Share

Berita Mengejutkan

Author: Kak_Anis07
last update Last Updated: 2025-05-07 15:17:28

"Jangan menunjukkan raut wajah menjijikkan mu itu, kak. Aku mual melihatnya." Helena berkata dengan nada mengejek.

Aku memandang Helena yang kini sikapnya bertolak belakang dari sebelumnya. "Kamu benar Helena?" tanyaku terdengar konyol. "Aku selalu memperlakukan mu dengan baik. Bahkan saat pertama kali kamu datang ke rumah, memohon diberikan izin untuk tinggal sementara, aku langsung mengizinkan mu. Tapi ini balasan mu kepadaku?"

Helena tersenyum mendengarnya. "Ya itu salahmu sendiri, gampang percaya dengan orang baru. Kamu juga terlalu bodoh soal cinta, kak. Kamu juga buta dengan sikap Gama yang sering kali memperhatikan ku dan menganggapnya hal wajar, seperti bentuk perhatian seorang kakak kepada adiknya. Padahal sudah jelas tatapan perhatian yang Gama tujukan padaku adalah bentuk dari rasa cinta. Tapi baguslah, dengan begitu rencanaku untuk menguasai hartamu bisa berjalan dengan mudah. Semua berjalan sangat mulus, dan sekarang hidupmu sudah miskin. Nasib kita sudah berbanding terbalik. Sekarang akulah nyonya di rumah ini. Aku juga istri dari pemilik perusahaan. Sedangkan kamu sekarang hanya sampah yang tidak ada gunanya."

Helena tidak sungkan dan takut lagi mengatai diriku sesuka hati.

"Oh iya, ada satu hal lagi yang kamu harus tahu." kata wanita itu sembari berjalan mendekati aku.

"Keluargamu tercinta mungkin saat ini tengah berjuang antara hidup dan mati. Jika prediksi ku benar, harusnya mobil yang mereka naiki sudah masuk jurang dan meledek." bisik Helena membuat dadaku terasa sesak.

"BOMM... Mereka mati dengan tubuh hancur." sambungnya dengan gerakan tangan bak bunga mekar.

Dengan gerakan spontan aku berhasil menarik tangan Helena dan mencekik lehernya.

"Jangan bicara sembarangan, Helena. Kamu itu tidak tahu diri, sudah menumpuk hidup dan mengambil milikku tapi masih saja menyumpahi keluarga ku mati dengan cara mengenaskan."

Helena memukul tanganku supaya aku melepaskan cengkraman di lehernya. "Lepaskan aku sialan." ujarnya kesulitan berbicara.

"Aruna, lepaskan Helena." Gama menarik rambutku dan mendorong ku hingga terbentur meja kayu.

"Arkhhhh.... " Aku berseru, punggungku terasa nyeri akibat benturan cukup keras.

"Helena sayang, kamu tidak apa kan? Mana yang sakit?" Gama membantu Helena berdiri sembari memeriksa keadaannya.

Aku tersenyum kecut melihat mereka. Ternyata Gama benar-benar mencintai Helena, terbukti pria itu lebih khawatir pada Helena daripada denganku.

"Dasar wanita murahan, berani sekali kamu mencelakai Helena." bentak Gama padaku. "Jika terjadi sesuatu pada Helena dan calon bayi kami, akan aku buat hidupmu sengsara." ancamnya tidak berperasaan.

PLAKKKK

Tiba-tiba Helena mendaratkan tamparan di wajahku. "Itu balasan karena kamu berani mencekik ku." kata wanita itu dengan tatapan penuh kebencian. "Harusnya sejak dulu aku membunuhmu, kak. Aku benci melihat hidupmu penuh dengan kesempurnaan. Aku benci melihatmu dicintai oleh keluarga." ungkapnya tidak terbendung.

"Sekarang aku paham kenapa keluarga pihak ibuku dulu tidak ada yang mau menampung mu, Helena. Itu karena sifat buruk mu. Andai aku percaya dengan mereka, sudah pasti hari ini kamu tidak menghancurkan rumah tanggaku." Aku baru sadar, jika menampung seorang parasit yang sangat merugikan.

"Terlambat, semua sudah terlambat kak. Gama memang sudah cinta denganku. Kekayaan mu juga sudah menjadi milik mami berdua, dan keluargamu sudah pergi ke alam baka. Sekarang hidupmu sudah hancur, tidak memiliki siapa-siapa. Aku senang melihatmu seperti ini." ujar Helena tertawa bahagia.

