Share

Bab. 3 Rasa yang Sama

“Ha?” Kinara terkejut membolakan matanya.

“Ceritakan sama saya, siapa itu Keny.” Sekali lagi, Kenzo menanyakan pertanyaan yang sama.

Dia paham jika wanita yang berada di hadapannya itu tengah terkejut.

“Ke-keny?”

“Iya. Saya dengar kau menyebut nama itu tadi.”

“Di-dia mantan kekasih saya.”

Kenzo manggut-manggut seraya menikmati nasi gorengnya. “Mantan? Berarti sudah putus? Dia yang putusin kamu?”

Kinara menggeleng. “Saya yang putusin dia.”

Kenzo meminum minumannya hingga separuh, lalu melanjutkan lagi menikmati nasi gorengnya. “Okay. Kamu putusin dia, berarti dia pria brengsek atau memang kamu sudah memiliki pria lain?”

Mata Kinara berkaca-kaca. “Bukan. Bukan seperti itu. Keluarga saya tidak menyukainya dan … ada satu hal yang tidak bisa saya jelaskan.”

Kenzo menatap tajam Kinara. Dia ingin menuntut jawaban dari wanita itu, tetapi Kenzo segera menahannya. Dia masih ingin menjalankan rencana untuk menyiksa Kinara. “Kamu sempat mengira saya ini Keny. Apa saya mirip dengannya?”

“Tidak hanya mirip. Tetapi seperti pinang dibelah menjadi dua,” kata Kinara sebelum tersenyum getir.

 “Yah, mungkin benar apa kata orang. Di dunia ini, ada 7 orang yang sama persis. Mungkin, saya adalah salah satu yang mirip dengan Keny.” Kenzo meletakkan sendoknya di piring, lalu mengelap mulutnya menggunakan tisu. “Terima kasih untuk makanannya, saya mau ke atas. Kalau butuh apa-apa, bisa panggil pelayan di sini.”

 Kinara mengangguk dan menatap punggung kekar itu hingga menjauh.

*****

Usai mandi, Kinara turun ke lantai dasar. Dia ingin membantu pekerjaan Ana ataupun Zana.

Sudah merasa membaik, Kinara menjadi tidak enak jika harus ongkang-ongkang kaki di mansion ini.

Namun, Kinara terkejut saat melihat Kenzo yang sedang duduk bersila kaki sembari membaca Koran harian. Penampilan pria jakung itu memang terlihat seperti bos besar yang berkharisma. Sungguh sangat berbeda dengan Keny.

“Selamat pagi, Pak.”

 Kenzo melirik sekilas, lalu kembali fokus dengan bacaannya. “Pagi. Kamu sudah membaik?”

“Sudah, Pak. Saya hendak ke dapur. Ingin membantu pekerjaan Mbak Ana. Menumpang tanpa berbuat apapun membuat saya tidak enak.”

Kenzo melipat Koran dan meletakkannya di meja, lalu menurunkan kakinya. Pria berlesung pipit itu menatap tajam Kinara. “Silakan duduk dulu.”

 Kinara sempat terkejut, tetapi dia berusaha tenang. Wanita berambut sebahu itu mengikuti perintah Kenzo. Sambil meremas tangannya, Kinara menunggu Kenzo berkata lagi.

 “Kamu di sini, apa keluargamu tidak cemas?” tanya Kenzo membuat Kinara mendongak.

Mata wanita itu kini berkaca-kaca. Terlihat ketakutan di sana–apakah dia akan diusir?

“Ah, jangan salah paham. Saya tidak mengusir kamu. Saya hanya tanya, apa keluargamu tidak mencari?” ucap Kenzo lagi.

“Tentu mereka mencari saya. Tapi, saya tidak mau pulang, Pak. Saya hanya akan dinikahkan dengan Abas Sebastian sebagai penebus hutang nantinya. Sungguh, pria bernama Abas itu pria cabul.”

“Benarkah keluargamu sekejam itu?”

Kinara bingung. Haruskah dia membuka aib keluarganya? Tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dia butuh Kenzo membiarkannya tinggal di sini sementara waktu. Setidaknya, sampai dia menemukan jalan lain.

“Maaf jika terdengar curhat. Tapi, papa saya hanya terpengaruh oleh Mama Mega–mama tiri saya, sehingga papa saya lebih memprioritaskan adik saya. Jika saya di sini hanya mengganggu, saya akan pergi untuk mencari pekerjaan.”

“Tidak. Bukan begitu. Sepertinya, kamu ingin balas dendam dengan Abas dan juga Mega. Bukan begitu?”

Kinara menatap tajam Kenzo yang selalu seperti cenayang. Bagaimana mungkin pria itu selalu bisa membaca pikirannya? Kinara memang menaruh dendam kepada Mega. Wanita itulah yang membuatnya terpaksa kehilangan Kenny.

“Hmmm,” deham Kenzo menyadarkan Kinara, “apa yang bisa kuperbuat dengan membalaskan dendam itu?”

Seketika mata Kinara membola.

“Balas dendam?”

Kenzo tersenyum smirk. “Sebenarnya, saya ingin mengajak kerja sama dengan kamu. Itupun kalau kamu mau.”

Kinara mengernyitkan dahinya, menunggu kelanjutan ucapan Kenzo.

“Akan kubalaskan dendammu asal kamu juga mau mengikuti keinginanku.”

“Apa itu?”

“Jadi, saya akan menjadi Keny-mu di depan mereka. Saya juga akan bantu membalaskan dendammu, tapi saya butuh seorang istri untuk menggaet klien dari Dubai.”

“Bagaimana cara aku membantumu?” tanya Kinara penasaran.

“Klien saya itu menginginkan rekan bisnisnya dari keluarga baik dan normal. Agamanya sangat tekun. Dari pada mereka mengira saya seorang gay yang selalu ke mana-mana bersama dengan Dirga—asisten pribadi saya, saya berencana untuk menikah. Tetapi, tidak ada calon yang tepat.”

“Anda menginginkan saya sebagai istri kontrak?”  

“No. Bukan begitu! Kita menikah sungguhan. Kamu bisa menganggap saya sebagai Keny.” Kenzo menatap Kinara dalam.

Pria itu mencoba menilai kembali “mantan wanitanya” itu. 

Jika Kinara bersedia, gadis itu memang benar-benar matrealistis, sesuai dengan dugaannya.

Jika tidak, Kenzo tetap akan mencari cara agar kinara mau menikah dengannya dan menghancurkan wanita itu. Sampai mati, Kenzo tidak akan pernah memaafkan wanita ini.

Kenzo terus menunggu, tetapi Kinara hanya diam.

Mata Kinara terlihat memerah karena terus-menerus mengingat Keny akhir-akhir ini.

Entah di mana pria itu? Bagaimana reaksi Keny jika tahu dia hendak menikah dengan pria yang memiliki rupa persis sepertinya? Terlebih ,Kenzo adalah seorang pengusaha yang sukses. Tentu, Keny akan menganggapnya sebagai seorang wanita matre. Sayangnya, Kinara saat ini tak punya pilihan.

“Bagaimana?”

Kinara menyeka air matanya. “Baik. Saya setuju. Tapi, Anda sungguh bisa membalaskan dendam saya kepada Abas dan Mega?”

“Tentu. Dendammu akan tuntas,” jawab Kenzo dengan senyum percaya diri, “tenang saja.”

Kinara tidak tahu bahwa dia akan masuk dari sebuah lubang buaya ke kandang singa yang lapar

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status