공유

Bab 5

작가: SayaNi
last update 최신 업데이트: 2025-04-01 20:11:51

Pagi harinya, Ryota Kenneth duduk di belakang meja besar berbahan kayu mahal, ruang kerjanya luas dan minimalis, didominasi warna monokrom.

Tangannya yang kokoh membolak-balik beberapa dokumen, matanya tajam membaca angka-angka di layar laptopnya. Bagi Ryota Kenneth yang memiliki Ryota Energy Corp., sebuah perusahaan energi terbarukan dan distribusi listrik, efisiensi adalah segalanya.

Ketukan di pintu besar yang menghubungkan ruangannya dengan ruang sekretaris sedikit mengusik konsentrasinya.

Erol, asistennya, masuk dengan langkah mantap. Di tangannya, sebuah tablet menyala, menampilkan informasi yang telah ia kumpulkan.

"Ini informasi yang Anda minta," kata Erol sambil menekan layar, memperbesar foto yang muncul. "Elara Maheswari, istri dari Daris Hamit. Mereka memiliki seorang anak dari pernikahan Daris sebelumnya,” terangnya kemudian.

Sebelah alis Ryota terangkat ketika meneliti wajah Daris di layar. Ada sesuatu yang mengusik ingatannya.

"Dia adalah Daris Hamit dari Asterra Land Development, pria yang mendekati Anda di Golden Heart Gala seminggu lalu," terang Erol, seakan membaca ekspresi tuannya.

Golden Heart Gala bertajuk amal, tetapi bagi pebisnis, pesta itu adalah tempat membangun koneksi. Bagi Daris Hamit, kedatangannya bukan hanya untuk berdonasi, melainkan mencari peluang mendekati orang-orang berpengaruh seperti Ryota.

Ryota terdiam sesaat, lalu tawa kecil meluncur dari bibirnya. Nada yang tidak bisa diartikan sebagai senang atau mengejek.

"Menarik," gumamnya, jemarinya perlahan mengetuk permukaan tablet.

Ia mengingat dengan jelas Daris yang berbicara dengannya. Seorang direktur dari perusahaan properti yang mencoba menjalin kerja sama dengannya untuk proyek pembangunan kawasan hunian modern yang menggunakan energi hijau.

Pria itu datang bersama dengan seorang wanita muda dan cantik, penuh percaya diri, mengenakan gaun mewah yang menunjukkan status sosialnya. Dan wanita itu bukanlah Elara Maheswari yang dilihatnya saat menjemput Anya.

Erol, yang menyadari perubahan ekspresi di wajah tuannya, menambahkan, "Wanita itu hanyalah ibu rumah tangga biasa, bukan ancaman bagi putri Anda."

Dengan gerakan santai, Ryota melemparkan tablet itu ke atas meja. "Cari tahu siapa wanita yang datang bersama suaminya di Golden Heart," perintahnya.

Erol yang masih berdiri di hadapannya mengernyit. Ini bukan pertama kalinya bosnya meminta penyelidikan, tapi biasanya hanya berkaitan dengan kompetitor bisnis atau calon mitra.

‘Mengapa sekarang dia ingin tahu tentang selingkuhan Daris Hamit?’ pikir Erol. Seperti tidak punya pekerjaan saja.

"Tuan, jika boleh tahu… mengapa Anda tertarik dengan masalah rumah tangga pria itu?" tanya Erol hati-hati. “Bukankah Anda tidak berminat dengan perusahaan kecil?”

Ryota tidak langsung menjawab. Dia hanya menyeringai tipis. Mata elangnya menatap tablet yang kini kembali berada dalam genggaman Erol, seolah sedang menyusun sesuatu dalam pikirannya.

“Aku sudah temukan hadiah ulang tahun Anya," katanya sembari tersenyum tipis.

Erol masih menatapnya dengan kebingungan. Tapi satu hal yang Erol tahu, jika tuannya sudah tertarik pada sesuatu, maka hal itu tidak akan mudah lepas dari genggamannya.

