Share

140. Nasib anu

Author: SayaNi
last update Last Updated: 2025-09-21 19:52:04

Anya langsung berlari begitu melihat Elara masuk ke dalam rumah.

“Mami!” serunya nyaring.

Elara menunduk cepat, merangkul gadis kecil itu ke dalam pelukannya erat.

Anya tersenyum lebar, buru-buru melapor seperti anak manis.

“Anya sudah jadi anak patuh, Mami. Nurut sama Mbak, sama Bibi Rowena juga.”

Elara tertawa kecil sambil mengusap kepala Anya. “Pintar sekali Anya. Mami kangen banget.” Ia mengecup pipi Anya berkali-kali.

Dari belakang, Ryota hanya menatap tanpa suara. 'Dia tidak pernah menciumku seperti itu,' gerutunya dalam hati.

Tanpa sepatah kata, ia terus melangkah menuju ruang kerjanya, meninggalkan keduanya melepas rindu.

Begitu pintu tertutup, ia menjatuhkan tubuhnya ke kursi dan membuka laptop. Pikiran langsung penuh oleh satu hal.

Kenapa mereka berani bicara sekarang? Apa mereka gila? Ingin mati?

“Sial… sial,” gumamnya.

Padahal ia sudah berjanji. Tidak ada lagi jejak kotor, tidak ada lagi kejahatan. Ia berusaha menjadi manusia normal.

Namun semakin ia berusaha menjauh, se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Desi Rosyied
d tunggu cerita selanjutnya ya penasaran
goodnovel comment avatar
Suzanna Zainal
jualan mie ayam .........
goodnovel comment avatar
Usnani
ryota Susan bucin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   147. Rumah Sakit

    Di ruang konsultasi yang tenang, di depan pintu tertera sebuah plakat kecil bertuliskan dr. Wiratama, Sp.PD-KGEH* * Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Gastroenterologi Hepatologi. Seorang dokter pria paruh baya duduk di balik meja kayu berlapis kaca. Tatapannya bergeser sebentar ke Ryota, lalu ke Elara yang mendampingi suaminya. “Maaf, Pak Ryota,” ucapnya hati-hati, “apakah saya bisa menyampaikan hasil pemeriksaan ini di hadapan istri Anda?” Ryota menyandarkan tubuh ke kursi, senyum tipis muncul di bibirnya. “memangnya hasilnya sepenting apa sampai harus rahasia? Dia boleh dengar apa pun.” Dokter Wiratama mengangguk, kemudian membuka map hasil medical check-up. “Secara umum, banyak hasil Anda baik. Fungsi hati normal, ginjal dalam batas wajar, kadar gula darah stabil, profil kolesterol juga cukup bagus. Secara metabolik, tubuh Anda sehat.” Ia menoleh sejenak pada Ryota, lalu melanjutkan. “Namun, ada dua hasil yang tidak wajar. Hemoglobin Anda turun. Enam bulan lalu nilai

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   146. Ganti Rugi

    Di salah satu meja café yang tenang tanpa banyak pengujung, Elara duduk sendiri. Ia menikmati es krimnya perlahan, sesendok kecil demi sesendok kecil. Tiba-tiba kursi di depannya ditarik kasar. Daris duduk, wajah penuh sinis. “Ternyata kau menggoda pria lain untuk membalasku,” ucapnya. “Apa pria itu yang mengirimmu? untuk memintaku menghapus tulisanku?” Elara tak terganggu dengan kehadiran Daris di depannya. Ia menyuap es krim, menatap Daris seakan hanya menatap debu. “Aku hanya penasaran,” katanya datar. “Istri siapa yang dirampas oleh suamiku? Aku sangat posesif pada suamiku. Jadi, siapa wanita itu?” Daris mengerutkan keningnya. “Apa yang kau bicarakan?” Elara meletakkan sendok perlahan. “Tidak ada rupanya? Sepertinya aku hanya membuang waktu.” Ia berdiri, merapikan pakaiannya, dan berjalan pergi. “Hey, tunggu!” Daris berdiri cepat, mencoba meraih pergelangan tangan Elara. Namun sebelum sempat menyentuhnya, bahu Daris ditarik ke belakang oleh Leona yang muncul dari sa

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   145 Ingin membantai orang

