Beranda / Rumah Tangga / Bukan Pembantu Gratisan / Diselamatkan oleh warga

Share

Diselamatkan oleh warga

Penulis: Henny_Hutabarat
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-23 17:14:19

Mas Arjuna dan Bu Anik seolah tidak percaya dengan apa yang barusan aku ucapkan. Mereka berpikir aku wanita yang lemah dan hanya mengandalkan uang pemberian suami, tidak mungkin meminta cerai dari Mas Arjuna.

"Aku tidak akan menceraikan kamu, Yati?! Kamu harus balik lagi ke rumah!" teriaknya.

Aku bergidik ngeri membayangkan harus balik ke rumah yang sudah seperti ne*aka itu. Seketika diri ini meng*muk, aku menghampiri Mas Arjuna, tanpa terduga olehnya, kukuku sudah tert*ncap di kulitnya, lalu tak lupa, aku pun menghadiahi sebuah tend*ngan telak di daerah terlarangnya.

Aku bagaikan monster yang mengamuk bertarung melawan musuh. Warga memegangi kedua tanganku, tetapi aku terus berontak dengan sekuat tenaga. Ingin rasanya menc*bik-c*bik wajah Mas Arjuna, dia ingin aku lebih lama lagi tersiksa di rumah ibunya.

"Lihatlah dia ... begitu kurang ajarnya, kepada suaminya!?" teriak Bu Anik

"Sudah gila, dia,” lanjutnya lagi sembari mencebikkan bibirnya.

Rasanya ingin kuc*kari wajah Bu Anik, dia yang membuat aku seperti ini. Dulu aku wanita yang lugu, polos, dan lembut. Namun, semenjak menikah dengan Mas Arjuna, siks*an demi siksaan aku alami, membuat hatiku beku dan penuh dengan amarah.

"Tolong, Bu Sarti, tolong, Pak RT, saya ingin bercerai dengan dia, saya diperlakukan seperti bin*tang di rumahnya, tolong!” ucapku pilu meminta pertolongan.

"Nak Arjuna, jika Yati sudah seperti ini sebaiknya ceraikan saja dia," ucap Bu Sarti dibarengi anggukan warga yang lain.

“Baiklah, untuk sementara, Yati balik ke kampung dulu,” ucap Pak RT. “Biarlah orang tuamu yang datang ke sini, Yati, untuk menyelesaikan masalah ini. Saya rasa untuk sementara itu penyelesaian yang terbaik.” Pak RT meneruskan pembicaraan, setelah sebelumnya terjeda dengan suara batuknya.

"Sebaiknya, Nak Arjuna, mengantarkan Yati ke kampung jika tidak keberatan, ditemani beberapa warga di sini,” ucap Pak RT lagi.

"Tidak sudi, ya, anak saya menginjakkan kaki di kampung wanita si*lan ini!" ucap Bu Anik dengan angkuhnya

"Astagfirullah," ucap beberapa warga.

“Baiklah, Pak RT, saya akan ceraikan dia, saya juga tersiksa menikah dengan wanita jelek dari kampung seperti dia, saya menikahinya agar ada yang bekerja di rumah Ibu. Lagian saya sudah punya kekasih yang jauh lebih segalanya dari Yati,” ucap Mas Arjuna dengan entengnya merendahkan diri ini.

Harga diriku seperti tidak ada. Menunggu waktu Mas Arjuna lengah, aku pun mendekatinya. Tangan ini seketika men*mpar pipinya dengan keras sekali.

"Si*lan, kau, Yati!" teriak Mas Arjuna.

"Kau, yang si*lan?!" balasku.

Lelaki ini sungguh sangat biadab masa depanku hancur dibuatnya. Dengan entengnya dia berkata menjadikan diri ini pembantu di rumah ibunya secara gratis. Sungguh k*jam.

Masih ingat di kepala, bagaimana dia memperjuangkanku dan berhasil merebut hati kedua orang tuaku sampai akhirnya aku menikah dengannya.

Padahal waktu itu aku berniat mengikuti kursus membuat kue agar mempunyai keterampilan dan tidak di cap wanita bodoh lagi. Lagi pula aku sangat tertarik dengan baking cake dan bermimpi mempunyai toko roti sendiri. Sedikit demi sedikit, aku menyisihkan sebagian penghasilan dari gaji menjadi pekerja di ladang orang lain. Namun, cita-cita itu sirna karena baj*ngan ini.

Aku harus bangkit, aku harus kuat, aku tidak mau menyerah dengan nasib.