***

Malam harinya, seperti biasa. Setelah memastikan Arka tidur lelap, Elara menyetrika pakaian.

Ia berdiri di depan lemari, jemarinya menyusuri kain lembut baju terusan berwarna pastel yang diberikan Daris untuknya kemarin.

Bajunya begitu indah. Baju terbaik yang pernah ia miliki.

Perlahan, senyum kecil muncul di wajahnya. Ia akan menyimpan gaun itu untuk acara penting. Mungkin saat ada pertemuan sekolah Arka.

Namun, di tempat lain, Daris bahkan tidak peduli dengan baju itu. Ia sedang menatap angka yang terus berubah di layar lift.

Tangannya menggenggam erat dua kantong besar berwarna hitam dengan aksen emas. Siapapun yang melihatnya tahu, itu adalah merk yang melambangkan kekayaan.

Lift berhenti di lantai 23. Daris melangkah cepat di koridor, lalu berhenti di depan pintu salah satu unit apartemen.

Tidak butuh waktu lama sebelum pintu terbuka, seorang wanita muncul dengan senyum menggoda, Vanessa.

Rambut panjangnya tergerai, kulitnya mulus dan bercahaya di bawah temaram lampu. Gaun tidurnya yang berbahan satin tipis melekat sempurna di tubuhnya. Wanita itu menyandarkan satu tangan di kusen pintu, mengangkat sebelah alis.

“Sayang,” sapanya lembut. “Kau terlambat.”

Daris tersenyum samar, menutup pintu di belakangnya dan langsung menarik Vanessa ke dalam dekapannya.

“Jalanan sangat padat, Sayang,” jawabnya singkat.

Vanessa tertawa kecil. Ia menyentuh kerah kemeja Daris, menariknya sedikit lebih dekat.

“Aku menunggu terlalu lama, tahu?”

Daris menatapnya dalam, lalu dengan satu gerakan cepat, ia meraih pinggang wanita itu dan mendudukkannya di atas meja dapur.

Vanessa menghela napas pendek, matanya berbinar nakal. “Tebus kesalahanmu,” bisiknya.

Daris tersenyum miring, lalu menempelkan bibirnya di sepanjang garis rahang Vanessa, turun ke leher, sementara jemarinya menyusuri pahanya yang terbuka lebar.

Vanessa menahan tawa, jemarinya mencengkram rambut Daris.

“Hey, hey,” katanya pelan, mendorong pria itu sedikit menjauh. “Aku harus membuka hadiahku dulu.”

Daris mengangkat alis. “Apa?”

Vanessa melompat turun dari meja, berjalan ke tempat Daris meletakkan kantong yang dibawanya.

Dengan santai, ia membawanya ke sofa dan mulai mengeluarkan isinya satu per satu, gaun mewah, dan sebuah tas dengan corak yang senada.

“Kau menyukainya?” tanya Daris setelah duduk di sofa, mengamati Vanessa.

Vanessa mendecak pelan, lalu berjalan ke arah Daris, duduk di pangkuannya dengan santai.

“Aku tidak bisa berubah menjadi wanita sederhana seperti Selena… atau Elara, istrimu sekarang,” katanya sambil menelusuri garis rahang pria itu dengan jemarinya. “Jadi, jangan memberikanku pakaian seperti kemarin lagi. Bukankah kau mencintai aku, karena aku adalah aku?”

Daris menatapnya dalam diam sebelum akhirnya tersenyum tipis. “Ya, aku mencintaimu,” katanya lalu menghela napas, menyandarkan kepalanya ke sofa. “Aku sangat menderita setiap detik melihat wanita itu.”

Vanessa memutar bola matanya. “Tentu saja.”

Ia bersandar ke dada Daris, ujung jarinya menelusuri garis leher pria itu, nada suaranya lebih rendah, lebih menggoda.

“Lalu mengapa kau tidak setuju dengan usulku?” Jemarinya menyusuri dada Daris. “Ceraikan dia. Kau bisa mempekerjakannya menjadi pengasuh putramu.”

