Share

Bab. 2 Hanya Mimpi

Seketika Kenzo mematung dengan tubuh memunggungi Ana.

Namun, itu tak lama. Pria itu kemudian pergi ke lantai dua–tempat di mana kamarnya dan kamar Kinara berada.

Sempat Kenzo terhenti kala melintas di depan kamar Kinara. Pria berlesung pipit itu menatap pintu yang tertutup rapat dengan tidak biasa.

Setelah menghela napas berat, Kenzo akhirnya pergi ke kamar yang tidak jauh dari kamar Kinara.

Tring!

Notifikasi pesan dari ponsel mengalihkan perhatian Kenzo dari layar monitor komputernya.

Tampak pesan dari Dirga, asisten kepercayaannya

[Saya sudah mencari tahu tentang perusahan Sebastian Company, Pak. Ternyata perusahan itu adalah perusahaan kecil yang berada di bawah kendali kita.]

[Bereskan!] balas Kenzo cepat.

Senyum seringai terlihat kembali di wajah Kenzo yang dingin. “Abas Sebastian, ya? Kita lihat siapa yang lebih kuat?”

Kenzo lalu membuka laci mejanya dan melihat foto yang menampilkan potret kinara.

Pria bermata lebar itu menatap foto itu lama, sebelum berkata, “Aku akan menghancurkanmu lewat caraku, Kinara. Hanya aku yang boleh menyakitimu.”

 ***

“Apa karena aku hanyalah salesman?” Wajah Kenny tampak begitu kecewa memandang Kinara

“Salah satunya.”

“Jadi selama ini ka—“

“Selama ini aku hanya main-main. Kamu tidak usah besar kepala!” potong Kinara.

Pria berbibir warna merah alami itu mendongak, lalu memejamkan matanya. Merasakan rasa sakit yang tertahan. “Kamu akan menyesal, Kinara! Camkan itu!”

….

“KENY!” teriak Kinara dengan wajah yang penuh akan peluh.

Napasnya tersengal. Wanita bermata sipit itu memperhatikan sekitar.

“Mimpi lagi,” ucapnya seraya menyeka peluh di kening menggunakan punggung tangannya.

Kinara meraih gelas yang berada di nakas, menenggak air putih itu hingga tandas. “Ya Tuhan, kenapa aku mimpi itu lagi? Sudah 4 tahun lamanya.”

 Kinara melirik jam yang berada di dinding. Waktu menunjukkan pukul 02.30, karena tidak bisa tidur lagi, Kinara memilih untuk keluar kamar dan melihat-lihat sekitar luaran mansion. Mungkin dengan berjalan-jalan bisa membuat rasa bersalah itu hilang dalam pikirannya.

Bruk!

Tidak sengaja Kinara menabrak seseorang.

Posisi pencahayaan yang minim membuat Kinara tidak melihat seseorang yang berjalan dari arah berlawanan dengan jelas.

Beruntung, tangan kekar pria itu menangkapnya. Tubuh pria jakung itu terhuyung ke depan dengan jarak wajah keduanya yang dekat.

Kenzo mampu melihat wajah cantik Kinara dari cahaya rembulan yang menerobos masuk lewat kaca. Sejenak tatapan mereka terkunci, hingga keduanya tersadar disaat bunyi perut Kenzo terdengar keroncongan.

“Ma-maaf,” ungkap Kinara tergagap, lalu Kenzo membantunya berdiri. Rona merah terlihat dari wajah keduanya.

“Ngapain kamu?” tanya Kenzo terdengar dingin.

 “Ma-af, saya hanya jalan-jalan. Mimpi buruk membuat saya tidak bisa lagi tidur. Maaf sudah lancang.”

 Kenzo mengangguk lemah. Lagi-lagi suara bising dapat mereka dengar dari perut Kenzo.

 “Anda lapar?” tanya Kinara membuat Kenzo kembali mengangguk.

 “Saya tidak sempat makan malam tadi.”

 “Apa boleh saya memasakkan sesuatu untuk Anda? Anggap ini sebagai ucapan terima kasih saya, karena Anda telah menolong saya.”

“Baiklah.” Kenzo lalu mendahului Kinara menuju dapur dan diikuti perempuan itu dengan cepat.

 Jam segini biasanya para pelayan masih terlelap dalam mimpi. Jadi, Kenzo yang tidak nyaman membangunkan pelayangnya, biasanya memasak mie instan untuk mengganjal lapar.

Kinara lalu melihat nasi di dalam magic com. Terlintas dalam benaknya untuk membuatkan nasi goreng. Tetapi, sebelum dia memasak, Kinara harus bertanya kepada kenzo terlebih dahulu. “Apa Anda suka dengan nasi goreng, Pak?”

 “Tentu.” Kenzo menjawab dengan singkat.

Pria itu sama sekali tidak menoleh ke arah Kinara. Fokusnya hanya pada ponsel yang ia genggam.

Kinara mulai mengambil bahan-bahan seperti bumbu, telur, sosis dan juga sayuran. “Aku ingat, jika Keny tidak menyukai wortel, tetapi ini bukan Keny.”

Kenzo melirik Kinara yang sedang menimang-nimang wortel di tangannya. “Yang simple saja. Tidak usah pakai sayuran. Penting ada telur dan sosis biar cepat. Apa bisa? Saya sudah lapar.”

“Baik, Pak.”

Kinara mengangguk, lalu meletakkan kembali wortel itu ke dalam kulkas. Menuruti keinginan dari Kenzo untuk tidak menambahkan sayuran dan sejenisnya.

Tak butuh waktu lama, Kinara akhirnya menyajikan sepiring nasi goreng itu di hadapan Kenzo.

Tampak wanita yang masih ada luka lebam di wajahnya itu ikut duduk di sana, tetapi hanya memperhatikan Kenzo makan.

Jujur saja, Kinara sempat gagal fokus melihat Kenzo yang memakai kaos oblong dan juga celana pendek.

Ingatan tentang Keny kembali terlintas.

Tetapi, mengingat sikap keduanya sangatlah berbeda, Kinara segera menggelengkan kepala. Dua orang ini bukanlah orang yang sama. Kenzo cenderung dingin dan juga kaku. Dia sangat berbeda dengan Keny yang ramah dan humoris.

“Katakan kepada saya, siapa itu Keny?” Pertanyaan Kenzo membuat Kinara tersadar dari lamunannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status