แชร์

141. Exclusive Interview

ผู้เขียน: SayaNi
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-23 18:52:51
Elara berdiri diam di ambang pintu kamarnya. Pandangannya menyapu sekeliling, ruangan luas yang kini hanya menjadi kamar kosong.

Ia tidak tahu bakalan diculik oleh orangnya Cavell, dan berakhir mengisolasi diri di desa terpencil. Tapi begitu kembali, kamarnya sudah hilang saja?

“Di mana…?” tanyanya.

Rowena yang baru muncul segera menjawab, “Nyonya, barang-barang Anda sudah dipindahkan. Tuan meminta semuanya ditempatkan di kamar beliau.”

Elara langsung panik. Ia melangkah cepat, hampir berlari menuju kamar Ryota. Begitu masuk, ia langsung membongkar apa yang bisa dibongkar.

Tangan dan matanya mencari sesuatu, tapi tak juga ia temukan.

“Kenapa… kenapa tidak ada di sini?” suaranya meninggi. Ia menoleh ke Rowena dengan tatapan tajam. “Siapa yang menyentuh barang pribadi saya?"

Rowena terkejut, dan mundur selangkah. Ia belum pernah melihat wanita tuannya itu membentak. Biasanya Elara lembut, tak pernah meninggikan suara.

Wanita paruh baya itu pun melangkah mendekat denga
SayaNi

Terima Kasih sudah mengikuti ceritanya dan semua supportnya.

| 26
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (8)
goodnovel comment avatar
Dwi Gusfarenie
apa bucin eranya ryota udah mulai?
goodnovel comment avatar
Dwi Gusfarenie
seneng banget karena ryota akhirnya ngakuin perasaannya dan bucin sama istrinya..
goodnovel comment avatar
Usnani
ryota memang Sudah benar2 jatuh cinta
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   147. Rumah Sakit

    Di ruang konsultasi yang tenang, di depan pintu tertera sebuah plakat kecil bertuliskan dr. Wiratama, Sp.PD-KGEH* * Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Gastroenterologi Hepatologi. Seorang dokter pria paruh baya duduk di balik meja kayu berlapis kaca. Tatapannya bergeser sebentar ke Ryota, lalu ke Elara yang mendampingi suaminya. “Maaf, Pak Ryota,” ucapnya hati-hati, “apakah saya bisa menyampaikan hasil pemeriksaan ini di hadapan istri Anda?” Ryota menyandarkan tubuh ke kursi, senyum tipis muncul di bibirnya. “memangnya hasilnya sepenting apa sampai harus rahasia? Dia boleh dengar apa pun.” Dokter Wiratama mengangguk, kemudian membuka map hasil medical check-up. “Secara umum, banyak hasil Anda baik. Fungsi hati normal, ginjal dalam batas wajar, kadar gula darah stabil, profil kolesterol juga cukup bagus. Secara metabolik, tubuh Anda sehat.” Ia menoleh sejenak pada Ryota, lalu melanjutkan. “Namun, ada dua hasil yang tidak wajar. Hemoglobin Anda turun. Enam bulan lalu nilainya 15

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   146. Ganti Rugi

    Di salah satu meja café yang tenang tanpa banyak pengujung, Elara duduk sendiri. Ia menikmati es krimnya perlahan, sesendok kecil demi sesendok kecil. Tiba-tiba kursi di depannya ditarik kasar. Daris duduk, wajah penuh sinis. “Ternyata kau menggoda pria lain untuk membalasku,” ucapnya. “Apa pria itu yang mengirimmu? untuk memintaku menghapus tulisanku?” Elara tak terganggu dengan kehadiran Daris di depannya. Ia menyuap es krim, menatap Daris seakan hanya menatap debu. “Aku hanya penasaran,” katanya datar. “Istri siapa yang dirampas oleh suamiku? Aku sangat posesif pada suamiku. Jadi, siapa wanita itu?” Daris mengerutkan keningnya. “Apa yang kau bicarakan?” Elara meletakkan sendok perlahan. “Tidak ada rupanya? Sepertinya aku hanya membuang waktu.” Ia berdiri, merapikan pakaiannya, dan berjalan pergi. “Hey, tunggu!” Daris berdiri cepat, mencoba meraih pergelangan tangan Elara. Namun sebelum sempat menyentuhnya, bahu Daris ditarik ke belakang oleh Leona yang muncul dari s

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   145 Ingin membantai orang