Daris terkekeh kecil. “Tidak semudah itu, Vanessa. Ibuku tidak akan setuju.”

"Kau tahu, aku yang lebih banyak menderita." Vanessa bersedekap, menatap Daris dengan sorot mata yang menyala.

"Saat kau menikah dengan Selena, aku harus menelan sakit itu sendirian. Aku butuh waktu lama untuk mengobati hatiku yang hancur. Dan lalu, kau menikah lagi dengan wanita lain."

Daris menghela napas, meraih tangan Vanessa, mengusap punggung tangannya dengan lembut.

"Maafkan aku." Tatapannya mencoba mencari celah di wajah Vanessa, mencari pengampunan. "Aku selalu mencintaimu. Aku tidak pernah menyentuhnya."

Vanessa tersenyum tipis, senyum penuh kemenangan.

"Benar." Suaranya lirih, tapi penuh ketegasan. "Kau hanya boleh menyentuhku."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

관련 챕터

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 6

    Daris pulang ke rumahnya, setelah menghabiskan dua malam bersama Vanessa. Ia langsung melepas jasnya dan melemparkannya ke sofa dengan asal. Elara, yang masih duduk di lantai menemani Arka membaca ensiklopedia anak, mendongak sesaat. Bau parfum asing samar tercium saat Daris melewati mereka. Tapi Elara tidak bertanya. Seperti biasa, ia memilih diam. Daris membuka kancing atas kemejanya, lalu menoleh ke arah Elara dengan ekspresi datar. “Ambil tas pakaian kotorku di mobil.” Elara meletakkan buku di pangkuannya, bersiap bangkit. Tapi sebelum ia sempat bergerak, Arka sudah lebih dulu berbicara. “Kenapa Ibu yang ambil?” protes bocah kecil itu dengan wajah cemberut. Elara terkejut. Biasanya Arka tidak pernah berkata seperti itu. Anak itu hanya berusia empat tahun, tapi kini matanya menatap ayahnya dengan ketidaksetujuan. Daris menghentikan langkahnya, lalu menoleh tajam ke arah putranya. “Apa?” desisnya.“Ibu capek...” lanjutnya lirih, tangannya menggenggam ujung bajunya sendiri.

    최신 업데이트 : 2025-04-25
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 7

    Amanda segera bangkit dari sofa dan menghampiri Ryota dengan senyum manis, sementara kedua pengasuh Anya langsung pergi keluar. "Kak Ryo, Anya masih tidak mau tidur. Aku sudah mencoba berbagai cara membujuknya," ucap Amanda dengan suara rendah, seperti desahan halus yang disengaja. Ryota tidak menanggapi. Matanya menyapu seluruh ruangan, memperhatikan kekacauan yang dibuat putrinya. “Sudah malam,” katanya pada Amanda akhirnya “Kau sebaiknya pulang.” Amanda tersenyum menggoda. Matanya tak lepas dari wajah Ryota. Ia menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya menggulung rambutnya ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih. “Aku bisa menginap,” Gadis itu terlalu sering mencari-cari alasan untuk berlama-lama di rumah Ryota. Meski samar, ia berusaha menggoda—lewat gerak tubuhnya, intonasi suaranya, cara ia menatap dan berbicara. Namun semua itu tak membangkitkan apa pun dalam diri Ryota. Tak sedikit pun "Kau tak perlu repot lebih jauh," ucap Ryota, nadanya sedikit menur

    최신 업데이트 : 2025-04-25
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Penghianatan