"Hei, Yati! Siap-siap saja kamu jadi sampah setelah bercerai dengan anakku. Siapa lagi yang mau denganmu yang j*lek begitu. Udah j*lek, b*doh, miskin, paket komplit untuk dibuang ke comberan!" seru Bu Anik dengan wajah merendahkan sambil tersenyum sinis.

Sungguh ke*am sekali mulut mertuaku ini. Aku tidak tahu hatinya terbuat dari apa. Begitu hinakah aku di matanya?

"Bu ... sebaiknya Ibu diam dan bertobat, sebelum malaikat maut datang mencabut nyawamu. Sudah tua tapi mul*tmu b*suk, seperti sampah,” ucapku tak mau kalah.

Wajah Bu Anik berubah seperti kepiting rebus menahan amarah karena ucapan ku.

"Hei, lihatlah, lihat! Wanita ini yang kalian bela?” teriak Bu Anik pada warga.

"Bahkan dia terang-terangan berbicara tidak sopan dengan yang lebih tua," sambungnya kembali.

"Sekarang aku cuma ingin bercerai dengan anakmu, biarlah dia dengan pacarnya yang cantik itu dan engkau tidak perlu malu lagi punya menantu sepertiku,” ucapku dengan menahan sejuta perih di hati ini.

Entah mengapa tiba-tiba pandanganku kabur, kepalaku pusing dan aku jatuh pingsan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Pembantu Gratisan   Ending

    Sepanjang perjalanan ke kantor, Nadya tidak hentinya mengulum senyum, rencana yang telah dia buat sepertinya berhasil, dia sengaja mengcopy sepenggal bait puisi milik sang pujangga yang ternama, lalu di akhir puisi Nadya sengaja memberi inisial nama I M, agar Atun mengira itu Ibrahim, dan sengaja juga dia menyuruh Atun ke kamarnya untuk mengambil flashdisk agar Atun melihat puisi tersebut seolah-olah tanpa sengaja, semua sudah Nadya atur sedemikian rupa. Sudah berulang kali Nadya menangkap basah Atun sedang menatap dalam pada Ibrahim, awalnya dia merasakan ada yang aneh pada diri Atun, perasaan Nadya tidak enak jika melihat gelagat Atun, sampai pada akhirnya Nadya melihat sendiri Atun memandang Ibrahim cukup lama, sengaja dia tidak menegur karena belum memiliki bukti yang cukup kuat. Pernah suatu malam, Atun sengaja membuatkan Ibrahim teh dan hendak mengantarkan ke ruangan kerja Ibrahim, tapi karena kemunculan Yati secara tiba-tiba, Atun berkilah jika ingin membuatkan Yati teh, deng

  • Bukan Pembantu Gratisan   Rahasia Nadya

    Pak Long berjalan pilu meninggalkan ruang keluarga, begitu juga dengan Ibrahim masuk ke dalam kamarnya setelah Pak Long pergi. Tinggallah Yati dan Atun di ruangan keluarga ini, Yati masih menatap tidak percaya dengan segala ucapan Atun yang menurutnya begitu pedas. "Yati, maafkan aku, aku juga punya perasaan, aku juga punya hati, semua diluar kendaliku, maafkan aku, tidak bermaksud membuat kamu kecewa dengan semua ucapanku," Atun memeluk Yati, berharap sahabatnya itu mengerti. "Minta maaflah sama Pak Long, Atun. Ucapanmu sungguh membuatnya sangat terluka, kamu boleh menolak, tapi tidak menghina seperti itu, ingat Atun, sebelum dihargai orang, belajarlah menghargai orang lain.""Baik Yati, aku akan minta maaf, lagian pria tua itu sungguh tidak tau diri, kalau suka sama orang ya lihat dulu siapa orangnya, kalau Juli, Rima atau Leni sih wajar, sederajat mereka." "Apa maksudmu, Atun?" Yati semakin tidak mengerti dengan sikap sahabatnya ini, semakin tinggi hati saja. "Aku kan teman se