    Punggung Elara bersandar di dada Ryota, di atas sofa malas, tablet di tangannya.“Orang ini berbuat seperti ini karena kamu bikin dia bangkrut,” ujarnya pelan, menatap layar tablet.“Hm.” Ryota menangguk seperti anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya.“Kamu yang duluan cari perkara,” ucap Elara, mengingatkan akar pertikaian antara suami dan mantan suaminya.“Tapi kalau dia tidak tergiur uang besar, perkara yang kubuat tidak ada artinya,” bela Ryota.Elara mencibir. “Apa bedanya kamu dengan penipu? Penipuan juga begitu, membuat orang tergiur, padahal ada udang di balik bakwan.”“Aku sudah mengakuinya. Kau sudah memaafkanku, kan?” Ryota mencoba tersenyum.Elara menghela napas panjang. “Saya hanya berdamai dengan suami pelaku penipuan.”Sebutan Elara untuk dirinya membuat Ryota tertawa kecil, lalu merangkul istrinya erat. “Terima kasih.”“Tapi… dia menyeret serta saya. Bukankah artinya saya terlihat seperti istri materialis yang meninggalkan suaminya yang bangkrut?” Elara mendongak,

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   144. Nakal

    Suara tawa Anya pecah, tangannya sibuk membentuk dinding pasir. Di sebelahnya, Ryota duduk santai sambil memegang remote mainan eskavator kuning menyala. Mainan kecil itu berderak-derak, lengannya bergerak mengeruk pasir dengan gaya sok gagah. Ember kecil di tangan Anya sigap menampung pasir hasil kerukannya. “Taruh sini, Pa!” serunya penuh semangat. Ryota menekan tombol lagi. Lengan eskavator bergerak, mengangkat pasir lebih banyak. Tapi kali ini, dengan sengaja ia miringkan sendoknya—dan pasir tumpah menimpa puncak istana kecil yang sudah susah payah dibuat Anya. “Papaaa!” Anya langsung melotot, bibirnya manyun. “Anya suka papa sering di rumah, tapi papa nakal!” Ia meletakkan embernya, lalu berlari kecil hendak memukul papa-nya. Ryota buru-buru sembunyi di belakang Elara, cekikikan tak merasa bersalah. Elara menatap Anya, suaranya lembut. “Iya, Papa memang nakal.” Anya masih menatapnya dengan mata berkaca-kaca, bibirnya mengerucut. Elara mengusap lembut rambut Anya.

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   143. Kilas Balik

    Ryota menatap langit-langit kamarnya. Sunyi. Sesekali ia melirik tangan Elara yang masih melingkar di tubuhnya. Posisi nyaman istrinya bisa tidur pulas adalah dengan memeluk dirinya erat. Ryota menghela napas, matanya bergerak turun pada bagian bawahnya yang jelas menonjol. 'Servis mandiri lagi…' gumamnya dalam hati, setengah getir setengah pasrah.Tiba-tiba, ponselnya berdering pelan, lekas ia menyambar dan buru-buru menggeser tombol hijau, takut kebisingannya akan membangunkan Elara. Di seberang, suara dokter yang beberapa jam lalu memeriksa Elara terdengar jelas.“Tuan Ryota, hasil pemeriksaan darah sudah keluar. Fungsi hati, ginjal, dan gula darah normal. Hanya hemoglobin agak rendah, selebihnya—”“Istriku benar hamil?” sela Ryota datar.“Hasil β-hCG menunjukkan nilai tinggi, sesuai kehamilan awal, perkiraan enam minggu.”Ryota terdiam. Pandangannya jatuh pada wajah Elara yang tertidur tenang di sisinya.Jadi benar… dia hamil.Ia menutup telepon tanpa memberi kesempatan dokter i

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   142. Pisah Ranjang

    Suara pendingin kamar mendominasi selama beberapa menit, hingga akhirnya Ryota membuka suara. “Sejak kapan kau tahu hamil?” tanyanya. Ia berdiri sembari bersedekap, menatap Elara dengan sorot mata serius. Sangat serius. Elara duduk bersandar dengan tenang di atas tempat tidur. Infus di tangannya menetes lambat, sekitar 20 tetes per menit. “Kemarin. Saya ke puskesmas desa karena tidak enak badan,” jawabnya. Ryota menurunkan pandangannya ke perut istrinya. “Dan kau berniat mengandung dengan kondisi serba kekurangan seperti itu?” “Saya tidak merasa kekurangan," balas Elara tidak terima dikatakan kehidupannya di desa itu serba kekurangan. "Lalu, mengapa baru sekarang memberitahuku hal sepenting ini?" tanya Ryota. “Saya tidak berpikir kamu akan menganggap kehamilan ini penting.” "Hei, darimana pemikiran itu berasal?" "Itu... kamu tidak peduli ketika mantan istri kamu mengandung anak kamu," balas Elara. Ryota memperhatikan Elara dengan serius, lalu duduk di tepi tempat

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status