    Tiga hari kemudian. Ryota muncul di halaman TK tempat putrinya bersekolah, menjelang pulang. Di antara deretan mobil mewah dan anak-anak berseragam rapi, para ibu muda berpenampilan glamor berbincang santai—dengan tas bermerek, sepatu hak tinggi, dan senyum yang lebih sering dibuat-buat. Namun, suasana itu sedikit berubah saat Ryota melangkah keluar dari mobil hitamnya. Pria itu langsung menyedot perhatian. Beberapa ibu muda menoleh, sebagian melirik dari balik kacamata hitam mereka, saling berbisik pelan di antara rasa penasaran dan kekaguman. Beberapa guru perempuan pun tak bisa menahan pandang, meski kemudian pura-pura sibuk mengatur anak-anak. Tapi Ryota tak memperhatikan siapa pun. Tatapannya tajam, langsung tertuju pada satu sosok yang baru saja memarkirkan motornya. ElaraWanita itu turun dari motornya dengan gerakan cepat dan tenang. Helm masih menutupi kepalanya, tapi Ryota sudah mengenal siluet itu. Langkahnya mantap saat mendekat.Baru saja Elara hendak melepas helm, s

    최신 업데이트 : 2025-05-02
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   BAB 1

    “Elara! Kenapa lantai ruang makan masih kotor?!”Suara itu memecah pagi seperti sirene. Elara Maheswari tersentak, tangannya yang tengah mengaduk sayur hampir menjatuhkan sendok. Jantungnya berdegup kencang. Bukan karena takut, tapi karena sudah terlalu sering dibentak seperti itu, dan tetap saja tubuhnya belum kebal.Rahayu berdiri di ambang pintu dapur. Wajah wanita paruh baya itu masam, matanya menyapu ruangan seolah mencari celah kesalahan.“Baru saja Elara pel, Ma,” sahut Elara pelan.“Jangan banyak alasan!” potong Rahayu tajam. “Ini juga, kenapa masaknya lama? Kau mau bikin suamimu dan adik-adiknya telat ke kantor dan kampus, hah?”Elara menunduk. “S-sebentar lagi, Ma…”Tanpa diminta, tangannya langsung bergerak lebih cepat. Menyendok nasi, mengaduk tumisan, memeriksa ayam di penggorengan. Semuanya dilakukan dengan napas yang tersengal. Sejak dini hari ia belum berhenti. Menyapu, mencuci, menyiapkan sarapan. Dan sekarang, dimarahi seolah ia belum melakukan apa-apa. Usianya bar

    최신 업데이트 : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   BAB 2

    “Tidak mungkin…” gumam Elara, nyaris tak terdengar.Ia mencondongkan tubuh, mencoba melihat lebih jelas ke arah mobil hitam di seberangnya. Kaca film yang gelap memang menyamarkan.Siapa wanita itu? Kenapa ada di sana?Jantung Elara berdegup kencang. Ia belum bisa mengalihkan pandangannya saat lampu hijau menyala di sisi mobil itu. Mobil Daris perlahan bergerak maju.Elara hanya bisa menatap saat kendaraan itu menjauh. Haruskah ia mengejar? Haruskah ia tahu lebih jauh?Belum sempat ia mengambil keputusan, ponselnya bergetar di saku jaket. Getaran itu terasa seperti cengkeraman yang menariknya kembali ke kenyataan. Ia tak perlu melihat layar. Sudah tahu siapa yang menelepon.Ibu mertuanya.“Elara! Ke mana saja?! Belanja kok lama? Jangan-jangan kau malah keluyuran dulu?!” Suara itu menghantam seperti tamparan. Kasar. Langsung. Tanpa jeda. Tanpa peduli.“Elara… udah di jalan, Bu,” jawabnya pelan.Tapi Rahayu tidak berhenti mengomel. Suaranya terus mengalir di telinga seperti pisau tumpu