  • Bukan Pembantu Gratisan   Perkataan Setajam Silet

    Saat Atun lagi bersantai dan memainkan ponselnya di atas kasur, sebuah pesan masuk melalui benda pipih yang sedang Atun mainkan, dengan tidak sabaran wanita itu melihat isi pesan yang masuk. "Atun sayang, coba kirimkan foto Yati, dan besok jam tiga sore kamu saya tunggu di cafe kemarin, kamu ceritakan jadwal dan kegiatan Yati, biar saya bisa atur rencana untuk membunuhnya, setelah itu, besok saya ingin lagi kita melakukan seperti tadi, siapkan stamina." Antara senang dan benci Atun menerima pesan dari Nazil, senang karena ada yang ingin membantunya melenyapkan Yati, dan benci karena pria itu ingin kembali mencicipi tubuhnya. Bukankah untuk mencapai sesuatu, harus ada perjuangan dan pengorbanan. Atun kembali tersenyum, karena dia merasa ini bagian dari tugas, biar saja pria bejat itu mencicipi tubuhnya sesuka hatinya, yang penting tujuannya tercapai, setelah berhasil menjadi istri Ibrahim, cukup mudah bagi Atun melenyapkan Nazil, karena telah mempunyai uang yang banyak, Atun memili

  • Bukan Pembantu Gratisan   Sebuah Rencana

    "Sebelumnya kenalan dulu, nama saya Nazil." "Kalau saya, Rahman." Kedua pria asing itu memperkenalkan diri pada Atun, begitu juga dengan Atun, walaupun merasa sedikit jijik, Atun menyambut uluran tangan kedua pria itu. "Sepertinya anda punya masalah," ucap Nazil, sorot matanya masih tajam memandang Atun, kadang pandangan itu berhenti di bagian aset Atun di bagian depan, rasa tidak nyaman menghampiri, tapi karena saat ini dia butuh partner untuk membantunya melenyapkan Yati, dia berusaha setenang mungkin. "Jika kalian berhasil melenyapkan wanita ini, imbalan begitu besar, dia istri dari pengusaha sukses, aku ingin kalian melenyapkan nyawa wanita itu." "Perkara yang mudah bagi kami untuk melenyapkan nyawa orang, tapi, semua itu tidak gratis dan butuh strategi yang matang, agar kita semua bisa lolos dari hukum." ucap Nazil, sepertinya pria berkulit tambun itu yang lebih dominan dari pada Rahman."Saya sudah bilang, akan ada imbalan yang gede, 50 juta ringgit? 100 juta ringgit? Semua

  • Bukan Pembantu Gratisan   Niat Jahat

    "Hari yang cerah, sedap betul jika berenang," ucap Atun sambil berjalan ke arah Yati dan Nadya."Yati, mari kita berenang, masih ingat tidak saat di kampung dulu, waktu kita masih sekolah dasar, berenang di empang milik Pak Salman, orang tua kita pasti marah saat itu," ucap Atun lagi mengenal masa kecil mereka. Nadya masih merasa kesal dengan sikap Atun yang suka seenaknya sendiri, sekarang malah santai, seolah tidak merasa bersalah. QAtun ini sedikit mengerti watak Yati, jika dia melakukan hal yang semena-mena, dia pasti mengingatkan kembali kisah mereka saat masih di kampung dulu, Yati orangnya tidak enakan, jadi, pasti mengurungkan niatnya untuk menegur Atun, sedangkan Nadya sudah sedikit muak melihat kelakuan Atun. Nadya merasa ada hal yang aneh pada diri Atun, tapi dia tidak tahu, tapi yang Pasti beberapa waktu terakhir ini, Nadya sudah merasakan kejanggalan pada sahabat kakaknya tersebut. "Kak Atun, tadi kamu kenapa membentak Leni? Padahal kamu yang salah, jangan seperti it

  • Bukan Pembantu Gratisan   Sifat Buruk

    "Tuan!""Tuan!"Atun berusaha mengejar Ibrahim sambil berusaha memanggilnya, tapi karena Ibrahim memakai headset tidak mendengar panggilan Atun. Atun berusaha berlari beriringan dengan Ibrahim, dengan begini saja dia sudah merasa bahagia, karena merasa seperti pasangan suami istri yang sedang berlari bersama. "Dik Atun, Abang datang," ucap Pa Long, Atun menoleh, sudah ada Pak Long yang berlari beriringan juga dengannya."Pak Long, ngapain kesini!" Atun memperlambat langkah kakinya. "Abang hendak menemani Dik Atun olahraga biar kita sama-sama sehat." Dasar lelaki tua yang genit, sok-sokan menyebut dirinya Abang. "Pak Long, tadi Tuan Ibrahim berpesan kalau Pak Long harus mencuci mobil kerjanya." "Oh, tenang Dik, semua mobil sudah bersih termasuk mobil Nyonya Yati, jadi, kita bisa lari bersama mencoba merajut kasih." Mata Pak Long berkedip sebelah ke arah Atun, kumisnya yang tebal membentuk sebuah lengkungan. Semakin sebal dan merasa jijik saja Atun melihat Pak Long ini. "Ya udah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status