"Pejagaa.... " teriak Helena dengan keras. "Seret wanita ini keluar dari rumah ku. Jangan biarkan di masuk karena bisa mengacaukan pesta pernikahan ku dan Gama. Ingat ya, buang jauh-jauh wanita ini. Ingat ya, mulai detik ini hanya aku nyonya di rumah ini."

Dua orang pria bertubuh besar berlari masuk dan langsung menarik tubuhku tanpa rasa kemanusiaan.

"Lepaskan aku. Ini rumah ku, bukan rumah kalian." jelas aku tidak terima diperlakukan seperti ini. Apa hak mereka mengusirku dari rumah sendiri. Aku harus mempertahankan hakku.

"Sudah aku katakan, kamu sekarang wanita miskin. Seluruh kekayaan mu sudah jadi milikku dan Gama. Kami sudah merubah seluruh kepemilikan harta yang kamu punya." kata Helena memeluk mesra Gama. "Apa yang menjadi milikmu sudah menjadi milikku." tambahnya tersenyum puas.

"Jahat, kalian manusia jahat. Tidak punya rasa malu, tidak berperasaan. Aku membenci kalian berdua." Sakit sekali melihat orang yang ku cintai ternyata mencintai wanita lain.

Kecewa juga melihat orang yang sudah diusahakan hidup dengan baik malah mengambil apa yang ku miliki.

Antara percaya dan tidak, namun tindakan mereka benar-benar membuatku harus menerima kenyataan ini.

"Gama, dua tahun lamanya kita menjadi pasangan suami istri. Tidakkah ada sedikitpun rasa cinta untukku dihatimu?" tanyaku kembali memastikan. "Selama ini kamu selalu bersikap bak suami idaman yang sangat meratukan aku. Bahkan saat tahu aku hamil, kamu berusaha menjadi suami siaga. Sungguh aku tidak percaya jika kamu tidak mencintai ku."

"Aku hanya berpura-pura, Aruna. Jika tidak begitu mana. mungkin kamu bisa percaya denganku dan mengizinkan aku mengelola perusahaan. Sudahlah, terima saja kenyataan jika kamu memang tidak layak untuk aku cintai. Helena lebih menyenangkan daripada kamu." jawab Gama dengan wajah bahagia.

"Berhentilah berharap pada suamiku, kak. Lebih baik sekarang pikirkan nasib keluargamu. Cepat siapkan pemakaman yang layak untuk mereka. Itu juga jika jasadnya utuh." ujar Helena dengan nada mengejek.

Aku berharap ucapan Helena sebuah kebohongan. Dia hanya sedang berusaha membuatku lemah.

"Bye, mantan istri." Gama melambaikan tangan saat kedua penjaga membawaku semakin jauh dari rumah ini.

BRUKKKK

Aku kembali di dorong begitu saja oleh kedua penjaga ini. Perutku semakin terasa sakit, dan sakitnya bukan nyeri biasa.

"Nyonya Aruna, mobil tuan besar mengalami kecelakaan 30 menit yang lalu. Beritanya sudah tersebar dan kemungkinan penumpangnya meninggal semua. Aku hanya bisa memberitahu itu, selebihnya usaha sendiri. Aku sarankan Anda segera pergi dari sini sebelum Nyonya Helena dan Tuan Gama berubah pikiran untuk kembali mencelakai mu." kata salah seorang penjaga lalu menutup pintu gerbang dan menguncinya.

Segera ku raih telepon yang terjatuh ketika aku di dorong oleh dua penjaga tadi. Kubuka portal berita dan benar saja terlihat jelas video mobil masuk jurang. Meski hanya terlihat sedikit plat kendaraan yang terlepas di bahu jalan, jelas aku mengenalinya. Itu mobil ayahku.

Tadi mereka berencana menyusul ku kesini untuk merayakan rumah baru milikku. Namun baru setengah perjalanan, mobil yang dikendarai mengalami kecelakaan.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan wartawan, mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan menerobos pembatas jurang, berakhir terjun bebas hingga terdengar suara ledakan.

"Ayah, Kak Rei, Kak Luz, Mecca... " panggil ku dengan pilu.