    최신 업데이트 : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 3

    Elara seketika mematung mendengarnya. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab. Ia tidak sengaja melirik ke arah ibu mertuanya yang sekarang berwajah masam dan mendelik ke arahnya. “Bukannya dia Elara? Menantu Bu Rahayu?” kata salah satu tamu yang lain. Wanita yang tadi menyapanya itu tampak salah tingkah. “Oh! Maaf ya, aku salah mengira,” katanya. “Aku nggak tahu kalau kamu Elara.” Elara memaksakan seulas senyum tipis. “Nggak apa-apa, Bu.” Untuk sejenak, suasana terasa sangat canggung. “Kamu nggak kerja?” Kemudian, pertanyaan itu meluncur dengan nada ringan, sekadar berbasa-basi. Elara hampir membuka mulutnya untuk menjawab, tapi ibu Rahayu sudah lebih dulu menimpali. “Elara ini memang di rumah saja. Tanggung jawab Daris yang cari uang sebagai kepala keluarga.” Tamu itu terkekeh. “Wah, iya juga. Apalagi kalau suaminya sukses, buat apa repot-repot kerja?” Obrolan berlanjut dengan canda tawa, sementara Elara hanya bisa diam, menyelesaikan tugasnya sebelum kembali ke dapur. Ta

    최신 업데이트 : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 4

    Elara hanya diam, terlalu terkejut karena tiba-tiba dicecar. “Ibu, kenapa tante itu marah-marah?” tanya Arka ketakutan. Bu Rina mencoba menenangkan, "Bu Amanda, tolong tenang dulu—" "Tidak, Bu Rina! Wanita miskin ini berani-beraninya menyentuh Anya!" Amanda—wali Anya itu—kembali menyerang Elara dengan kasar. "Aku tahu maksudmu! Kau mau menjilat keluarga kaya biar dapat imbalan, kan?" Alih-alih membalas, Elara memilih menenangkan mental putranya dari orang dewasa yang berteriak kepada ibunya. Ia menatap Arka dengan lembut. "Arka, tante itu menjadi seperti itu karena sakit dan tidak mau minum obatnya. Ssst, ayo kita pergi," bisiknya pada Arka. Arka menatapnya dengan tatapan penuh mengerti. Jika dia sakit, maka dia harus minum obat. Kalau tidak, akan menjadi orang dewasa yang gila seperti tantenya Anya. Di sisi lain, meski hanya sekilas, Elara sempat melihat Anya tertawa karena ucapannya barusan. Ketika Elara berbalik untuk pergi, langkahnya mendadak berhenti dan mundur

    최신 업데이트 : 2025-04-01

최신 챕터

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Penghianatan

    Tiga hari kemudian. Ryota muncul di halaman TK tempat putrinya bersekolah, menjelang pulang. Di antara deretan mobil mewah dan anak-anak berseragam rapi, para ibu muda berpenampilan glamor berbincang santai—dengan tas bermerek, sepatu hak tinggi, dan senyum yang lebih sering dibuat-buat. Namun, suasana itu sedikit berubah saat Ryota melangkah keluar dari mobil hitamnya. Pria itu langsung menyedot perhatian. Beberapa ibu muda menoleh, sebagian melirik dari balik kacamata hitam mereka, saling berbisik pelan di antara rasa penasaran dan kekaguman. Beberapa guru perempuan pun tak bisa menahan pandang, meski kemudian pura-pura sibuk mengatur anak-anak. Tapi Ryota tak memperhatikan siapa pun. Tatapannya tajam, langsung tertuju pada satu sosok yang baru saja memarkirkan motornya. ElaraWanita itu turun dari motornya dengan gerakan cepat dan tenang. Helm masih menutupi kepalanya, tapi Ryota sudah mengenal siluet itu. Langkahnya mantap saat mendekat.Baru saja Elara hendak melepas helm, s

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 7

    Amanda segera bangkit dari sofa dan menghampiri Ryota dengan senyum manis, sementara kedua pengasuh Anya langsung pergi keluar. "Kak Ryo, Anya masih tidak mau tidur. Aku sudah mencoba berbagai cara membujuknya," ucap Amanda dengan suara rendah, seperti desahan halus yang disengaja. Ryota tidak menanggapi. Matanya menyapu seluruh ruangan, memperhatikan kekacauan yang dibuat putrinya. “Sudah malam,” katanya pada Amanda akhirnya “Kau sebaiknya pulang.” Amanda tersenyum menggoda. Matanya tak lepas dari wajah Ryota. Ia menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya menggulung rambutnya ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih. “Aku bisa menginap,” Gadis itu terlalu sering mencari-cari alasan untuk berlama-lama di rumah Ryota. Meski samar, ia berusaha menggoda—lewat gerak tubuhnya, intonasi suaranya, cara ia menatap dan berbicara. Namun semua itu tak membangkitkan apa pun dalam diri Ryota. Tak sedikit pun "Kau tak perlu repot lebih jauh," ucap Ryota, nadanya sedikit menur