    Punggung Elara bersandar di dada Ryota, di atas sofa malas, tablet di tangannya.“Orang ini berbuat seperti ini karena kamu bikin dia bangkrut,” ujarnya pelan, menatap layar tablet.“Hm.” Ryota menangguk seperti anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya.“Kamu yang duluan cari perkara,” ucap Elara, mengingatkan akar pertikaian antara suami dan mantan suaminya.“Tapi kalau dia tidak tergiur uang besar, perkara yang kubuat tidak ada artinya,” bela Ryota.Elara mencibir. “Apa bedanya kamu dengan penipu? Penipuan juga begitu, membuat orang tergiur, padahal ada udang di balik bakwan.”“Aku sudah mengakuinya. Kau sudah memaafkanku, kan?” Ryota mencoba tersenyum.Elara menghela napas panjang. “Saya hanya berdamai dengan suami pelaku penipuan.”Sebutan Elara untuk dirinya membuat Ryota tertawa kecil, lalu merangkul istrinya erat. “Terima kasih.”“Tapi… dia menyeret serta saya. Bukankah artinya saya terlihat seperti istri materialis yang meninggalkan suaminya yang bangkrut?” Elara mendongak,

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   144. Nakal

    Suara tawa Anya pecah, tangannya sibuk membentuk dinding pasir. Di sebelahnya, Ryota duduk santai sambil memegang remote mainan eskavator kuning menyala. Mainan kecil itu berderak-derak, lengannya bergerak mengeruk pasir dengan gaya sok gagah. Ember kecil di tangan Anya sigap menampung pasir hasil kerukannya. “Taruh sini, Pa!” serunya penuh semangat. Ryota menekan tombol lagi. Lengan eskavator bergerak, mengangkat pasir lebih banyak. Tapi kali ini, dengan sengaja ia miringkan sendoknya—dan pasir tumpah menimpa puncak istana kecil yang sudah susah payah dibuat Anya. “Papaaa!” Anya langsung melotot, bibirnya manyun. “Anya suka papa sering di rumah, tapi papa nakal!” Ia meletakkan embernya, lalu berlari kecil hendak memukul papa-nya. Ryota buru-buru sembunyi di belakang Elara, cekikikan tak merasa bersalah. Elara menatap Anya, suaranya lembut. “Iya, Papa memang nakal.” Anya masih menatapnya dengan mata berkaca-kaca, bibirnya mengerucut. Elara mengusap lembut rambut Anya.

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   143. Kilas Balik

    Ryota menatap langit-langit kamarnya. Sunyi. Sesekali ia melirik tangan Elara yang masih melingkar di tubuhnya. Posisi nyaman istrinya bisa tidur pulas adalah dengan memeluk dirinya erat. Ryota menghela napas, matanya bergerak turun pada bagian bawahnya yang jelas menonjol. 'Servis mandiri lagi…' gumamnya dalam hati, setengah getir setengah pasrah.Tiba-tiba, ponselnya berdering pelan, lekas ia menyambar dan buru-buru menggeser tombol hijau, takut kebisingannya akan membangunkan Elara. Di seberang, suara dokter yang beberapa jam lalu memeriksa Elara terdengar jelas.“Tuan Ryota, hasil pemeriksaan darah sudah keluar. Fungsi hati, ginjal, dan gula darah normal. Hanya hemoglobin agak rendah, selebihnya—”“Istriku benar hamil?” sela Ryota datar.“Hasil β-hCG menunjukkan nilai tinggi, sesuai kehamilan awal, perkiraan enam minggu.”Ryota terdiam. Pandangannya jatuh pada wajah Elara yang tertidur tenang di sisinya.Jadi benar… dia hamil.Ia menutup telepon tanpa memberi kesempatan dokter i

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   142. Pisah Ranjang

    Suara pendingin kamar mendominasi selama beberapa menit, hingga akhirnya Ryota membuka suara. “Sejak kapan kau tahu hamil?” tanyanya. Ia berdiri sembari bersedekap, menatap Elara dengan sorot mata serius. Sangat serius. Elara duduk bersandar dengan tenang di atas tempat tidur. Infus di tangannya menetes lambat, sekitar 20 tetes per menit. “Kemarin. Saya ke puskesmas desa karena tidak enak badan,” jawabnya. Ryota menurunkan pandangannya ke perut istrinya. “Dan kau berniat mengandung dengan kondisi serba kekurangan seperti itu?” “Saya tidak merasa kekurangan," balas Elara tidak terima dikatakan kehidupannya di desa itu serba kekurangan. "Lalu, mengapa baru sekarang memberitahuku hal sepenting ini?" tanya Ryota. “Saya tidak berpikir kamu akan menganggap kehamilan ini penting.” "Hei, darimana pemikiran itu berasal?" "Itu... kamu tidak peduli ketika mantan istri kamu mengandung anak kamu," balas Elara. Ryota memperhatikan Elara dengan serius, lalu duduk di tepi tempat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status