"Arkhhh.... " Tiba-tiba kembali kurasakan sakit tak tertahankan.

"Darah... " ujarku lirih. Terlihat darah membasahi celana ku.

Aku memegang perutku, mengusap dengan sangat lembut berharap mengurangi rasa sakit. Tidak ada seorang pun lewat, aku bingung ingin meminta bantuan kepada siapa. Berteriak juga sudah tidak ada tenaga.

"Anakku... Tolong bertahan lah nak."

Tidak sanggup lagi, aku merasa sangat lemah sekali. Entah berapa lama tidak sadarkan diri, tiba-tiba saat membuka mata sudah berada di lobby rumah sakit.

Seorang sopir taxi menemukanku terkapar dipinggir jalan dan langsung membawaku kesini. Sungguh aku berhutang budi dengan beliau. Jika diberikan kesempatan, aku pasti akan membalas perbuatan baiknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Ajakan Gama Ditolak

    "Om Dean, apa kabar?" Aruna mendatangi kamar adik bungsu ibunya. Tubuh yang dulunya berisi kini kurus hingga bagian tangan terlihat bentuk tulangnya. "Ru, maaf ya Helena selalu merepotkan kamu." Meski membelakangi Aruna, ternyata Om Dean masih mengenali suara keponakannya. Aruna segera mendekatinya. Posisi Om Dean duduk di kursi roda menghadap jendela. "Om harus sehat, maaf Aruna sudah tidak bisa menjaga Helena lagi." Om Dean menoleh. Wajah tampan pria itu sudah benar-benar tidak dikenali lagi, kusam, keriput. Lebih terlihat muda ayahnya dibanding Om Dean meski usia ayahnya jauh lebih tua. "Om rindu ibumu, Ru. Mungkin sudah saatnya kami bertemu." katanya membuat Aruna berjongkok menggenggam tangan Om Dean. "Semua rindu ibuku, Om. Tapi Helena butuh, Om Dean." Jujur saja Aruna sedih melihat keadaan omnya seperti ini. Jika bukan karena kakek dan neneknya yang sangat peduli, mungkin hidup Om Dean sudah terlantar dijalanan. "Biarkan dia hidup sesukanya. Om sudah tidak sanggup menang

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Diusir Oleh Aruna

    Helena pulang saat waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dia naik ojek online dan wajahnya ditutupi masker serta kacamata hitam."Ini bener rumahnya, neng?" tanya tukang ojek itu memastikan. "Iya Pak, ini uangnya." Helena menjawab sambil membayar. Dia melihat sekeliling, tidak ada siapapun. Merasa aman, segera dia membuka gerbang namun sepertinya terkunci dari dalam. "Tumben jam segini udah di kunci?" Ujarnya dengan kesal. "Pak Naryo, Pak Naryoooo, buka gerbangnya." Teriak Helena sambil memukul gerbang. "Cepetan pak, saya mau masuk. Pak Naryo lagi apa sih kok lama banget?" Ujarnya dengan kesal. Tidak lama, terdengar suara gebang dibuka. Helena merasa lega dan bersiap masuk. Namun tangan seseorang bergegas menghalanginya. "Kak Aruna, kenapa gerbang ditutup lagi?" Helena melihat Pak Naryo, satpam rumah, tidak keluar sendiri. Melainkan ada Aruna dan Kak Luz. Juga membawa 2 buah koper ukuran besar yang Helena kenali sebagai miliknya. "Kenapa koper ku dikeluarkan?" tanya Helena ke

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Hadiah Untuk Helena

    Telepon di meja terus berdering saat aku sedang memeriksa laporan keuangan perusahaan. Sejak pagi tadi, ayah meminta bantuan padaku untuk melakukan pemeriksaan atas data penjualan produk beberapa bulan terakhir. Disinilah aku duduk sembari membuka tumpukan dokumen ditemani Vidi, salah satu karyawan kepercayaan ayah yang ditempatkan di divisi keuangan. "Nona Aru, maaf apa tidak sebaiknya diangkat dulu. Takutnya penting." Mungkin karena terganggu dengan dering telepon yang tak kunjung berhenti, Vidi menyarankannya itu. Aku menghentikan aktivitas ku sejenak. Melihat nama yang tertera di layar. "Helena... " batinku terasa bahagia. Dia pasti sedang dilanda kebingungan dengan berita pagi ini. Sebuah hadiah yang sudah aku persiapan sebelumnya, khusus untuk dirinya. Ku ambil telepon, bukan berniat untuk mengangkatnya namun mengubah ke mode hening. Helena menelpon ku pasti untuk meminta bantuan. Enak saja, ini baru permulaan. "Tidak diangkat?" tanya Vidi. "Telepon tidak penting, Vid. Le