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 6

    Daris pulang ke rumahnya, setelah menghabiskan dua malam bersama Vanessa. Ia langsung melepas jasnya dan melemparkannya ke sofa dengan asal. Elara, yang masih duduk di lantai menemani Arka membaca ensiklopedia anak, mendongak sesaat. Bau parfum asing samar tercium saat Daris melewati mereka. Tapi Elara tidak bertanya. Seperti biasa, ia memilih diam. Daris membuka kancing atas kemejanya, lalu menoleh ke arah Elara dengan ekspresi datar. “Ambil tas pakaian kotorku di mobil.” Elara meletakkan buku di pangkuannya, bersiap bangkit. Tapi sebelum ia sempat bergerak, Arka sudah lebih dulu berbicara. “Kenapa Ibu yang ambil?” protes bocah kecil itu dengan wajah cemberut. Elara terkejut. Biasanya Arka tidak pernah berkata seperti itu. Anak itu hanya berusia empat tahun, tapi kini matanya menatap ayahnya dengan ketidaksetujuan. Daris menghentikan langkahnya, lalu menoleh tajam ke arah putranya. “Apa?” desisnya.“Ibu capek...” lanjutnya lirih, tangannya menggenggam ujung bajunya sendiri.

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 5

    Pagi harinya, Ryota Kenneth duduk di belakang meja besar berbahan kayu mahal, ruang kerjanya luas dan minimalis, didominasi warna monokrom. Tangannya yang kokoh membolak-balik beberapa dokumen, matanya tajam membaca angka-angka di layar laptopnya. Bagi Ryota Kenneth yang memiliki Ryota Energy Corp., sebuah perusahaan energi terbarukan dan distribusi listrik, efisiensi adalah segalanya. Ketukan di pintu besar yang menghubungkan ruangannya dengan ruang sekretaris sedikit mengusik konsentrasinya. Erol, asistennya, masuk dengan langkah mantap. Di tangannya, sebuah tablet menyala, menampilkan informasi yang telah ia kumpulkan. "Ini informasi yang Anda minta," kata Erol sambil menekan layar, memperbesar foto yang muncul. "Elara Maheswari, istri dari Daris Hamit. Mereka memiliki seorang anak dari pernikahan Daris sebelumnya,” terangnya kemudian. Sebelah alis Ryota terangkat ketika meneliti wajah Daris di layar. Ada sesuatu yang mengusik ingatannya. "Dia adalah Daris Hamit dari Asterra

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 4

    Elara hanya diam, terlalu terkejut karena tiba-tiba dicecar. “Ibu, kenapa tante itu marah-marah?” tanya Arka ketakutan. Bu Rina mencoba menenangkan, "Bu Amanda, tolong tenang dulu—" "Tidak, Bu Rina! Wanita miskin ini berani-beraninya menyentuh Anya!" Amanda—wali Anya itu—kembali menyerang Elara dengan kasar. "Aku tahu maksudmu! Kau mau menjilat keluarga kaya biar dapat imbalan, kan?" Alih-alih membalas, Elara memilih menenangkan mental putranya dari orang dewasa yang berteriak kepada ibunya. Ia menatap Arka dengan lembut. "Arka, tante itu menjadi seperti itu karena sakit dan tidak mau minum obatnya. Ssst, ayo kita pergi," bisiknya pada Arka. Arka menatapnya dengan tatapan penuh mengerti. Jika dia sakit, maka dia harus minum obat. Kalau tidak, akan menjadi orang dewasa yang gila seperti tantenya Anya. Di sisi lain, meski hanya sekilas, Elara sempat melihat Anya tertawa karena ucapannya barusan. Ketika Elara berbalik untuk pergi, langkahnya mendadak berhenti dan mundur

