadir malam ini. "Dia akan datan

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Melewati Batas

    BRUGHH BRUGHH BRUGHHKembali Carl melayangkan pukulan, kali ini menghantam pundak dan perut Teo. "Jawab Teoo, jangan diam sajaa." Desak Carl. "Charlotte melewati batas. Mengatakan jika aku hanya seonggok sampah tanpa uluran tangan opa kalian. Jika saja orang tuaku tidak meninggal karena ditabrak mobil mama kalian, jelas opa tidak akan mau menampung hidupku selama belasan tahun lamanya. Bahkan sampai ikut mewarisi bisnis keluarga." Akhirnya Teo buka suara. Jawaban yang membuat Carl mendadak diam dan mundur beberapa langkah. Bahkan oma yang berniat memarahi Teo juga mengurungkan niatnya. "Aku tahu di antara kita tidak ada hubungan darah. Keberadaan ku di keluarga besar kita tidak pernah benar-benar dianggap. Termasuk mama, sejak awal tidak bisa menerima kehadiran ku, bukan?" ujar Teo beralih menatap oma yang berdiri di samping Carl. "Teo, bukan begitu... " "Tidak usah mengelak ma, aku tahu saat papa memberikan salah satu bisnis untuk aku kelola mama menentangnya. Mengatakan aku h

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Teo Albern

    Kamar dengan furnitur full berwarna maroon menjadi tempat yang sangat ingin ia tinggalkn. Bukan karena kotor atau bernilai murahan, namun karena penyedia kamar ini adalah sosok pria yang paling di benci. Charlotte menganggap, pria ini adalah penyebab utama kenapa dirinya menjadi hancur hingga terpuruk seperti ini. "Terima saja keputusan ini, Char. Ini memang sudah takdir yang tidak akan pernah bisa kamu ubah. Anak dalam perutmu, adalah anakku." Charlotte menatap pria di depannya, berdiri dengan sorot mata bahagia meski terlihat jelas bekas pukulan juga tertinggal di wajahnya. Itu adalah Teo yang baru kakaknya hajar habis-habisan di depan opa, oma dan Daisy. Teo Albern, usianya 30 tahun dan masih lajang. Meski tampan dan mapan, Teo tidak pernah masuk dalam kriteria pria idamannya. Alasan pertama, karena Teo adalah anak angkat kakeknya. Charlotte merasa tidak pantas saja menikah dengan orang yang notabene om sendiri. Alasan kedua, karena Teo memiliki tempramen buruk. Tidak segan bert

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Kemarahan Carl

    Seorang wanita meronta-ronta saat dirinya dipaksa masuk ke dalam rumah. Kedua tangannya terikat, dan mulutnya di tutup dengan kain. Cukup miris melihatnya namun ini yang terbaik untuk sementara waktu. "Letakkan disana!" Perintah Carl pada dua orang pria. "Astaga, Charlotte. Kalian apa cucuku sampai jadi seperti ini?" Teriak seorang wanita yang rambutnya telah memutih. Wanita itu bergegas menghampiri cucunya. "Oma boleh di dekatnya asal tidak membuka ikatannya. Biarkan Charlotte dalam keadaan seperti itu agar tidak mencelakai orang lain." kata Carl dengan nada tegas seolah tidak bisa dibantah. Wanita memang Charlotte, yang sengaja Carl perlakukan cukup kasar karena tidak tahan dengan sikap adiknya yang marah membabi buta. Oma mengangguk pelan, sudah sangat paham dengan sikap tegas Carl. "Astaga, kenapa dengan tanganmu, Carl?" Oma kembali terkejut mendapati tangan kanan Carl dibalut kain kasa. "Kak Charlotte tidak sengaja melukainya, Oma." Daisy yang menjawab, gadis itu terlihat

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Wanita Harus Tahu Malu, Charlotte!

    Tatapan Aruna masih terfokus pada Charlotte, kemudian mengatakan sesuatu yang membuat banyak orang mencari nama yang disebutnya. Termasuk Charlotte dan papanya. "Tidakkah kau ingin keluar dari tempat mu, Tuan Carl Deon Saddam?" Charlotte menoleh ke segala arah untuk mencari nama yang disebut Aruna. Wajahnya panik ketakutan, jelas dia tidak mengira akan secepat ini bertemu dengan kakaknya, Carl. "Aku disini, Charlotte!" Suara seorang pria terdengar dari atas tangga yang pegangannya dihiasi aneka bunga segar. "Kakak... " Daisy memanggilnya dengan suara lirih dan wajah berseri. "Carl, kenapa dia bisa disini?" Saddam, terlihat jelas raut wajah keterkejutan saat mendapati anak sulungnya berasa di mansion Keluarga William. "Kak Carl... " ucap Charlotte dengan nada suara gemetar. Wajah penuh keberaniannya mendadak redup, digantikan ekspresi ketakutan mendalam. Aruna dan Jeff tampak tenang dan tersenyum tipis menyambut kedatangan pria berbadan tegap di hadapan mereka."Maaf harus menyi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status