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Berniat Masuk Perusahaan

    "Apa yang terjadi denganmu dan Gama? Bukankah kamu sangat menyukai Gama dan berharap bisa menikah dengannya? Tapi kenapa saat orang tua Gama menawarkan sebuah pernikahan kamu malah menolaknya?"Ayah mengajakku bicara empat mata setelah Gama dan orang tuanya pulang. Mereka pergi dengan kekecewaan, karena aku terus menolak dengan tegas tawaran pernikahan yang mereka berikan.Gama sempat mengajakku bicara berdua juga aku tolak. Aku belum siap bicara berdua dengannya, takut lepas kendali dan malah menghajarnya.Dan Helena, dia langsung pergi ke kamarnya setelah Tante Lisa mengatakan tidak mau Gama menikah dengannya."Helena, kamu memang cantik. Tapi cantik saja tidak cukup untuk jadi istri Gama. Tante jelas tahu layar belakang mu seperti apa. Jadi maaf sekali, kamu tidak cocok dengan Gama."Helena tidak menjawab apapun, dia meletakkan nampak berisi minum di meja lalu pergi begitu saja."Jawab Aruna. Kenapa diam saja?" tanya ayah membuyarkan lamunanku."Ekhmmm,,," aku mengatur napas dan me

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Ini Baru Permulaan

    Aku menyapa ramah kedua orang tua Gama, mengalami mereka sebagai bentuk rasa hormat. Tante Lisa langsung menarik ku agar duduk disampingnya, ini jelas adegan yang sama seperti di kehidupan sebelumnya."Kamu kenapa ga pernah main ke rumah tante lagi? Apa lagi berantem sama Gama?" tanya Tante Lisa.Aku tersenyum samar, menggenggam tangan wanita ini. "Maaf tante, aku lagi bantuin ayah di perusahaan. Kak Rei sudah fokus dengan perusahaannya sendiri, sedangkan Kak Luz juga harus mengurus Mecca yang tahun ini bersiap masuk sekolah dasar. Jadi, mungkin kedepan aku akan jarang mengunjungi rumah tante."Wajah Tante Lisa terlihat kecewa mendengarnya. "Oh begitu, padahal tante senang kalo kamu main ke rumah. Jadi rame rumah. Iya kan, pa?" kata Tante Lisa pada suaminya, Om Gandi."Iya nih, rumah sepi kalo kamu ga main. Kayaknya emang kita butuh cucu, ma. Biar rumah bisa ramai. Tapi Gama belum nemu calonnya nih."Jawaban Om Gandi jelas sebuah kode yang ditujukan untukku. Mereka pasti mengira setel

  • Bukan Mimpi, Aku Kembali   Kembali 2 Tahun Sebelumnya

    Aku jelas tahu pendarahan ini sangat parah, kemungkinan kecil untuk bisa mempertahankan anakku. Jelas aku mendengar dokter bertanya dan ingin sekali menjawab, tapi bibir ku terasa kaki, kedua mataku terasa berat seakan enggan untuk dibuka. Dalam hati aku hanya bisa berdo'a meski mustahil sekali rasanya."Tolong selamatkan anakku. Tolong selamat keluargaku. Aku sangat mengkhawatirkan mereka."Sayup-sayup terdengar kembali percakapan dokter dan perawat."Dok, suami pasien masih dalam perjalanan dari luar kota. Operasi belum bisa dipaksakan.""Keadaan pasien semakin kritis. Kita harus segera tindakan jika tidak akan membahayakan keduanya."Aku jelas tahu, Gama berbohong. Dia sedang tidak diluar kota. Tindakannya ini jelas untuk membunuhku dan anakku. Tentu dibandingkan segera datang ke rumah sakit, dia pasti lebih memilih menikmati acara pesta pernikahannya dengan Helena."Biadap, aku membenci mu, Gama. Aku membenci mu, Helena."Semua terasa gelap, dan tiba-tiba aku tidak sadarkan diri k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status