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   Bab 3

    Elara seketika mematung mendengarnya. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab. Ia tidak sengaja melirik ke arah ibu mertuanya yang sekarang berwajah masam dan mendelik ke arahnya. “Bukannya dia Elara? Menantu Bu Rahayu?” kata salah satu tamu yang lain. Wanita yang tadi menyapanya itu tampak salah tingkah. “Oh! Maaf ya, aku salah mengira,” katanya. “Aku nggak tahu kalau kamu Elara.” Elara memaksakan seulas senyum tipis. “Nggak apa-apa, Bu.” Untuk sejenak, suasana terasa sangat canggung. “Kamu nggak kerja?” Kemudian, pertanyaan itu meluncur dengan nada ringan, sekadar berbasa-basi. Elara hampir membuka mulutnya untuk menjawab, tapi ibu Rahayu sudah lebih dulu menimpali. “Elara ini memang di rumah saja. Tanggung jawab Daris yang cari uang sebagai kepala keluarga.” Tamu itu terkekeh. “Wah, iya juga. Apalagi kalau suaminya sukses, buat apa repot-repot kerja?” Obrolan berlanjut dengan canda tawa, sementara Elara hanya bisa diam, menyelesaikan tugasnya sebelum kembali ke dapur. Ta

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   BAB 2

    “Tidak mungkin…” gumam Elara, nyaris tak terdengar.Ia mencondongkan tubuh, mencoba melihat lebih jelas ke arah mobil hitam di seberangnya. Kaca film yang gelap memang menyamarkan.Siapa wanita itu? Kenapa ada di sana?Jantung Elara berdegup kencang. Ia belum bisa mengalihkan pandangannya saat lampu hijau menyala di sisi mobil itu. Mobil Daris perlahan bergerak maju.Elara hanya bisa menatap saat kendaraan itu menjauh. Haruskah ia mengejar? Haruskah ia tahu lebih jauh?Belum sempat ia mengambil keputusan, ponselnya bergetar di saku jaket. Getaran itu terasa seperti cengkeraman yang menariknya kembali ke kenyataan. Ia tak perlu melihat layar. Sudah tahu siapa yang menelepon.Ibu mertuanya.“Elara! Ke mana saja?! Belanja kok lama? Jangan-jangan kau malah keluyuran dulu?!” Suara itu menghantam seperti tamparan. Kasar. Langsung. Tanpa jeda. Tanpa peduli.“Elara… udah di jalan, Bu,” jawabnya pelan.Tapi Rahayu tidak berhenti mengomel. Suaranya terus mengalir di telinga seperti pisau tumpu

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   BAB 1

    “Elara! Kenapa lantai ruang makan masih kotor?!”Suara itu memecah pagi seperti sirene. Elara Maheswari tersentak, tangannya yang tengah mengaduk sayur hampir menjatuhkan sendok. Jantungnya berdegup kencang. Bukan karena takut, tapi karena sudah terlalu sering dibentak seperti itu, dan tetap saja tubuhnya belum kebal.Rahayu berdiri di ambang pintu dapur. Wajah wanita paruh baya itu masam, matanya menyapu ruangan seolah mencari celah kesalahan.“Baru saja Elara pel, Ma,” sahut Elara pelan.“Jangan banyak alasan!” potong Rahayu tajam. “Ini juga, kenapa masaknya lama? Kau mau bikin suamimu dan adik-adiknya telat ke kantor dan kampus, hah?”Elara menunduk. “S-sebentar lagi, Ma…”Tanpa diminta, tangannya langsung bergerak lebih cepat. Menyendok nasi, mengaduk tumisan, memeriksa ayam di penggorengan. Semuanya dilakukan dengan napas yang tersengal. Sejak dini hari ia belum berhenti. Menyapu, mencuci, menyiapkan sarapan. Dan sekarang, dimarahi seolah ia belum melakukan apa-apa. Usianya bar

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status